HAPPY MONDAY READERS!!
!!Kuatkan hati, chapter ini ada bagian menyentuh hati!!
Enjoy!
***
David's POV
"Untuk proses pembukaan sepertinya harus ditunda dulu pak, karena ada kendala di saluran air lantai dua, dan ada masalah listrik di lantai enam." Ucap seorang lelaki yang mengenakan pakaian rapih di hadapanku. Namanya Gabrielle – sekertarisku yang membantuku mengurus semua kebutuhan kantor ini.
Aku sedikit memijat pelipis ku. Pening rasanya seminggu sudah berlalu, setiap hari ada saja masalah baru muncul. Ditambah sekarang ini! tanggal pembukaan kantor harus diundur.
"Saya kan sudah ingatkan dari jauh-jauh hari untuk bersiap sebelum tanggal pembukaan, ga bisa mundur gini aja dong!"
"Maaf pak, tapi memang ini juga merupakan masalah yang diluar dugaan kami. Jika bapak memaksakan untuk tetap buka kantor seperti tanggal awal ditentukan, saya rasa tidak akan baik untuk reputasi kantor kita dan kenyamanan karyawan, pak." Ucap seorang kontraktor yang bertanggung jawab atas renovasi kantor ku.
Aku menarik nafas dalam mencoba untuk menenangkan diri dan mengatur pikiran.
"Gab, kamu kabarin semua tamu penting, wartawan, dan jurnalis yang akan datang meliput bahwa ada pergantian tanggal untuk pembukaan kantor. Pastiin gak ada yang ketinggalan ya!" Perintahku dengan memberikan sedikit penekanan di akhir kalimat.
Gaby, sekertarisku itu hanya memberi anggukan kecil untuk menandakan bahwa ia paham. Sekertarisku yang satu ini memang tidak banyak bicara. Namun, pekerjaannya selalu selesai dengan baik dan tidak mengecewakan.
Setelah semua masalah ini teratasi, mereka berjalan keluar meninggalkan ruangan. Aku memejamkan mata untuk sesaat menikmati keheningan dan aroma cat serta perabotan baru yang sangat ciri khas. Tidak terasa sudah satu minggu sejak aku datang ke Bandung. Itu artinya sudah seminggu pula aku kerja bagai kuda.
Cahaya menyeruak memasuki rongga mataku saat aku membuka kedua mataku. Aku mengangkat bokongku dan berjalan meninggalkan ruangan ini kembali tak berpenghuni. Aku baru teringat aku harus menyiapkan kata-kata untuk pembukaan masa orientasi penerimaan mahasiswa baru.
***
Author's POV
Bali,
07:00AM
Suara burung berkicauan seolah menyuruh Clara untuk bangun. Clara membuka salah satu matanya kemudian perlahan diikuti dengan mata yang satunya. Diam sejenak kemudian ia menggerakan tubuhnya untuk berganti posisi menjadi duduk bersila di atas kasurnya. Perlahan tapi pasti, kesadarannya mulai berkumpul.
Dua menit kemudian Clara mulai sadar sepenuhnya. Ia merenggangkan tubuhnya menariknya ke atas, kemudian bergerak menuruni kasurnya yang seolah menariknya kembali untuk tidur, ia berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap.
Sekitar setengah jam kemudian, ia berjalan menuruni anak-anak tangga dengan sweater half-zip bermotif belang hitam putih, celana jeans yang melapisi kaki jenjangnya dengan sempurna, serta tas berbahan kanvas yang terselempang menyebrangi tubuhnya, simple tapi terlihat casual layaknya calon mahasiswa. Rambut hitam kecoklatan sepundak yang dibiarkan tergerai indah itu tertiup angin setiap ia berjalan, menambah kesan anggun pada dirinya yang memang sudah cantik sedari lahir itu.
Clara menjatuhkan bokongnya di salah satu kursi di meja makan, disana Joshua atau biasa dipanggil Josh– ayah sambung Clara, sudah terduduk dengan memegang sebuah ipad di tangannya. Josh bukanlah seperti anak-anak yang terbiasa memegang gadget saat makan, melainkan ia memiliki kebiasaan membaca koran di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✔ [ DALAM REVISI ]
Storie d'amore[PEROMBAKAN ULANG] Apa jadinya, jika CEO sebuah perusahaan besar yang sedingin kutub dan perfeksionis parah, bertemu dengan perempuan ceroboh dan cheerful? Namun tak disangka perempuan itu berhasil memberikan warna bagi kehidupan manusia kutub itu...