"Masa sih? Nggak mungkin dia kayak gitu,"
"Lo serius? Mungkin dia lupa kalik, Brar,"
"Jangan asal menyimpulkan sesuatu deh, Brar,"
Ya, kini ke-empat cowok tersebut-mendadak-tengah membuat konferensi dikamar Abrar. Dia sengaja mengundang teman-temannya untuk datang ke rumahnya, ia ingin membahas perihal Kotak biru si Cina judes.
Iya merasa kotak tersebut telah disabotase oleh Flora, hingga tak sampai tepat waktu ditangan Abrar. Bahkan Abrar memeriksa lebih detail isi kotak biru itu, entah kebetulan atau memang Abrar yang berlebihan, dia bisa melihat goresan yang teramat kecil dikaca jam tangannya. Selain itu ia juga melihat beberapa garis tipis tergores dibawah sepatunya.
"Kenapa lo jadi pada ngebelain dia sih? Udah jelas kan disini yang salah dia"
"Salah apaan sih? Dimana letak salahnya coba? Setau gue, si Rara bawa kotak itu baru kemarin. Emang lo nya aja yang berlebihan," Vino memang melihat langsung dan tahu betul bahwa Flora tidaklah salah disini.
"Halah! Alibi dia aja itu, sengaja nyuruh adek kelas. Gue tahu betul itu pasti rencana dia,"
"Lo sok tahu amat sih, Brar," Calvin menimpali.
"Gue yakin, Vin. Dia itu emang punya dendam kesumat sama gue, lo lihat aja setiap dia ketemu gue pasti selalu sinis tuh matanya. Minta dicolok."
"Su'udzon mulu jadi orang, kurang istigfar lo." tambah Gandi.
Abrar menghela nafasnya, "Bingung gue sama jalan pikir tuh anak,"
Ketiga temannya dibuat melongo tak percaya dengan kalimat Abrar barusan. "Harusnya gue yang bingung sama jalan pikir lo," sahut Vino.
Abrar menoleh sinis, "Perasaan gue, dari tadi lo belain dia mulu. Lo suka sama dia?"
"Eh sarap! Bisa abis dia sama Rania," timpal Calvin.
"Lagian belain dia mulu, gue tetap sebel sama si Cina. Bisa-bisanya dia nyabotase hadiah dari Jasmine,"
"Sekarang gue mau tanya," Gandi angkat bicara.
"Jangan nanya macem-macem, Gan. Gue lagi males mikir"
"Tiap hari juga lo males," cibir Vino.
"Sialan!" Umpat Abrar.
"Lo itu suka sama Jasmine dari kelas berapa sih? Gue lupa"
Abrar nampak berfikir sebentar lalu menjawab nya, "Kalo nggak salah dari kelas 11 deh, Gan."
"Apa yang bikin lo suka sama dia?"
Lagi-lagi Abrar diam sejenak kemudia menjawab kembali pertanyaan Gandi, "Apa ya? Ehm, dia itu ... Cantik, ramah, murah senyum, gila Gan senyum nya tuh manis banget, terus dia itu feminim banget, rambutnya indah, pokoknya enak dilihat" alih-alih menjawab pertanyaan Gandi, Abrar justru dibuat senyum-senyum sendiri membayangkan Jasmine.
"Nah, terus lo udah pernah boncengin dia belum?"
Abrar menggeleng, "Dia bilang katanya sibuk terus, jadi nggak ada waktu pulang bareng gue"
"Lo chattingan sama dia nggak?"
Abrar terdiam, "Gila aja lo, Gan. Anak osis kayak dia mah sibuk terus kalik,"
Gandi tampak mangut-mangut, "Gue mau nanya lagi,"
"Dari tadi juga lo nanya mulu, Gan" cibir Vino.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flora's Love
Genç KurguJagalah yang menjaga, lindungi yang melindungi, sayangi yang menyayangi, kecewakan yang mengecewakan, pergilah dari yang meninggalkan. Dia, satu kata , seseorang, perasaan. Abrar, Flora, Rama♡