Sembilanbelas

14.9K 949 43
                                    

Abqa pov

Kupeluk tubuhnya dari belakang diatas tempat tidur. Sungguh acara drama ini masih berlanjut, membuatku harus izin papa untuk berangkat siang kekantor karena harus menemaninya bergelung dibawah selimut dengan suara isakan yang tak kunjung usai. Dan karena ini pula aku harus mengizinkan pada atasannya jika dia tidak bisa masuk kantor, untunglah bu Alisa atasannya yang termasuk rekan kerja diperusahaan papa dalam pembuatan iklan perusahaan itu mengizinkan karena aku beralasan Nadi sedang sakit. Bagaimana mau berangkat kekantor jika sedari tadi menangis tidak jelas. Aku yang tadinya  ingin ke kantor pagi pun tidak jadi berangkat karena mommy memarahiku habis habisan menganggap aku yang telah membuat Nadi menangis.

"Aku sudah memelukmu diamlah, Tania juga sudah pulang" ucapku tapi masih mendengarkan dia sesenggukan. Dalam dekapanku kurasakan memang tubuh Nadi terasa lebih berisi itu berarti bukan hanya dari segi penglihatanku saja tapi memang kenyataannya seperti itu.

"Tubuhmu makin berisi dan ini apa perutmu tertimbun lemak harusnya tiap pagi kau ikut lari pagi" ucapku sambil mengelus perutnya, bermaksud mencoba membahas yang lain karena sedari tadi aku memintanya untuk diam tapi masih saja menangis dan ini apa dia malah makin keras.

"Hey diamlah, mommy nanti dengar dan bisa marah padaku" bisikku frustasi. Tanpa kuduga dia membalikkan badannya kearahku memeluk tubuhku dan kepalanya diserukkan diperpotongan leherku membuatku benar benar kaget baru kali ini Nadi bersikap memelukku tanpa malu malu seperti ini. Bahkan tidak ada lima menit suara senggukannya sudah tidak ada lagi diganti hembusan napasnya yang teratur. Sekarang dia tertidur? secepat itu?. Merasa dia sudah pulas ku lepas belitan tangannya dipinggangku lalu turun dari tempat tidur. Kubenarkan selumnya hingga menutup sampai batas lengannya.

"Kamu mau kemana Abqa?" suara mommy membuatku berhenti setelah keluar kamar dan merapikan pakaianku.

"Mau kekantor mom Abqa sudah telat sekali, sebentar lagi ada meeting"

"Lalu Nadi?"

"Dia sedang tidur kecapean nangis"

"Yasudah mommy aja yang jaga Nadi"

"Iya terserah mommy"

"Kamu itu makannya jaga perasaannya dong Abqa masa gak tau istri cemburu"

"Lah apa yang dicemburuin sih mom, Tania?, bahkan kita udah kaya saudara, mommykan tau itu"

"Iya mommy tau tapi istrimu kan tidak, jaga perasaannya istrimu lagi sensitif itu"

Dasar wanita pasti sedang PMS makanya sensitif. Oke mommy sepertinya akan berlanjut memarahiku sebaiknya aku harus segera berangkat.

"Iya, Abqa berangkat mom" ucapku segera berlalu setelah mencium pipi mommy.

-----

Author pov

Dengan mengerjap perlahan Nadi mulai membuka matanya, dirasakan kepalannya terasa pusing sekali lebih pusing dari biasanya. Bahkan perutnya terasa bergejolak lagi membuatnya cepat cepat turun dari tempat tidur berlari kekamar mandi memuntahkan isi perutnya sama seperti pagi tadi dan ini terasa lebih parah. Tubuhnya pun terasa lemas sekali ditambah rasa pusing dikepalannya membuatnya kembali menangis duduk dicloset. Dengan berdiri tertatih dia keluar kamar mandi, baru saja mencapai pintu kesadarannya mulai menipis sebelum terkulai tak sadarkan diri.

Gwen yang saat itu ingin mengecek keadaan menantunya dibuat kaget diambang pintu kamar melihat Nadi tergeletak dilantai dekat kamar mandi. Dilihatnya wajah Nadi yang pucat pasi bahkan tubuhnya terasa panas. Dengan sigap Gwen berteriak memanggil bibik dan Zac yang memang ada dirumah.

"Zac tolong bantu mommy angkat kak Nadi" ucap Gwen ketika Zac datang, dia juga kaget melihat mommynya berteriak dari arah kamar kakaknya.

"Bik ambilkan ponsel saya di meja ruang tengah"

Levirate Marriage?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang