BAGIAN 6-B

29 2 0
                                    

"Jadi bener?"

Sabilla menggeleng sekuat tenaga. Wajah nya dia usahakan datar agar tidak dapat mudah dibaca oleh Angkasa, namun bahasa tubuh nya menunjukkan kalau dia sedang gugup. Jari-
jari nya sibuk memainkan ujung dari piyama yang dia kenakan. Angkasa sudah paham dengan kebiasaan Sabilla itu.

Dirangkul nya Sabilla. Jika dilain situasi Sabilla akan merasa tenang dan aman berada dalam naungan Angkasa, kali ini rasa nya justru berbeda. Apa yang Angkasa lakukan malah membuat Sabilla merasa terintimidasi. "Ternyata kamu nggak sepolos keliatannya ya." Ujar Angkasa dengan pelan. Sabilla sampai tidak sadar menahan napas.

"Jadi kamu percaya sama dia?" Tanya Sabilla tidak terima.

Angkasa tertawa kecil, "nih", Angkasa menjepit di kedua ujung bibir Sabilla yang kecil, "emang bisa nyangkal, tapi mata kamu," tangan Angkasa beralih naik ke ujung salah satu mata Sabilla, "nggak bisa nyembunyiinnya sama sekali." Telak. Sabilla menelan saliva nya dengan susah payah.

Dengan hati yang gemetar ketakutan, Sabilla mencoba menguatkan diri dengan segala sesuatu yang akan terjadi nanti nya. Mungkin Angkasa akan memutuskannya langsung? Atau menghajar Julio? Entahlah. Jadi Sabilla diam sambil menunggu Angkasa berbicara tapi Angkasa tidak kunjung membuka suara. Ditoleh nya Angkasa dan ternyata laki-laki itu tengah menatap ke depan. Wajah nya biasa saja, sama sekali tidak ada menunjukkan emosi. Berdasarkan cerita yang pernah Sabilla baca, seharus nya Angkasa sekarang sedang menahan emosi kan? Tapi kok Angkasa justru biasa saja.

"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" Tanya Angkasa ketika sadar Sabilla sedang serius mengamati nya.

"Kamu... nggak marah?"

"Marah? Karena kamu nggak sepolos yang aku kira?" Sabilla mengangguk. "Bill, aku nggak akan senaif itu kalo aku bilang nggak kecewa. Tapi itu udah lewat kan? Emang bisa dirubah?"

"Nggak."

"Nah, jadi buat apa dipermasalahin."

*

"Sa, kok kita ke sini? Udah malem nanti mama aku nyariin." Sabilla kebingungan saat mobil Angkasa berhenti di sebuah cafe yang terlihat remang. Jika dilihat dari motor dan mobil yang terparkir sih pasti di dalam nya ramai.

"Ada urusan sebentar. Kamu tunggu sini ya." Angkasa sudah akan bersiap-siap keluar saat Sabilla juga mengikuti dia.

Angkasa mendorong pelan tubuh Sabilla untuk kembali masuk ke dalam mobil, "Tunggu di dalam kamu, aku sebentar kok."

"Nanti aku diculik." Balas Sabilla. Angkasa hanya tertawa dan menutup pintu mobil sebelum berjalan masuk ke dalam cafe.

Sambil menunggu, Sabilla hanya diam sambil mengotak-atik ponsel milik nya. Tiba-tiba dari jendela persis di samping nya ada seorang pria yang mengetuk. Dia menyeringai membuat Sabilla harus menarik diri menjauh dari jendela. Sabilla sudah waspada, bahkan Sabilla sudah memencet tombol hijau untuk menghubungi nomor Angkasa. Tapi, kekhawatiran Sabilla langsung padam saat pria itu ternyata hanya sekedar lewat dan terlihat juga Angkasa yang sudah keluar.

"Kamu abis transaksi?" Tanya Sabilla telak. Angkasa yang baru akan menyalakan mobil tentu saja langsung menoleh. Merasa tidak ada jawaban, Sabilla kembali lanjut bertanya, "Ngapain ngajak aku? Seriously Sa, kamu mau nyeret aku ke dunia hitam kamu?"

Emosi Sabilla langsung berada di titik puncak nya. Dia tidak terima ditinggalkan sendiri demi barang haram itu, belum lagi kemungkinan ada polisi dan dia bisa juga ikut terseret karena dia di sini posisi nya sebagai saksi mata.

"Aku cuma minta kamu nunggu di sini dan kamu bilang aku nyeret kamu ke dunia hitam aku? Jangan lebay, Bill." Jawab Angkasa.

Suasana dalam mobil menjadi panas. Berkebalikan dengan suhu yang dihasilkan oleh pendingin yang dihidupkan di mobil. Meskipun begitu Angkasa tetap menjalankan mobil nya membelah malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#SaVlog Dahulu Cinta KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang