Sembilan

13.6K 775 25
                                    


Abqa pov

Hari ini adalah tepat dimana perusahaan yang telah dipimpin dari mulai kakek sampai papa kini telah memasuki usia lebih dari limapuluh tahun. Seperti biasanya perusahaan akan mengadakan pesta untuk menyambut hari ini. Banyak karyawan yang terlihat antusias karena kami juga mengizinkan jika mereka membawa pasangan masing mereka, tak ketinggalan kami juga mengundang beberapa kolega untuk meramaikan suasana malam ini.

Untuk malam ini papa memintaku sekalian memperkenalkan Nadi sebagai anggota baru keluarga kami. Walau pernikahan kami tanpa kemewahan apapun papa mengatakan orang lain berhak tau jika Nadi kini adalah menantunya, otomatis kujawabi dengan anggukan itu sebabnya aku memberinya kartu kredit tadi malam memintanya untuk membeli keperluannya untuk malam ini. Dan entah bagaimana Kaela bisa tau jika aku memberi kartu kredit ke Nadi. Bahkan dia selesai meneleponku untuk menanyakan hal itu, dan ujung ujungnya aku tau dia akan minta juga, anak itu jika ada maunya pasti akan berkelit dengan beberapa alasan yang akhirnya kuiyakan dan setelah mendapat apa yang dia inginkan dengan cepat memutuskan sambungan teleponnya. Dasar Kaela jika ada maunya pasti bersikap manis.

Kurapikan lagi tuxedo yang kukenakan, setelah terlihat rapi aku segera menyambar kunci mobil dinakas.

Kurapikan lagi tuxedo yang kukenakan, setelah terlihat rapi aku segera menyambar kunci mobil dinakas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan bersamaan aku keluar kamar begitupun dengan papa yang terlihat menutup pintu kamarnya. Papa menoleh kearahku dan tersenyum.

"Saatnya menjemput para ledies" ujar papa padaku yang kujawabi dengan anggukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saatnya menjemput para ledies" ujar papa padaku yang kujawabi dengan anggukan. Kemudian kami berjalan beriringan kearah garasi.

"Zac tiduk ikut pa?" tanya yang tidak melihat adik bungsuku itu.

"Dia baru pulang, katanya nyusul nanti pakai motor"

"Dasar anak itu"

"Biarlah, kamu seperti tak tau adikmu itu bagaimana" ucap papa membuatku terkekeh.

Obrolan kecil kami berhenti saat memasuki mobil masing masing. Kami meluncur kesalon tempat langganan mommy yang sudah kuhapal diluar kepala karena sudah terbiasa setiap acara mommy akan datang kesini. Mommy memang lebih suka mengeluarkan uangnya dari pada make up sendiri tapi hasilnya tidak menyakinkan. Memang mommy bukanlah wanita yang gemar bersolek dan menghabiskan waktu serta uangnya hanya untuk berurusan dengan kosmetik. Bahkan aku lebih sering melihat papa membelikan beberapa jenis alat untuk menggambar maklum istrinya alias mommy adalah arsitektur dan menggambar sebuah bangunan adalah kegemaran mommy.

Levirate Marriage?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang