BAGIAN 3-B

29 4 0
                                    

Sabilla terkejut. Sangat terkejut. Tadi itu bukan halusinasi nya saja kan? Sabilla menelisik ke dalam tatapan Angkasa, mencoba mencari arti dari perkataannya barusan. Dia lagi nggak dibawah pengaruh obat kan?

"Ternyata kamu bisa ngelawak juga ya." Sabilla tertawa. Tertawa yang sedikit dipaksa. Pertanyaan Angkasa tadi sama sekali tidak membuat Sabilla ingin tertawa sebetulnya, malahan membuat Sabilla terus bertanya-tanya.

Angkasa menghadap Sabilla. Menatap perempuan itu intens. "Gue serius." Sabilla bungkam.

Sabilla bingung harus menanggapi nya dengan bagaimana. Di logika nya dia terus mendesak untuk menjawab pertanyaan Angkasa dengan kata 'ya', namun perasaannya mengatakan untuk berpikir ulang. Sabilla baru mengenal Angkasa bahkan tidak lebih dari seminggu dan tiba-tiba laki-laki itu meminta nya menjadi pacar hanya karena Sabilla mengatakan kalau Angkasa itu ganteng? Yang benar saja. Apa cuman Sabilla yang mengatakan Angkasa ganteng sampai-sampai Angkasa langsung memintanya sebagai pacar?

"Ki..ta ini baru ke..nal Sa." Jangan tanya lagi kenapa Sabilla bisa berubah gugup seketika. Sudah pasti karena tatapan dari Angkasa.

"Klasik Bill. Apa orang yang nikah bahkan baru kenal seminggu itu kurang membuktikan, kalo seberapa lama waktu orang kenal itu sama sekali nggak bisa nentuin status kita nanti nya?"

Bener juga. "Tapi kan.." Sabilla nggak tau harus membantah bagaimana lagi.

"Bisa dicoba kan?"

"Kamu pikir perasaan bisa sebercanda itu pake coba-coba?" Sahut Sabilla cepat. Benar, laki-laki itu sulit dimengerti.

Angkasa berdehem, "Nyoba bukan berarti main-main kan Bill? Ibarat nya lo mau beli baju, pasti lo coba dulu kan? Lo nyoba itu punya tujuan kan biar tau itu pas atau nggak buat lo, ya sama aja kayak hubungan. Lo nggak akan bakalan tau yang mana orang yang pas kalo lo nggak pernah coba buat deketin dia."

Sabilla lagi-lagi melenguh dalam hati, kenapa sih semua yang diomongin Angkasa itu bener. "Kenapa aku? Maksud nya, kamu pasti punya alasan kan?"

"Lo itu unik. Di mata gue lo itu selalu punya poin lebih. Dan kalo diingat, lo udah tau rahasia gue, itu sebenernya lo secara nggak sadar udah masuk terlalu dalam ke dalam hidup gue Bill, bahkan tanpa kita punya hubungan yang lebih dari orang yang sebatas kenal." Ungkap Angkasa panjang lebar.

Ternyata dia itu cerewat juga toh, kiraiin irit bicara.

Sabilla sepertinya menyadari satu hal dari panjang lebar percakapan ini, "Kamu nggak bakalan berhenti sebelum aku bilang iya kan?"

"Itu tau."

Sabilla akan membalas namun terhenti saat pundaknya di pegang. "Bill yuk pulang, nyokap udah nelpon dari tadi." Siska datang masih dengan make-up yang masih menghiasi wajahnya, namun pakaiannya sudah berganti dengan kemeja dan celana jeans hitam.

"Oh iya." Sabilla baru ingat kalau dia tadi ke sini nebeng dengan Siska, teman satu sanggar nya. "Tunggu ya aku ganti baju dulu." Angkasa mencekal pergelangan tangan Sabilla saat perempuan itu hendak beranjak.

"Mau kemana? Kita belom selesai ngomong."

"Aku mau pulang. Aku nebeng dia soalnya." Siska tersenyum saat Angkasa menatapnya.

"Lo nanti gue yang anter." Sabilla melongo. "Nggak, nggak usah. Aku sama temen aku aja." Tolak Sabilla.

"Lo pulang aja, Sabilla biar gue ntar yang nganter." Ujar Angkasa pada Siska. Siska sebenarnya bingung lantaran Sabilla seperti ingin membantah, tapi melihat wajah Angkasa yang sedikit sangar itu Siska jadi nggak yakin buat ngotot ngajakin Sabilla pulang.

#SaVlog Dahulu Cinta KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang