Nadi Pov
Rasanya benar benar sakit mendengar ucapan kak Abqa. Apa salahnya jika aku ingin belajar menjadi seorang istri yang bisa melayani suami. Aku sudah menutup mata dan telinga melihat sikapnya yang seakan akan tak memperdulikanku sama sekali, bahkan aku mulai belajar membuka perasaanku untuknya walau kemungkinan kecil Kak Abqa akan membalasnya. Tapi apa yang dia ucapkan tadi benar benar menyakitkan, bodoh sekali aku ini sampai kapanpun aku tetaplah bukan siapa siapa dimata kak Abqa. Baiklah jika itu yang dia inginkan aku akan menurutinya membantahpun pasti juga percuma.
Aku masih berdiri didekat pintu mencerna semua apa yang baru saja dikatakan kak Abqa. Seakan tersadar kulihat laptopku yang ada disofa masih dalam keadaan menyala, segera kumatikan dan menyimpannya di tas kerjaku. Setelah itu kumatikan lampu kamar menyisakan lampu tidur, kuambil posisi berbaring memunggungi tempat berbaring kak Abqa, kutarik selimut sampai leher dan melepaskan kaca mata meletakkannya dinakas lalu mulai memejamkan mata. Selang beberapa menit kurasakan tempat tidur sedikit bergerak menandakan seseorang berbaring. Hal yang setiap malam kulakukan kini tak kulakukan lagi yaitu memandangi wajah kak Abqa aku takut dia mengetahuinya dan akan semakin melarangku melakukan apapun lagi yang berhubungan dengannya.
Pagi selesai sholat subuh yang biasa kugunakan untuk membantu mommy dan bibi memasak termasuk menyiapkan segala keperluan kak Abqa tak kulakukan walaupun terasa aneh karena hal itu sudah sebulan lebih menjadi kebiasaanku. Dan untuk menghindari kecurigaan orang rumah aku mengatakan sedang ada pekerjaan yang membuatku berangkat pagi. Memang pagi ini ada pekerjaan yang mengharuskanku berangkat pagi, meski begitu sebenarnya juga tak perlu berangkat sepagi ini tapi yasudahlah. Tas yang tadi malam kusiapkan berisi laptop, camera dan beberapa keperluan lainnya sudah bertengger manis di punggungku dan saatnya untuk berangkat.
"Nadi, mau kemana nak sepagi ini?"tanya mommy memandangku dari atas sampai bawah.
"Nadi pamit mom ada pekerjaan yang mengharuskan Nadi berangkat pagi"
"Sepagi ini?"
"Iya"
"Gak nunggu sarapan dulu"
"Gak usah mom nanti sarapan dijalan aja"
"Mommy bawain bekal deh"
"Gak usah mom"
"Yasudah, tapi apa gak nunggu Abqa biar diantar"
"Em... Ehh... itu.... Nadi-"
Drrrttt dreeet
Tiba tiba suara ponselku yang sedang kukantongi bergetar.
"Sebentar mom"
"Assalamualaikum, hallo"
"Waalaikumsalam, hallo kak apa flash diskku ada dikak Nadi tadi malam kucari tidak ada"terdengar suara dari seberang membuatku menghela napas samar merasa terselamatkan.
"Iya, kamu jemput akukan Rif?"
"Syukurlah, dan apa tadi jemput? tumben kakak minta jemput biasanya-"terdengar nada bingung dari Rifki karena biasanya aku lebih memilih mengorder ojek online.
"Oke aku tunggu" ucapku mengakhiri sambungan takutnya nanti Rifki banyak bertanya tanya. Setelahnya kumasukkan lagi ponselku kedalam saku.
Kupikir mommy sudah pergi ternyata masih menungguku dengan berdiri memperhatikanku.
"Tuhkan kamu pasti masih menunggu temanmu, sebaiknya kita sarapan dulu ya"
"Teman Nadi sudah dekat mom, sebaiknya Nadi berangkat takut nanti ditunggu kelamaan gak enak, assalamualaikum"kilahku padahal memberitahu Rifki saja dadakan sudah pasti dia juga akan lama menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate Marriage?
RandomSequel dari MTY Seharusnya semua berjalan seperti semestinya seperti apa yang telah kurencanakan, tapi apadaya Tuhan menggariskan takdir lain dari kisah yang sudah kurencanakan. Apakah ini adalah pernikahan turun ranjang? Mungkin saja iya tapi bisa...