Author's pov
Suara lelaki membuyarkan pikiran Billa. "Gavin" dengan mengulurkan tangan. "Huh?" Kedua alis Billa terangkat. "Senang bertemu dengan lu huh" ejek Gavin masih mengulurkan tangannya. "Bukan kak, nama gua Billa" jawab Billa membenarkan namanya. Billa segera meraih tangan Gavin. "Oke, senang bertemu dengan lu... Billa" ulang Gavin dengan nama yang benar. Dirasanya sudah tidak ada yang ditanyakan, Gavin meninggalkan Billa. Billa dibuat bingung dengan sikap kakak kelasnya.
Pegal di tangan Billa tak bisa di hilangkan. Ingin rasanya pulang tidur di kasur empuknya. Tapi nasib baik tidak berpihak padanya. Sudah 15 menit dia menunggu papanya tak kunjung datang. Billa berulang kali menghubunginya tapi tidak ada balasan juga.
Dengan perasaan gelisah, Billa mencoba menghubungi lagi. "Papa mana sih?". Beberapa kali tidak ada jawaban, Billa memilih menunggu. Alunan lagu mengalun indah di telinganya. Kepala Billa bergerak mengikuti musik yang dia dengar. Hingga suara klakson motor mengagetkan Billa.
"Astaga!!!!" kaget Billa memegang dadanya. Mata Billa melebar setelah tahu orang yang membunyikan klakson.
"Lu bisa kaget juga?" Canda Gavin.
"Kak Gavin!" Pekik hati Billa.
"Lu hobby banget lihat gua" senyum menggoda Gavin.
Muka Billa berubah datar. "Geer lu tinggi juga" jawab asal Billa. Setelah sadar dengan ucapannya, Billa menampar bibirnya sendiri berulang kali. "Maksud gua kak...."
Memotong perkataan Billa "Santai aja. Anggap saja gua ini teman lu"
Billa mencerna perkataan Gavin.
"Hobby lu bengong juga?" tawa kecil Gavin. "Bentar lagi mau hujan, lu mau gua anter pulang?" Tawar Gavin.
"Nggak usah kak, Papa bentar lagi sampai" tolak halus Billa.
"Bener ya?" Gavin mencoba meyakinkan Billa.
"Iya kak" jawab Billa.
"Oke... Kalau gitu, gua duluan" pamit Gavin.
"Hati-hati kak"
Hampir satu jam Billa menunggu. Dia memutuskan pulang jalan kaki. Sepanjang jalan bibir Billa bergerak mengikuti lagu yang dia dengar.
"Billa pulang"
"Nggak ada orang? Tau deh gua capek" kesal Billa.
Dia melepas headsetnya lagu yang tadinya hanya didengar Billa, kini menyelimuti kamarnya. Billa merebahkan tubuh di kasur. Perlahan mata Billa tertutup.
Billa's pov
Ini kali pertamanya gue pulang sekolah jalan kaki. Tau sendiri kalau gue kaga suka olahraga. Capek dibadan gue nggak bisa bohong, ujung- ujungnya gue ketiduran.
"Sayang, bangun udah sore" suara samar membangunkan gue.
Mata gue mencari sumber suara. "Mama" suara khas bangun tidur gue.
Mengelus puncak kepala gue, " Buruan mandi kalau udah selesai langsung turun makan" nada lembut. Gue balas anggukan.
Setelah selesai gue bergegas ke lantai bawah. Gue lihat Papa, Mama, Kak Amel udah nungguin.
"Malam sayang" sapa Papa.
Senyum tipis terukir di bibir gue.
"Ma, tadi temen Amel ada yang nggak dijemput sekolah terus dia jalan kaki. Aku yang lihat kasian ma, mau ngasih tumpangan tapi papa buru- buru pulang" cerita Kak Amel bukan cerita tepatnya sindiran buat gue.
Sendok dan garpu gue letakkan di atas piring dengan keras hingga menimbulkan suara. "Billa selesai"
Gue bergegas ke kamar. Baru beberapa tangga, suara Papa membuat langkah gue berhenti.
"Sayang maafin Papa, tadi Papa ada meeting penting jadi Papa nggak bisa buka hp" permohonan maaf Papa.
Gue tidak merespon perkataan Papa.
"Eh lu jadi anak jangan durhaka, Papa lagi ngomong lu nggak dengerin?!" Teriak Kak Amel dari bawah.
Pintu kamar gue tutup dengan keras.
Author's pov
BRAKKK!!!!!
"Ya Allah anak itu kalau marah minta ampun" sabar Sarah.
"Papa juga kenapa nggak jemput Billa? Dan kamu Amel kenapa bahas soal itu kamu tau sendiri adik kamu itu susah kalau lagi ngambek gini" jelas Sarah.
"Udah mama nggak usah khawatir, Amel tau Billa orangnya gimana" terselip sindiran didalam perkataan Amel.
"Bagus deh kalau gitu Mel" lega Sarah.
"Papa udah cari supir buat adik kamu tapi mulai Minggu depan. Dan buat kamu, bawa mobil sendiri Minggu depan juga" jelas Surya.
"Siap bos" jawab mantap Amel.
"Aku keatas Pa, Ma" pamit Amel.
Surya dan Sarah hanya mengangguk.
Tok!!! Tok!!!
"Bil, kakak masuk boleh nggak?" Teriak Amel.
Beberapa menit tak ada jawaban.
"Bil, mau bukain pintu nggak?!" Rasa kesal Amel mulai terpancing.
"Terserah, kakak masuk!" Amel menerobos masuk.
"Beneran ngambek ini?" Tawa kecil Amel.
Lagi- lagi Billa tidak menggubris Amel.
"Mau ngomong atau gue...." Amel tidak melanjutkan perkataanya.
Amel menggelitik Billa. Tawa keras Billa terdengar. "Kak udah kak gue nggak kuat"
"Nah gitu dong ngomong"
Amel minta maaf dan menjelaskan semua ke Billa.
.
.
.
..
Sadar kok kalo cerita gua masih absurd:" gua seneng masih ada yang mau baca😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?
Teen FictionKenapa jadi kayak gini? Kenapa harus gue? Gue nggak pernah ada maksud jadi perusak hubungan orang, tapi perasaan ini nggak bisa bohong. Gue yang mundur? Iya gue harus mundur. Gue sadar diri kalau gue cuma orang asing yang hadir diantara kalian:) . ...