Sabilla kembali ke kantin untuk menemui teman-temannya dengan peluh yang menetes di pelipis. Telinga Sabilla seolah tuli dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyerbu diri nya. Yang dia tau hanya dia sangat butuh air, melihat segelas teh es berada di tengah meja persis seperti oase di padang pasir. Diambilnya gelas itu dan diteguk buas teh es di dalamnya. Setelah dirasa tenggorokannya sudah basah, Sabilla duduk di celah kecil antara Dika dan Roy.
"Kebiasaan." Komentar Dika, namun Dika tetap bergeser agar satu-satu nya teman perempuan di kelas nya itu bisa duduk dengan nyaman.
"Lo kenapa sih, Bill? Habis lomba lari?" Jio bertanya dengan bibir yang masih menjepit rokok yang membara.
"Ada apa Bill?" Deri yang dari tadi hanya menjadi penonton jadi ikut penasaran.
Sabilla menggeleng. Jangan sampai mereka tau, ucap Sabilla dalam hati. Entahlah, Sabilla hanya berpikir kalau menyeret teman-temannya hanya akan memperumit masalah nya ini. "Nggak, cuman aku kira udah masuk."
"Masih sepuluh menit Bill, santai aja kali."
Sabilla pura-pura terkejut. Dilihat nya jam yang tertera di ponsel dan menyengir setelahnya. "Aku salah liat jam." Ujar nya bohong.
"Jadi lo belom ketemu temen lo?"
Sabilla menggeleng, "Nanti aja pulangnya."
Selesai menginterogasi Sabilla, para lelaki kembali melanjutkan obrolannya perihal permainan yang sedang mereka gemari saat ini, mobile legends. Permainan perang yang mirip seperti dota, hanya saja ini versi kecil nya. Sabilla sebetulnya mengerti karena Sabilla juga mengikuti permainan itu, tapi rasa nya mengulang kembali kejadian barusan lebih Sabilla pilih daripada harus ikutan nimbrung.
Meski tidak lama sempat bertatapan dengan laki-laki brutal tadi, ada dua hal yang membuat Sabilla langsung hapal dengan wajah nya, yaitu mata nya yang tajam dan sebuah bekas luka di ujung kelopak mata nya, persis di bawah alis yang paling ujung. Sabilla memperkirakan itu bekas luka jahitan.
"Bill!" Sabilla melotot saat Jio meneriakkan nama nya. "Gue ajak ngomong malah diem kayak kambing ompong."
"Apa?" Sabilla tidak dalam keadaan mood yang bagus untuk menimpali perkataan Jio yang mengatakannya kambing ompong.
"Sore ini kita mau futsal nih lawan anak-anak mesin. Yaa, you know lah kan."
Sabilla mendengus dan memutar mata. Futsal melulu. Sabilla memang bukan tipe yang melarang mereka bermain futsal, tapi kalau keseringan juga tidak bagus kan? Selain membuat mereka akan kelelahan, itu juga bisa ngebuat dompet mereka tipis. Dan Sabilla juga yang kena getahnya kalau sudah begini.
Sabilla dipilih menjadi penarik iuran di kelas, seperti bendahara. Terus mereka juga menetapkan Sabilla sebagai manager tim futsal kelas mereka. Uang iuran yang sebetulnya digunakan untuk keperluan kelas berubah menjadi tabungan untuk mereka main futsal. Sebagai si pemegang uang, Sabilla diharuskan untuk memboking lapangan jika diperlukan serta wajib ikut kalau mereka bermain futsal. Sabilla pertama senang saja, namun lama kelamaan Sabilla merasa bosan.
"Nih aku kasi aja uang nya nanti kalian yang booking. Aku pulang ini nggak bisa mampir."
Jio berdecak, "Anak mesin ganteng-ganteng loh Bill. Jangan nyesel ya." Wajah Sabilla seketika berubah nelangsa dan menjadi bahan tertawaan untuk yang lain.
Sabilla yang sudah lama bersanding dengan gelar jomblo, ingin sekali kembali membangun sebuah hubungan. Itu kenapa saat masuk kuliah Sabilla menanamkan prinsip 'sambil meyelam minum air' yang menurut Sabilla sama artinya dengan 'sambil kuliah cari jodoh'. Dan ini termasuk dalam salah satu usaha nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#SaVlog Dahulu Cinta Kemudian
RomanceSabilla tidak akan pernah lupa bagaimana cara dirinya dan Angkasa bertemu. Dia yang sedang merekam video untuk vlog nya sendiri dan tidak sengaja melihat Angkasa yang sedang baku hantam. Kesalahpahaman, sampai perasaan aneh yang mulai tersimpan. Seo...