Nadi Pov
Pandangan pertama yang kulihat saat membuka mata adalah kak Abqa yang sedang memunguti pakaian di lantai sekitar tempat tidur. Dan apa itu yang sekarang diambil kak Abqa, handukku iya itu handuk yang tadi kukenakaan saat selesai mandi. Lalu aku kenapa di tempat tidur, kuintip tubuhku yang terbungkus selimut. Otomatis kututup mulutku saat melihat keadaanku yang polos. Kuraba nakas tempat dimana biasa aku meletakkan kacamata.
"Biasanya disini" gumamku karena tak kunjung menemukannya.
"Mencari ini?" suara kak Abqa dengan menyerahkan kacamataku membuatku mendongak kearahnya yang bertelanjang dada hanya memakai celana bahan. Aku sekarang ingat tadi saat aku sedang mencari pakaian selesai mandi tiba tiba dikejutkan seseorang yang memelukku dari belakang lalu kurasakan hebusan napasnya disertai kecupan dibeberapa tempat pada leherku hingga membuat lututku terasa lemas. Dan.... aku tak kuat lagi untuk melanjutkannya.
"Ehem" dehemnya membuatku segera mengambil kacamataku dari tangannya dan segera kupakai.
"Terimakasih" ucapku.
"Mau kubantu" ucapan kak Abqa ketika aku ingin turun dari tempat tidur membuatku mengernyit. Dia menawariku bantuan?, ada apa dengan kak Abqa biasanya bersikap acuh tak perduli.
"Jangan berpikir yang tidak tidak, aku menawarimu hanya karena bentuk pertanggung jawaban atas apa yang kuperbuat padamu"lanjutnya membuatku terhenyak dan tersadar mana mungkin dia akan benar benar perhatian tanpa sebab. 'Jangan bodoh Nadi berpikir jika kak Abqa perhatian padamu? mana mungkin'batinku.
" Tak usah kak, terima kasih"tolakku mulai beranjak berdiri dengan menahan sedikit perih di bagian sensitivku sama seperti saat pertama kali kurasakan. Dengan sedikit tertatih aku berjalan kearah kamar mandi tapi baru tiga langkah kurasakan tubuhku melayang dalam gendongan kak Abqa dan dibawanya aku kedalam kamar mandi.
"Mandilah" ucapnya sebelum keluar kamar mandi.
Kubuka lilitan selimut yang membungkus tubuhku lalu menyalakan shower hingga air mengalir diseluruh tubuhku. Kutadahkan wajahku keatas, air mataku mulai meluruh bersamaan dengan air yang yang mengucur deras dari shower. Aku tak seharusnya terlalu mengharapkan akan perasaan kak Abqa yang nyatanya sampai saat ini masih menyimpan nama kak Aurin. Sadar Nadi dirimu tak lebih dari istri pengganti tak usah terlalu berharap lebih.
Kurasakan tubuhku mulai menggigil karena terlalu lama dikamar mandi memutuskanku untuk segera menyelesaikannya. Dengan melilitkan handuk ditubuhku kubuka pintu dan melihat didalam kamar, sepi. Syukurlah kak Abqa tidak ada dikamar jadi aku bisa keluar kamar mandi untuk mengambil pakaian.
-----
Perutku rasanya sangat lapar, baru kuingat sepulang kerja aku belum makan apapun ditambah tenagaku harus diforsir untuk melayani kak Abqa. Aish sudahlah lebih baik aku segera kedapur dari pada memikirkan hal yang seperti itu membuat pipiku terasa panas sekaligus sedih.
Sampai dapur kulihat kak Abqa sedang sibuk menata makanan di meja makan dengan wajah datarnya masih bertelanjang dada. Apa dia tidak kedinginan malam malam seperti ini tidak mengenakan baju.
"Kak" panggilku membuatnya segera menoleh kearahku.
"Duduklah tadi mommy mengatakan sepulang kerja kau belum makan"
"Iya"
"Makanan ini sudah kupanaskan, makanlah aku akan mandi" jelasnya sebelum melenggang kearah kamar. Kak Abqa terlihat perhatian ah bukan bukan tapi lebih seperti apa yang diucapkannya tadi hanya bentuk dari tanggung jawab. Ingat Nadi hanya karena tanggung jawab.
Kududukkan tubuhku dan mulai mengisi piring dengan nasi dan lauk. Tidak apa kak Abqa mengatakan seperti itu setidaknya dia sedikit mau peduli padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate Marriage?
RandomSequel dari MTY Seharusnya semua berjalan seperti semestinya seperti apa yang telah kurencanakan, tapi apadaya Tuhan menggariskan takdir lain dari kisah yang sudah kurencanakan. Apakah ini adalah pernikahan turun ranjang? Mungkin saja iya tapi bisa...