Setelah berhasil memasuki kelas dengan sedikit hambatan alay yang diberikan Abrar, Flora langsung duduk dikursi kesayangannya masih dengan kotak sedang berwarna biru itu.
Kotak itu ternyata menarik perhatian teman-temannya, ketiga gadis itu pun menghampiri Flora.
"Widiihh pagi-pagi budeg gini dapet hadiah nih Rara" ujar Rania
"Cie Rara ada yang ngasih hadiah ciee, dari siapa Ra?" Tanya Hanin
Yang di tanya masih diam sambil memperhatikan kotak itu yang masih bertengger manis diatas meja nya.
"Buka dong Ra, kepo deh gue kayaknya" ujar Zavina
"Kok lo diem aja sih? Buka kali kita kan kepo, iya nggak Nin Vin?" Ujar Rania
"Masalahnya gue juga bingung" ucap Flora
"Dikasih hadiah kok bingung?" Ujar Hanin
"Iya Nin gue bingung, perasaan ulang tahun gue udah kelewat jauh deh tahun kemaren. Kalo nunggu ulang tahun, tahun ini mesti nunggu beberapa bulan lagi lah terus kenapa nih hadiahnya sekarang udah ada sama gue?"
Tiba-tiba saja si pengacau datang.
"Lebay lo, kali aja ini buat gue" celetuk Abrar. Tanpa Vino dan Calvin."Dih apa sih lo! Nggak jelas, siapa juga yang mau kasiah hadiah sama lo." ujar Vina
"Dih siapa juga yang ngajak lo ngomong? Gue ngomong sama si Cina bukan sama lo Pina" jelas Abrar
"Brar namanya Vina bukan Pina" ujar Hanin
"Iya Hanin, Abrar tahu kok, tapi kan terserah Abrar mau ngomong apa juga. Ini kan mulut Abrar bukan mulut Hanin disewain ke Abrar, oke?"
Polosnya Hanin mengangguk dan tersenyum simpul.
Hanin memang seperti anak kecil, menyebut dirinya sendiri saja tidak dengan sebutan gue-lo melainkan dengan menyebut namanya sendiri.
"Udah udah apa banget lo Brar, bisa nggak sih sehariii aja nggak usah nyebelin?" Ujar Rania
Abrar menggeleng.
Melihat itu Flora hanya diam dengan wajah datarnya sambil memperhatikan kelakuan Abrar. Tapi kali ini Abrar terlihat tak biasa dari hari-hari sebelumnya. Pakaiannya rapi dan lengkap dengan atribut sekolah.
Padahal kan tadi gue berangkat bareng, kenapa gue baru merhatiin Abrar segini rapi nya ya?.
"Heh Cina! Ngapain lihatin gue?" Ujar Abrar sambil sedikit menggebrak meja.
Flora hanya menaikan satu alisnya, tanpa basa-basi Flora melenggang pergi ke depan kelas. Sebab ia teringat pesan bu Alya.
Melihat itu Abrar bingung, nih anak kenapa sih? Masa iya setiap hari gue giniin ga ada takutnya sama gue?
Teman-teman Flora bingung melihat Flora yang sudah berdiri di depan kelas dengan wajah datarnya.
"Ehem, oke guys, assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Guys gue tadi dipanggil bu Alya ke ruang guru,"
Belum selesai Flora berbicara sudah dipotong oleh Abrar. "Ya terusss? Lo mau curhat gitu pagi-pagi?". Celetukannya ini berhasil membuat Abrar diberi tatapan sini satu kelas.
Abrar yang merasa dihujani tatapan layak harimau yang tak pernah makan 7 tahun 7 bulan, asli lebay😂.
Abrar langsung diam."Lanjut Ra" ujar Dea
Karena sebal Flora pun mengambil spidol di meja guru dan mulai membuat tulisan bahwa hari ini bu Alya tidak masuk dan memberikan mereka tugas.
Usai menulis, spidol itu kembali diletakan diatas meja guru dan Flora kembali ke tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flora's Love
Teen FictionJagalah yang menjaga, lindungi yang melindungi, sayangi yang menyayangi, kecewakan yang mengecewakan, pergilah dari yang meninggalkan. Dia, satu kata , seseorang, perasaan. Abrar, Flora, Rama♡