Abqa pov
Aku merasa pagi ini diriku benar benar aneh. Bagaimana tidak, aku merasa jengkel sendiri mencari pakaian kerjaku yang selalu merasa tak cocok padahal itu hal yang sangat mudah. Dilain itu aku harus mendengar Nadi mendapat panggilan dari laki laki yang dia panggil Rifki Rifki itu membuatku merasa risih sendiri mendengarnya. Dengan rasa jengkel diubun ubun aku memintanya mencarikan pakaianku. Peduli apa dengan permintaanku dulu melarangnya memperhatikanku. Disaat mencari pakaian kupikir dia akan mengakhiri panggilannya dengan laki laki itu tapi Nadi masih melanjutkannya dengan cara menempelkan ponselnya di antara bahu dan telingannya yang dengan jengkel pula kuambil ponselnya lalu mengatakan kepada si penelepon bernama Rifki itu seolah olah Nadi sedang sibuk mengurusku, suaminya. Tak sampai disitu, dengan tanpa berpikir lagi aku mengatakan untuk mengantarnya berangkat bekerja karena sempat kesal saat tadi laki laki itu akan menjemputnya.
Dan saat ini aku sedang menunggu Nadi di meja makan, hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Setelah sarapan tadi dia kembali kekamar mengatakan untuk mengambil tas kerjannya.
"Kak" suarannya dari belakangku membuatku menoleh. Kuamati dia yang mengenakan setelan serba panjang sedikit over size dari tubuhnya. Kenapa aku baru sadar dia fotografer tapi tidak stylis sama sekali tapi kenapa bu Vae dulu memintanya jadi model iklan kosmetik. Berbeda sekali jika dia hanya mengenakan handuk selesai mandi, yang terlihat sexy. Astaga aku malah berpikir kesana.
"Kak" panggilnya lagi membuatku tersadar.
"Kau bekerja dengan pakaian ini?" tanyaku.
"Emang Nadi tiap bekerja memakai pakaian seperti itu kak" ini bukan suara Nadi tapi Kaela yang masih memakai pakaian rumahnya terlihat baru bangun tidur.
"Tumben lo masih disini papa aja udah berangkat"lanjutnya
"Bukan urusanmu dek" jawabku.
"Tanya doang kali sewot banget"
"Nad?"tanyaku menuntut jawaban atas pertanyaanku tadi yang sempat dijawab Kaela.
"Iya kak"
"Udah Kaela jawab masih ditanyain, katanya kemarin mau nafkahin istri, masa cuman beliin gaun aja sekalian itu pakaian kerja buat Nadi uang lo kan banyak" ucap Kaela tidak kutanggapi dan segera menggandeng tangan Nadi kearah bagasi.
"Kak"panggilnya saat kita sudah didalam mobil.
"Hemm?"
"Kalau kakak malu, biar Nad-"
"Aku gak malu, tapi coba pikirkan bagaiamana kalau ada rekan kerjaku yang melihat gaya berpakaian istri wakil direktur seperti itu"
"Tapi aku lebih nyaman berpakaian seperti ini" cicitnya.
"Kau itu, tak tau saja bagaimana mulut pedas rekan kerjaku dan para istrinya" ucapku.
"Apa kak Abqa membicarakan repotasi?" tanyanya.
"Aku tak membicarakan repotasi, aku memikirkan dirimu bagaimana jika salah satu dari mereka bertemu denganmu dan mengejekmu ditempat umum" bentakku membuatnya terdiam dan menunduk.
Kuhela napasku kasar sebelum memberhentikan mobil didepan toko pakaian.
"Turun" perintahku.
-------
Nadi pov
"Aku tak membicarakan repotasi, aku memikirkan dirimu bagaimana jika salah satu dari mereka bertemu denganmu dan mengejekmu ditempat umum" bentak kak Abqa membuatku terdiam dan menunduk. Kupikir dia merasa malu atas penampilanku untuk menjaga repotasinya sebagai wakil papa dikantor. Dan ternyata dia memikirkanku, apa bolah aku menyebut itu sebuah bentuk dari perhatian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate Marriage?
RandomSequel dari MTY Seharusnya semua berjalan seperti semestinya seperti apa yang telah kurencanakan, tapi apadaya Tuhan menggariskan takdir lain dari kisah yang sudah kurencanakan. Apakah ini adalah pernikahan turun ranjang? Mungkin saja iya tapi bisa...