Hotel Kertajaya, Tangerang, 21.00 WIB
Sepertinya Syailendra agak terlambat menghadiri acara di Hotel Kertajaya, sebab ketika kendaraan yang ia tumpangi tiba di sana, sopirnya kesulitan mencari tempat parkir sehingga terpaksa harus menurunkan Syailendra dan Mandala di lobi hotel dan tidak bisa menjanjikan di mana dirinya akan memarkir mobilnya.
Pada akhirnya Syailendra terpaksa membiarkan sang sopir memarkir mobilnyaa cukup jauh sementara ia dan Mandala segera turun dan menuju hall tempat gala dinner diadakan. Di dalam, sebuah panggung penuh cahaya lampu kuning yang dibentuk menyerupai gambaran sebuah istana dari era Nusantara kuno sudah disorot sedemikian rupa, menyorot seorang yang tidak lain dan tidak bukan merupakan presiden pengganti dari presiden sebelumnya yang telah tewas, Murdiono atau Syailendra lebih suka menyebutnya Duryodana.
Acara tersebut berlangsung cukup membosankan bagi Syailendra dan Mandala. Setelah pidato panjang lebar oleh sang presiden, acara dilanjutkan dengan sambutan Menko Perekonomian yang lagi-lagi mengulangi kata-kata Sang Presiden yakni mengucapkan terima kasih kepada hadirin-hadirin sekalian yang telah bersedia menanamkan modal mereka pada negara untuk membantu negara menjalani hari-hari sulitnya dalam menghadapi ancaman Laskar Pralaya.
"Laskar Pralaya sungguh biadab! Berani sekali mereka melakukan tindakan bom bunuh diri! Percayalah Bapak-Ibu, uang yang Bapak-Ibu sumbangkan akan kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk membangun kembali infrastruktur-infrastruktur yang dihancurkan oleh kelompok ekstrimis ini sekaligus memberikan peralatan termutakhir untuk menunjang kinerja TNI yang akan menumpas mereka. Bapak-Ibu akan lihat hasilnya sebentar lagi. Paling lama bulan depan, seluruh Laskar Pralaya akan tumpas!" Sang Menko Perekonomian melontarkan pidato berapi-api yang langsung disambut dengan gemuruh tepuk tangan para hadirin.
"Jagakan kursi saya, Mandala," ujar Syailendra ketika merasa dia sudah cukup lama berada di sini, "saya mau ke 'kamar mandi'."
Ya Papi! tulis Mandala sebagai jawaban.
*****
Syailendra berpura-pura menuju kamar mandi, namun secara diam-diam ia membuka pintu tangga darurat lalu mulai menuruni tangga itu hingga ia sampai di basement yang dijaga beberapa orang petugas keamanan. Syailendra langsung mengeluarkan sebuah pena dari sakunya yang langsung ia putar knopnya 180 derajat hingga sebuah jarum melesat mengenai leher salah satu penjaga dan merubuhkannya ke alam mimpi. Teman-temannya menyadari bahwa ada temannya yang pingsan dan langsung beranjak menghampirinya namun segera saja mereka jatuh terlelap karena serangan jarum bius milik Syailendra.
Syailendra berjalan santai menuju sebuah ruang yang dilindungi pintu baja dan sistem keamanannya menggunakan kombinasi sidik jari. Pria paruh baya itu langsung mengaktifkan tc-earphonenya, "Gempar! Aku butuh bantuan dengan kunci ini!"
"Letakkan satu chip yang saya berikan tadi ke bagian alat itu, Kolonel. Lalu beri saya waktu satu menit," jawab Gempar dari ruang kerjanya nun jauh di Bali sana.
Syailendra menuruti instruksi Gempar lalu menunggu selama beberapa saat sambil terus menoleh kanan-kiri guna memastikan tidak ada lagi petugas keamanan yang mendatanginya. Setelah semenit, terdengar bunyi 'bip' dari alat pemindai sidik jari tersebut lalu terbukalah pintu baja pelindung ruangan tersebut.
Syailendra berjalan cepat melewati deretan komputer server menuju bagian tengah ruangan yang mana seharusnya server pusat berada. Tapi ketika ia sampai di tengah ruangan, didapatinya ada orang berdiri di tengah ruangan, seolah sudah menunggunya.
"Selamat malam Kolonel Syailendra," orang yang tampak tak asing bagi Syailendra itu berujar congkak.
"Wijayadi Saputra, sedang mencoba main-main jadi pahlawan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Awatara IV : Kali-Yuga
Science FictionSekuel dari Sang Awatara III - Triwikrama. Syailendra menarik seluruh agen Dakara ke Bali untuk mengkonsolidasi segala elemen yang tersisa dari Dakara dan BIN, sementara Presiden baru mulai melakukan perburuan serta penindasan pada setiap pihak yang...