Waktu baru masuk sekolah
Ngomongnya aku kamu ke temen.
Giliran udah deket gak ada angin gak ada ujan
Langsung lu gua aja.-Alya Putri Anjani-
"Udah deh, Mah. Aku tuh bukan anak kecil lagi," kesalku yang diperlakukan seperti anak kecil oleh Mama.
"Iya sayang, Mama tau kalo kamu itu sudah besar. Tapi, apa salah Mama yang mau nganterin kamu ke sekolah kamu yang baru," kata Mama seraya tersenyum dan mengelus rambutku.
"Yaudah ya Ma, daa Mam. See you," Mama memang perhatian, bahkan sangat perhatian. Tapi, jika dia memperlakukanku seperti ini di depan teman-teman baruku ada rasa malu dalam hatiku.
"Nanti, Mama jemput jam 12:00 ya," kata Mama sambil tersenyum.
"Hsss...iya," aku melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil. untuk memasuki sekolah baruku, SMAN Cendekian Cirebon.
Bukan keinginanku untuk pindah sekolah. Ini semua karena Mama, Mama ditugaskan untuk membangun sebuah proyek di Cirebon. Karena hal itulah aku berada disini, ditempat ini. Tempat dimana aku akan melukiskan kisah baruku di dalam lembaran diaryku.
"Sekolah macam apa ini, ABG gaya udah kaya tante-tante," ku pikir hanya anak Jakarta yang bergaya ke barat-baratan, rupanya tidak juga. Bahkan disini lebih parah.
Aku melanjutkan perjalananku untuk mencari kelas 11 IPA-1.
Iya seperti tante-tante. Make up yang tebal, baju yang di pres hingga bentuk tubuhnya pun dapat dilihat, rambut yang di urai, roknya span.
Pokoknya nggak banget deh, udah gitu omongannya juga nggak dijaga.
"Maaf, permisi. Tau nggak dimana kelas 11 IPA-1?" tanyaku pada seorang pria berjambul, dan bermata biru yang sedang memakai earphone.
"Maaf mas, situ gak bisu kan?" dia menganggapku bagai angin lalu, tidak menjawab, tidak menoleh, hanya sibuk dengan handphone dan earphone yang menyumbat telinganya.
"Woy!" aku memukul bahunya, dan dia menoleh padaku.
Dia melepas earphonenya, dan memarahiku.
"Tanya aja sama yang lain," balasnya ketus.
"Dih....orang nanya baik-baik, nggak jelas banget sih lu jadi orang. Cih.." kemudian aku pergi meninggalkannya.
Aku berjalan meninggalkan pria itu, dan menabrak seorang gadis yang berkacamata serta berambut hitam legam terurai.
"Maaf mba, saya ngak sengaja," aku membantunya membereskan buku-bukunya yang terjatuh, dan kerta-kertas yang berserakan di lantai.
"Eh, iya gapapa. Kamu anak baru ya?" tanyanya sembari membenarkan letak kacamatanya.
"Eh, iya mba. Nama saya Alya, saya daritadi nyari kelas 11 IPA-1, hmm...kok gak ketemu ya hehe..." jelasku seraya menyerahkan buku-bukunya yang telah ku rapihkan.
"Thank's. kenalin saya Alin. Keknya kita sekelas deh, ikut gua aja yuk," dia berjalan dan aku mengikutinya.
"Eh, manggilnya lu gua aja ya. Biar lebih akrab gitu hehe..." aku tersenyum sembari mengangguk, mengiyakan apa omongannya.
"Oh ya Lin, by the way kenapa lu bisa tau kalo gua anak baru?" dia hanya menatapku dengan bibir tersenyum miring.
"Iya dong," senyuman Alin sangat manis dan aku pun terpesona dengan senyumannya yang manis. Akhh.. kawan baruku ini, kataku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss
Teen Fiction#Tim Author : Sherly Oktaviana Alya, gadis biasa-biasa saja yang hadir diantara Nathan dan Alan. Gadis broken home dan mempunyai penyakit parah yang bahkan bisa merenggut nyawanya. Mempunyai seorang kakak laki-laki yang tewas tertabrak mobil. Akan...