Beberapa waktu yang lalu, author menerima beberapa saran dari beberapa pembaca tentang 'kurang jelasnya' istilah-istilah yang author tampilkan di sini. Menyadari bahwa konsep Sang Awatara ini banyak author ambil dari kitab dan kisah yang mungkin sudah jarang dibaca, maka di bab ini author akan sedikit berbagi mengenai asal mula penggunaan istilah serta konsep yang mendasari novel ini.
Avatar / Awatara
Avatar atau Awatara adalah kata dalam bahasa Sansekerta yang artinya 'yang turun (dari atas) ke bawah (bumi)'. Biasanya mengacu pada perwujudan Dewa-Dewa Kahyangan yang turun untuk menegakkan dharma / keadilan di muka bumi. Ada sejumlah dewa yang pernah turun menjadi Awatara di bumi, tapi yang paling dikenal adalah Wisnu Sang Penjaga Semesta dengan wujud Dasa Awatara (Sepuluh Awatara)-nya. Awatara Wisnu yang paling terkenal adalah Rama dalam Epos Ramayana serta Kresna dalam Epos Mahabharata. Dalam novel ini, Awatara tidak hanya mengacu pada spirit para dewa yang turun ke bumi melainkan juga sprit pahlawan besar di masa lalu yang diturunkan kembali oleh Aswathama.
Di era Mahabharata terdapat sejumlah awatara antara lain :
Drona / Dorna / Durna =Brihaspati (Penguasa Planet Jupiter)
Arya Widura (Adik Raja Pandu) = Yama (Dewa Kematian)
Sri Kresna = Wisnu Sang Penjaga
Baladewa = Naga Anantasesa
Abimanyu = Seorang Putra Batara Candra
Anoman = Siwa Sang Pelebur
Drestadyumna (kakak Drupadi) = Agni, Dewa Api
Nakula dan Sadewa = Aswin Kumara, Dewa Penyembuh
AstraAstra – yang juga jadi nama produsen kendaraan bermotor di Indonesia – adalah sebutan bagi senjata mistik yang ditempa di kahyangan atau Brahmaloka (kediaman Batara Brahma Sang Pencipta). Astra biasanya dimiliki para dewa meskipun manusia-manusia berkemampuan khusus kadang bisa menggunakannya pula apabila diizinkan para dewa. Manusia yang mampu menggunakan astra amat ditakuti di masa lalu karena mereka bisa mengalahkan sepuluh resimen pasukan beranggotakan sepuluh ribu orang sendirian saja.
Kitab TakdirJiptasara
Kitab ini diambil dari kitab pewayangan Jawa zaman Mataram Islam. Konon apapun kejadian yang dituliskan di kitab ini akan menjadi kenyataan di dunia. Penulisnya biasanya merupakan sesosok dewa yang dipilih dan hanya sedikit makhluk yang bisa mengintervensi kejadian yang tertulis di kitab ini, salah satunya Batara Wisnu.
Trimurti
Brahma Sang Pencipta, Wisnu Sang Penjaga (atau Pemelihara), dan Siwa Sang Pelebur (atau Penghancur) adalah tiga dewa utama agama Hindu.
Kalimat itu pasti lazim teman-teman dengar baik di sekolah maupun di berita-berita media massa. Tapi jika digali lebih dalam lagi, Trimurti sebenarnya 'agak susah' dimasukkan golongan yang sama dengan dewa-dewa kahyangan yang dipimpin Batara Indra. Trimurti cenderung 'bekerja secara independen'. Mereka bukan pimpinan para dewa tapi biasanya nasehat atau saran mereka didengar, minus Siwa yang kadang-kadang harus ngamuk dulu sebelum sarannya didengar. Trimurti memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada dewa-dewa lain pada umumnya. Sebagai ilustrasi, Rahwana tidak bisa dibunuh oleh dewa manapun tapi Awatara Wisnu, yakni Rama – meskipun harus sedikit susah payah – akhirnya bisa membunuh Rahwana yang sejatinya makhluk abadi dan tak bisa mati sementara Siwa pernah menghajar seisi kahyangan sampai-sampai tak ada dewa yang mampu berdiri tegak pasca Siwa mengamuk. Di kalangan pemeluk agama Hindu sendiri, Trimurti yang lazim dipuja adalah Wisnu dan Siwa, kecuali di Bali yang memuja ketiganya secara bersama-sama meski pemujaan utamanya dari sisi tata cara maupun mantra cenderung tertuju pada Siwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Awatara IV : Kali-Yuga
Science FictionSekuel dari Sang Awatara III - Triwikrama. Syailendra menarik seluruh agen Dakara ke Bali untuk mengkonsolidasi segala elemen yang tersisa dari Dakara dan BIN, sementara Presiden baru mulai melakukan perburuan serta penindasan pada setiap pihak yang...