Para Kuda

135 17 50
                                    

Aku bangkit dari posisiku, berdiri di atas salju sembari menarik tangan Savanna untuk membantunya berdiri. Kemudian aku menatapnya untuk sejenak, memperhatikan kedua mata hitamnya yang mulai kembali berkilat lapar.

Setelahnya aku menarik Savanna untuk berlari di bawah sinar rembulan. Menghindari kegelapan sembari sesekali melompati dahan agar dapat sampai lebih cepat.

Sinar rembulan terus bersinar dengan terang. Kulit dingin Savanna terasa lebih menusuk saat kulitnya bergesekan dengan telapak tanganku. Bahkan suara erangan dari mulutnya sesekali membuatku memaksa diri sendiri untuk berlari lebih cepat.

Aku tersenyum miring saat suara ringkikan terdengar tak jauh dari kami. Membuatku menoleh sekilas ke arah Savanna dan mendapati gadis itu tengah menjilati taringnya.

Perlahan-lahan tungkai kami berhenti berlari, memperhatikan kuda-kuda berkulit hitam serta kelabu yang kini tengah berlarian ketakutan. Sang ‘pencabut nyawa’ telah datang.

Kemudian aku melepas genggamanku pada Sana, membiarkan gadis itu menerkam kuda-kuda berkulit kelabu yang tiba-tiba saja sudah ada tujuh ekor kuda yang tumbang di atas salju. Aku tersenyum, bersedekap seraya memperhatikan gadis bermata hitam itu yang sedang makan.

Ini kali pertama aku melihat seorang ras Hitam. Ditambah ia sedang makan dan aku tidak merasa takut sedikit pun.

Dalam sekejap aku sudah tidak bisa melihat sedikit pun daging yang tersisa dari para kuda kelabu tadi. Satu-satunya yang tersisa hanyalah tulang belulang mereka dan Savanna yang kini tengah berdiri di depan seekor kuda berkulit hitam yang seolah tengah mematung—kagum akan gadis di hadapannya.

Mendadak senyuman di wajahku menghilang, kernyitan di dahiku menonjol saat kulihat tangan Savanna mengusap kepala kuda tersebut. Pandangan mereka saling megunci, seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain.

Aku tahu ada yang terjadi di antara mereka. Tapi apa? Dan sejak kapan kuda hitam senang dengan manusia—maksudku, Vampir?

Dari selama aku hidup, tidak ada cerita darimana pun dan siapapa pun yang mengatakan bahwa ada seseorang yang pernah menyentuh kuda hitam. Mereka sulit untuk dibunuh, digapai atau bahkan untuk sekadar difoto.

Namun kali ini, kuda itu bahkan berserah diri!

Savanna terlihat murung, kali ini ia mengusap hidung kuda tersebut sebelumnya akhirnya kuda itu menekuk kaki-kakinya seolah membungkuk pada Savanna. Kemudian kuda itu berputar, berjalan menjauh dari gadis itu dan meninggalkan kami dengan tenang.

Aku pun berjalan ke arah Savanna saat gadis itu masih terpaku pada kepergian kuda hitam tadi. Kurangkul dirinya dengan erat, membuatnya mendongak dan menatapku.

“Apa yang kau lakukan dengan kuda itu?” tanyaku.

Savanna hanya menggeleng dan gerakan selanjutnya membuatku terpaku untuk beberapa saat. Ia memelukku dengan sangat erat. Wajahnya ia tenggelamkan di lekukan leherku serta sebuah isakan keluar dari bibirnya.

Aku mengerjap, membalas pelukannya seraya mengusap-usap kepalanya lembut. Aku menarik dan menghela napas, terasa sangat canggung namun aku tak bisa mengelak bahwa aku menyukai cara Savanna memelukku.

“Kau ingin pulang?” tanyaku lagi yang langsung disambut dengan anggukan kepalanya.

Detik berikutnya aku meraih lutut Savanna, membawanya erat ke dalam dekapanku. Aku berjalan menuju luar hutan sembari menghindar dari tiap-tiap cahaya rembulan. Sengaja tidak berteleportasi karena aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Mungkin saja rasa itu akan semakin tumbuh jika aku memperlambat momen langka seperti ini. Mungkin saja kebencianku akan ras serigala akan hilang jika aku memperlakukannya lebih baik.

Dixon Abraham [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang