Third hurt.
*****
Luka, apa ada orang yang menginginkan sebuah luka? Terlebih lagi itu luka yang di berikan oleh orang yang kita sayang, apa kau mampu? Apa kau mau? Luka fisik tidak seberapa, yang sangat menyakitkan ketika hati kita terluka, luka dalam yang tak dapat orang lain ketahui, hanya mata yang mampu berbicara ketika bibir terasa begitu kelu untuk mengatakannya.
Sabtu, 25 Februari 2017
Kau tahu, hal yang paling anak-anak kelas X Perawat-3 benci di hari Sabtu adalah hal apa?
PRAMUKA.
Ini sudah semester 2, seharusnya eskul Pramuka wajib itu di non-aktifkan. Kecuali Pramuka khusus, tetapi ini TIDAK.
14.15, dewan menyuruh kami untuk segera bergegas menuju lapangan. Aku melangkah malas, capek, laper, panas, dan lain-lain. Komplit.
"Semuanya sudah kumpul?" Tanya Kak Dewi, selaku dewan Pramuka.
"Sudah."
"Ok, Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh."
"Masih ingat dengan materi minggu kemarin?"
"Ingat."
'Inget kok kak, jelas banget malah. Saat Kak Widian ngasih tali sepatu buat Ghita dan ngajarin Ghita dengan penuh kesungguhan, dan itu adalah hal terpahit yang pernah aku lihat.'
"Nah, kali ini kita akan coba buat Miniaturnya."
"Yahhhh." Desahan anak-anak kelas X.
"Sttt! Gak usah pake mulut. Silahkan berbaris sesuai regu masing-masing, udah pada di bagiinkan regunya?"
"Udah."
"Ya udah sok, sekarang baris per-regu."
Kami mulai mencari regu masing-masing, aku berbaris paling belakang. Rasanya sangat malas.
"Kemarin, udah di ajarinkan gimana cara bikinnya?"
Salah satu siswa mengangkat tangan, "lupa Kak," ucapnya.
"Ya udah, sekarang sok di coba aja dulu, nanti kalo di rasa ada yang susah, panggil aja saya atau dewan Pramuka lainnya."
"Ok, kak."
"Silahkan duduk dan bikin lingkaran per-regu, keluarin barang-barang yang di butuhin buat bikin Miniaturnya."
Kelompok ku, yang terdiri dari aku, Ais, Allina, Nina, dan Lia kini sudah mulai sibuk mengerjakan Miniatur itu.
Pandangan ku memanas, saat menangkap sosok Kak Widian yang tengah berada di kelompok Ghita, dia berjongkok, lalu duduk di sebelah Ghita, mengajarkan Ghita bagaimana caranya membuat Miniatur itu.
Sreetttt! Bummmm! Belati, Godam-- sudah biasa.
Tak bisakah? Kenapa? Kenapaaaaaaaaa?!!!
Hati ku menjerit, rasa sakit itu kembali Kak Widian torehkan. Apa sekarang kau tidak cukup puas, kak?!
Aku tidak fokus dengan pekerjaan ku yang di tugaskan untuk memotong benang. Aku menunduk, andai saja ada yang tahu.
Minggu lalu, kau memberinya satu tali sepatu yang entah kau sendiri mendapatkannya dari mana, lalu kau dengan sangat telaten mengajarkan Ghita bagaimana caranya membuat simpul silang dan simpul pangkal. Dan sekarang, sekarang apa?! Kau kembali membantunya, bahkan dengan waktu yang sangat lama dari minggu kemarin! Kenapa, Kak?! Kenapaaaaaa?!!!!!! APA KAU TIDAK BISA?! SEKALI SAJA JANGAN BERIKAN BELATI DAN GODAM ITU!! JANGAN BIARKAN MEREKA KEMBALI HADIR DAN MENYAYAT HATI KU!!! Iya, ini RESIKO, aku tahu, aku juga paham, hanya saja, apa kau tak bisa mengerti, minimal pahamilah. Di sini ada hati yang terluka ketika melihat mu dengannya, tak pernah sadarkah dirimu, Kak? Dan sekarang, apa aku masih perlu mempertahankan Cinta Dalam Diam ini? Apakah tidak terlalu menyakitkan?
Sekali lagi, aku mencoba kuat, mengangkat kepala ku yang semula menunduk, menatap Kak Widian dan Ghita lagi sekilas, mereka terlihat begitu serasi, saling melengkapi dan sekarang sedang bersenda gurau.
Aku menghembuskan napas perlahan, menariknya lagi dalam-dalam, lalu memejamkan mata sejenak.
'Kuatkan aku jika memang ini rintangannya,' ucap ku dalam hati, lalu aku mengalihkan pandangan pada kelompok ku yang masing-masing tengah sibuk dengan tugas mereka, akupun mencoba di sibukkan dengan hal itu.
'Bismillah, InsyaAllah bisa!'
*****
Eh Kak Widian, kamu kapan peka ateuh kak?! Kasihan itu si Aisyah, di bikin sakit mulu😭
Aku keseringan flashback kalo nulis cerita ini, tiap partnya malah!😅
Vote dan commentnya senantiasa di tunggu💕
KAMU SEDANG MEMBACA
•||1||• Cinta Dalam Diam [COMPLETED]
Spiritual[TIDAK DIREVISI] ⚠️Cerita masih dibungkus dengan bahasa yang amburadul dan tanda baca yang berantakan⚠️ Aku memilih untuk mencintaimu dalam diam, sembari berharap semoga Allah mempertemukan kita di satu jalan takdir yang sama. Kisah ini mungkin tak...