BAGIAN 4-A

38 3 4
                                    

Sabilla tersenyum menyadari Angkasa duduk di sebuah motor di area parkir. Meskipun dengan posisi membelakangi, Sabilla dapat mengenali Angkasa dari kaos hitam yang dia kenakan, belum lagi tas yang dia pakai, tas hitam lusuh yang Sabilla tidak yakin ada isi nya atau tidak karena terlihat ringan.

"Sa," ditepuknya bahu lebar itu, "ngapain di sini? Mau pulang?" Sabilla memindai sekelilingnya, mencari keberadaan motor hitam yang sudah menemaninya sejak dia baru masuk SMA.

"Aku nungguin kamu."

Alis Sabilla mengernyit, "Ada apa?" Sabilla memilih sebuah motor yang ada di depan Angkasa untuk diduduki.

Karena jok motor yang tinggi, Sabilla sampai harus sedikit meloncat agar bisa duduk sampai motor itu sempat bergoyang. Secepat kejadian itu, secepat itu juga Angkasa langsung bereaksi dengan memegang motor itu agar tetap stabil dan tidak terjatuh.

"Nggak bisa hati-hati ya?"

Sabilla tertawa, dia tidak mungkin terjatuh kok. "Nggak mungkin jatuh kok, Sa. Ada kamu kan yang jagaiin aku?" Sabilla yang berkata, Sabilla juga yang malu karena nya.

"Kalo aku nggak ada?"

"Kalo kamu nggak ada, ya aku hati- hati lah." Elak Sabilla.

"Nggak percaya." Sabilla tertawa lagi, dia tidak tau alasan kenapa hari ini benar-benar membuat nya bahagia. Fakta karena dia sudah tidak jomblo atau karena dia berpacaran dengan Angkasa? Sabilla pun bingung.

Angkasa memerhatikan Sabilla yang masih mengenakan jaket nya, "Badan kamu kecil."

"Kamu aja yang badannya kegedean. Tuh tangan aku jadi hilang." Sabilla melambaikan kedua tangannya yang tertutup jaket. Sisa jaket itu bergoyang-goyang, Sabilla tertawa dan menular pada Angkasa. Angkasa sampai gemas jadinya. Apa boleh Angkasa kecup sekarang pipi Sabilla? Gimanapun Angkasa itu kan masih normal, dan dihadapkan dengan makhluk semenggemaskan Sabilla, Angkasa rasa nya tidak tahan.

"Jadi kamu ngapain nunggu aku? Kangen? Kan tadi pagi udah ketemu?" Sabilla itu emang blak-blakan. Tipe cewek yang dengan mudah mengungkapkan segala sesuatu dalam hati nya.

"Udah nggak pucet kayak tadi kan?" Sabilla menggeleng. "Nanti malem ada acara? Mau naik kapal di alun-alun?"

Sabilla bereaksi berlebihan. Motor yang dia duduki kembali bergoyang bahkan lebih keras. Sampai Angkasa reflek berdiri memegang motor dan Sabilla sekaligus. "Kamu ini kebanyakan ngonsumsi gula apa sih?" Omel nya heran. Baru tau kalau perempuan dengan status pacar nya itu sedikit hyper. Tapi tidak ada satu niat pun Angkasa untuk memutuskan nya. Menurut Angkasa, itulah daya tarik dari Sabilla.

"Mau! Mau! Jam berapa? Ya ampun aku udah lama nggak ke sana, Sa." Cerita Sabilla kelewat antusias, "Temen-temen aku pada nggak mau aku ajakin naik kapal jadi nya nggak pernah kesampean."

"Habis maghrib?"

"Iya, iya boleh. Wahhh aku nggak sabar!" Jerit Sabilla tertahan. Tangannya terkepal di depan dada. Mata nya berbinar senang, binar yang membuat Angkasa terpanah beberapa saat.

"Nanti aku bilang kalo udah mau jemput kamu. Udah pulang sana." Usir Angkasa.

"Jaket kamu?" Sabilla turun dari jok motor, menghadap Angkasa.

"Bawa kamu aja, pakai untuk nanti malam." Pesan Angkasa. "Aku duluan." Angkasa hanya mengacak rambut sisi kanan Sabilla sebelum melangkah jauh ke arah parkiran khusus mobil. Hal kecil yang mampu membuat Sabilla merasa disayangi atau diperhatikan. Sabilla rasa nya tidak perlu mendapat sebuah kejutan besar saat dia ulang tahun ataupun kejutan besar lainnya, menurut Sabilla hal-hal kecil seperti ini lah yang lebih terlihat manis apalagi jika dilakukan setiap hari.

#SaVlog Dahulu Cinta KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang