BAGIAN 5

26 2 0
                                    

Brak! Bunyi pintu mobil Angkasa yang ditutup keras oleh Sabilla sama sekali tidak memancing Angkasa untuk menoleh sedikitpun. Mata nya menatap lurus ke depan, kosong. Mata nya sedikit memerah. Sabilla tidak bisa memastikan penyebab dari penampilan Angkasa seperti ini, bisa saja dia kurang tidur atau.. habis menangis? Emangnya Angkasa bisa melakukan hal itu?

"Sa." Panggil Sabilla lembut. Disentuhnya pelan tangan Angkasa yang bertengger di kemudi mobil.

Angkasa menoleh. Sabilla sama sekali tidak menduga dan bisa mempersiapkan diri waktu Angkasa memeluknya. Erat. Tubuh Sabilla yang lebih kecil tenggelam dalam hangat nya rengkuhan Angkasa. Sabilla membalas pelukan itu tidak kalah erat. Ada sesuatu dalam diri Sabilla yang mengatakan kalau laki-laki yang tengah memeluknya ini tidak memerlukan pertanyaan, melainkan hanya butuh pelukan.

Sabilla bungkam. Dia menyimpan banyak pertanyaan dalam benaknya. Pertanyaan yang akan dia sampaikan pada Angkasa nanti, tidak sekarang.

"Bill, apa kehilangan sesakit ini?"

Sabilla tertegun mendengar pertanyaan Angkasa. Suara itu terdengar serak.

Sabilla menggigit bibirnya. Secara tidak langsung Angkasa melontarkan Sabilla pada kehidupannya lalu. Dimana Sabilla juga pernah merasa kehilangan, dan benar kehilangan itu menyakitkan. Namun kehilangan yang Sabilla rasakan ini bukan kehilangan raga orang yang Sabilla sayang, melainkan Sabilla kehilangan sosok itu meski raga nya masih Sabilla temui. Yaitu ayahnya.

Sabilla mengangguk. "Aku belum pernah ngerasaiin kehilangan yang sesungguhnya, Sa. Aku cuman pernah ngerasaiin kehilangan sosok ayah, sosok yang aku kagumin waktu aku kecil karena sosoknya yang selalu jadi pahlawan buat aku. Dan bener itu sakit, Sa."

"Ini kehilangan pertama kali buat aku, Bill. Aku nggak siap dan nggak akan pernah siap buat kehilangan sosok sahabat aku, Juan nama nya." Angkasa berusaha keras menahan getaran dalam setiap dia mengucapkan sepatah kata.

"Dia sahabat aku dari SMA. Aku sama dia udah kayak saudara, Bill. Masa-masa SMA aku habisin dengan dia. Dia juga yang ngenalin aku dengan barang haram itu Bill, karena dia udah jadi pengguna dari waktu SMA kelas 2. Dia sama sekali nggak pernah ngajak aku buat ikut terjerumus ke dalam lingkarang setan yang dia buat, tapi rasa penasaran yang buat aku ikutan nyoba dan nyerahkan diri ke dalam sana.

"Dia selalu ada buat aku, Bill. Sejak masuk kuliah dan aku dengan dia beda universitas, Juan punya keinginan berubah. Dia kepingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik, Juan berniat buat keluar dari lingkarang setan itu, dan aku seneng aja waktu itu. Ngeliat dia yang punya keinginan buat lepas, aku juga berniat buat ngelakuin hal yang sama Bill."

Sabilla tersenyum di balik punggung Angkasa. Merasa Angkasa masih akan bercerita panjang lebar, Sabilla menyandarkan kepala nya pada bahu Angkasa. Sedangkan Angkasa menaruh kepala nya di sisi kepala Sabilla.

"Juan cerita, dia ada ketemu satu cewek yang ngebuat Juan jadi punya niatan kayak gitu. Juan berubah bukan karena dia nggak mau kelihatan jelek di depan mata cewek itu, Juan ngelakuin itu karena dia mau bisa hidup lama ada di sisi cewek itu."

Apa kamu berubah juga dengan faktor yang sama, Sa? Kalau iya, boleh aku berharap cewek yang bisa ingin kamu dampingin itu aku?

"Juan sama aku mulai sedikit demi sedikit ngurangin dosis. Setelah berhasil, kita nyoba buat makin jarang makai nya. Sehari, dua hari, dan batas yang bisa kita capai itu terkahir tiga hari. Dan minggu kemarin, kita berhasil buat nahan sampai lima hari." Tenggorokan Angkasa rasa nya tercekat. "Dan kemarin Juan ngumpul dengan temannya yang lain yang juga ngobat. Juan ditawarin barang itu gratis, karena udah lumayan lama nggak pake dia kebablasan Bill."

#SaVlog Dahulu Cinta KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang