[6] Kotak biru II

53 6 0
                                    













     Abrar kini tengah berbaring dikamarnya, tentunya sudah ganti seragam jika terlihat oleh Mamanya, Abrar belum berganti pakaian tapi sudah berleha-leha diatas kasur sudah bisa dipastikan pekikan tajam Mama nya bisa mengancam nyawa Rocky--ayamnya.

Abrar tengah bergelut dengan stik ps dihadapannya. Raut wajahnya begitu serius padahal taraf permainan nya tidak lah sulit, sesulit menjabarkan raut wajah Abrar. Rafka pun sudah sering kali menang jika hanya memainkan permainan ini.

"Anjir kalah kan gue! Rafka sih!" Kesalnya sendiri. Abrar mulai merasa bosan dan mematikan ps nya, ia langsung meraih ponsel diatas nakasnya.

"Nasib, hape cakep nggak ada yang chat sama sekali." keluhnya. Namun setelah nya, Abrar pergi mengambil jaketnya yang tergantung dibalik pintu dan pergi keluar kamar mencari keberadaan Mamanya.

Didapur tidak ada, dikamar mandi pun tidak ada, hanya ada Rafka yang masih memainkan tab nya diruang tamu. Melihat kakaknya yang sedari tadi bolak balik mencari Mamanya pun angkat suara.

"Ngapain sih? Bolak-balik mulu kayak setrikaan," ujar Rafka santai sesekali menoleh ke arah Abrar dan tabnya.

"Liat Mama nggak?" Tanya Abrar

"Dikamar ada nggak?"

Abrar menggeleng, "Lagi ngegosip kalik" ujar Rafka sekenanya.

Abrar hanya mendengus, mengingat kebiasaan ibu-ibu dari jaman ke jaman tak lekang dari yang namanya ngerumpi. "Yaudah kalo ada Mama bilangin yah, gue mau ke si Gandi." ujar Abrar seraya pergi keluar rumah.

"Bawa motor nggak?" Tanya Rafka dengan nada teriak.

"Kagaa" teriak Abrar dari luar.


***

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu yang berulang-ulang mampu membuat Flora terbangun dari tidurnya. "Siapa sih" gumamnya seraya mengambil ponselnya untuk melihat jam.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore, rupanya dia tertidur cukup lama.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintunya kembali terdengar, "Iyaa sebentar" ujar Flora dengan nada suara yang besar.

Dengan cepat ia bangun dari tidurnya, sedikit merapikan rambut dengan jarinya dan membuka pintu, terlihat ada Vano yang sedang berdiri didepan pintunya dengan 2 bungkusan plastik ditangannya.

"Lama lo!" Geram Vano dan langsung menerobos masuk. Flora langsung mengikuti Vano.

Vano langsung duduk dilantai dan mengeluarkan dua bungkus nasi dari dalam kantong plastik yang ia bawa. Begitu pula dengan Flora yang langsung mengambil piring sebagai alasnya.

"Nih lo yang ada ayam nya, gue yang ada lele nya" ujar Vano seraya memberikan bungkusan nasi yang ada ayam gorengnya.

"Nasi pecel?" Tanya Flora.

"Iya, lagian jam segini tukang nasi goreng mah belum buka" ujar Vano memindahkan nasinya ke atas piring dan membukanya perlahan "Wangi banget anjirr" ujarnya menghirup bau masakan.

"Gue nggak ada air minum Van, belum beli" ujar Flora.

"Dimotor gue ada noh, air botol nggak dingin tapi" balas Vano.

Flora mengangguk dan mulai memakan nasinya, begitu juga dengan Vano. Suapan demi suapan penuh dengan keheningan, hingga akhirnya mata Vano sekilas melihat bawah kelopak mata Flora yang sedikit membengkak. Dia pun langsung angkat bicara, "Mata lo kenapa?"

Flora's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang