Masa Lalu Mama

178 17 7
                                    

Masa lalu bukanlah untuk dilupakan
Tetapi masa lalu dijadikan sebagai pengalaman
Karena itulah yang akan membuatmu
Menjadi dewasa

-Mama-

"Siapa itu, yang nganterin kamu Al?" sontak suara Mama membuatku terkejut. Buyar lamunanku yang menatap Alan dari jendela.

"Eh, emm...bukan siapa-siapa kok Mah," kataku dengan bingung pada Mama, sebab tidak biasanya Mama bertanya hal yang seperti ini padaku.

"Yakin?" tatapan Mata bagai mengintimidasi diriku yang diam terpaku karena ketauan pulang di antar cowok.

"Mama... Kok pulangnya cepet?" kataku gugup.

Neraka jahanam, pulang basah kuyup. Kena introgasi lagi, persetan dengan Alan. -_-

"Jangan coba-coba buat mengalihkan pembicaraan?" sontak suara Mama membuatku terkejut, di tambah lagi tatapan matanya yang menyorot tajam.

"Dia.. Dia cuma temen..kok, Mah." tanganku gemetar. Yah, kalian taulah bagaimana reaksi orang tua ketika ketauan diantar pulang oleh laki-laki tak di kenal.

"Kamu pacaran sambil hujan-hujanan? Kenapa baju kamu lembab?! Dia pacar kamu kan Alya?! Jawab?!" mata Mama benar-benar tajam, nadanya tinggi bagai ingin menelanku.

"Alya enggak ada pacaran mah!"

"Ganti baju kamu sekarang! Mama mau bicara sama kamu ?!" Mama pergi ke ruang tamu, dimana hal-hal serius di bicarakan disana.

Matilah aku, bagaimana ini?

📌

Aku menyeret kakiku menuju Kamar. Perasaanku yang baru saja senang, seketika berubah menjadi amarah Mama.

Ya, Mama memang over dalam segala hal. Ia juga orangnya diktator, apalagi aku anak perempuan.

Pernah Mama pesan, bahwa aku tidak boleh pacaran sebelum aku menamatkan pendidikanku. Mama khawatir, apalagi pergaulan anak jaman sekarang. Yang pacaran tidak tau aturan, bahkan sampai hamil di luar nikah pun ada.

Banyak kali ah -_- #author.

Karena bebasnya pergaulan jaman sekarang, itulah yang membuat Mama begitu hati-hati terhadap anak gadisnya ini.

"Alya tau Mama khawatir. Tapi, Mama kan bisa dengerin dulu penjelasan Alya." kataku sambil menatap diriku di cermin.

Setelah selesai mengganti pakaianku yang basah, aku pergi ke ruang tamu. Perasaanku tidak enak, Mama pasti akan memarahiku habis-habisan.

"Ma," kataku sambil mengetuk pintu.

Mama menoleh padaku dengan tatapan tajam. Meskipun Mama tidak bicara, tapi dia menyuruhku duduk melalui tatapan matanya.

Aku berusaha menenangkan diriku agar tidak gugup saat menjelaskan nanti.

"Siapa pria tadi?" tanya Mama dengan nada penekanan.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang