BAB VI : LESMANA

1.2K 179 63
                                    

Bandara Ngurah Rai, 19.00 WITA

Syailendra tampak duduk di ruang tunggu bandara bersama seorang anak remaja berkaos putih dengan jaket hitam tersampir di bahunya. Anak remaja yang tak lain adalah Mandala itu dari tadi malah asyik saja membolak-balik buku masak yang entah ia dapat dari mana sementara Syailendra tampak serius mengamat-amati sejumlah dokumen yang dikirimkan peretas bernama Gempar itu ke arlojinya. Dokumen-dokumen yang sebagian besar tulisannya tidak utuh itu berjumlah 10 dokumen. Isinya tentang pengiriman dokumen dan cetak biru yang sayangnya terpecah dalam fragmen-fragmen yang masih gagal disatukan oleh Gempar.

"Kita bisa ambil file utuhnya di server pusat Satyawati Corp, tapi untuk itu kita perlu memasukkan virus secara langsung ke komputer yang terhubung dengan server tersebut. Selain itu kita harus waspadai sistem SEDNA milik mereka. Sistem itu anti peretasan dan bukan mustahil malah kirim balik virus ke kita lalu server Dakara di Bali ini overload lalu meledak lalu yah, duit lagi," kata Gempar ketika Syailendra menanyainya soal kemungkinan menggali data-data penting dari server pusat Satyawati Corp.

Karena itulah Syailendra memutuskan untuk turun tangan sendiri menyusup ke markas musuh dengan mengajak Mandala. Alasannya sederhana, tidak ada satupun kombatan Dakara yang kompeten untuk menyusup ke Satyawati Corp. selain dirinya. Dokter kembar sudah dikenali oleh seluruh Kurawa, terlalu beresiko membiarkan dokter kembar datang ke markas musuh, bisa-bisa nanti mereka tewas. Tim B yang terdiri dari Janggala, Markus, dan Ali kurang berkompeten. Mereka ahli dalam pertarungan dan intelijen yang melibatkan orang-orang jalanan mulai dari kelas preman, tukang becak, sampai pedagang pasar, tapi jelas mereka bakal tampil bak orang udik jika menghadiri pesta gala dinner ala konglomerat seperti yang diadakan Satyawati Corp. kali ini. Kadek? Kadek kompeten, tapi dia butuh orang yang bisa berbahasa Mandarin untuk dikirim ke Macau dan Kadek adalah satu-satunya kombatan Dakara yang bisa bahasa Mandarin selain dirinya. Lalu kenapa ajak Mandala? Alasannya sederhana, Mandala adalah penerawang, manusia berkemampuan khusus yang bisa memprediksi kejadian masa depan, jadi ia bisa sedikit berjaga-jaga andaikan ada bahaya mendekat.

Penumpang Garuda Airlines, Penerbangan GA-904 tujuan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dimohon untuk bersiap naik ke pesawat!

"Ayo Mandala!"

'Ya Kolonel!' tulisan itu muncul di layar holografik yang dikeluarkan sebuah bola logam melayang yang sedari tadi mengitari Mandala.

"Tolong setelah ini jangan panggil saya Kolonel. Panggil saja Papa atau semacamnya. Kita kan di sana akan pura-pura jadi ayah dan anak."

'Ya Papi!' tulisan itu kembali terpampang di layar Mandala yang tengah menarik koper bawaannya.

******

Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, 21.00 WIB

Penerbangan dari Ngurah Rai ke Soekarno-Hatta memakan waktu 2 jam perjalanan setelah 1 jam persiapan keberangkatan. Begitu turun dari pesawat, seorang pria paruh baya berjas abu-abu dengan potongan rambut belah dua yang tak lain adalah Kanwa, kakek Bayu, sudah menunggu mereka.

"Selamat datang Ketut! Gala dinnernya besok malam! Apa rencanamu?" ujarnya sambil setengah berbisik.

"Datang dan menyusup," jawab Syailendra singkat.

"Dan dia?"

"Kenalkan, ini Mandala, salah satu anak dari menantumu, Pak Kanwa."

"Oh ya ampun," Kanwa menepuk jidatnya ketika menyadari pembicaraan ini mengarah ke mana. Menantu sialannya itu punya setidaknya tujuh anak selain Bayu. Masing-masing dari wanita yang berbeda pula! Kalau mengingat masa-masa itu lagi, Kanwa rasanya ingin langsung menonjok setiap wanita yang berani bermain bersama menantunya. Tapi begitu memperhatikan Mandala baik-baik, rasa marahnya itu sirna.

Sang Awatara IV : Kali-YugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang