Chapter 14

6.4K 397 13
                                    

InsyaAllah, nothing hurt.

*****

Rabu, 01 Maret 2017

Seharusnya tanggal 28 Februari kemarin, geng ku—Ndaggul Alamsyah— namanya, merayakan ulang tahun Masni —Si ketua Ndaggul— di Cafe Cowboy dekat sekolahan kami, hanya saja Bundha tak mengizinkan ku, terpaksa kita membatalkan rencana itu. Kebetulan hari Selasa saat itu, kami libur, kerena seluruh kelas XII sedang melaksanakan Uji Kom.

Rencana di cancel jadi hari ini, Rabu 01 Maret 2017, dan di rayakan di sekolah, karena kita hanya libur selama dua hari.

Lia dan Lisna, sehabis sholat Dzuhur berjamaah, pergi ke toko kue di depan supermarket yang jaraknya cukup jauh, dan pastinya kue itu untuk Masni.

Aku dan yang lainnya sedang ada di dalam kelas, mengobrol-ngobrol biasa sambil tertawa, karena kebetulan sedang freeclass, wuihhh surganya anak sekolah, bukan?😅

25 menit, Lia dan Lisna belum juga menampakkan diri, sedangkan sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Kami mulai merasa khawatir, takutnya rencana ini gagal.

Dubrak!

Suara gebrakan pintu, sontak membuat semua yang ada di dalam tersentak kaget dan menatap mereka tajam, sedangkan yang di tatap malah cengengesan tidak jelas. Aneh nih anak dua_–, berdiri di sana Lia dan Lisna dengan napas yang terengah dan mulut yang terbuka. Aku menatap mereka intens.

"Syah, sini deh bentar." Lisna memanggil ku.

"Kenapa sih kalian, kayak orang habis di kejar setan." Masni menimpali, namun tak di hiraukan oleh Lia dan Lisna.

Aku berjalan menghampiri mereka, mereka mulai mundur dan menutup pintunya pelan saat posisi ku sudah ada di luar.

"Kenapa?" Tanya ku to the point.

"Toko kuenya tutup." Lisna menjawab.

"Gak bisa di ajak kompormi bangetkan tuh toko kue!" Lia menggerutu kesal.

"Jadi?" Tanya ku lagi.

"Nah justru itu, jadi gimana?" Lisna berbalik tanya.

Aku mengedikkan bahu, "besok aja, tah? Tapi besoknya kitakan Volly."

Lia dan Lisna memangut-mangutkan kepala.

"Eh gimana kalo pake donat madu aja?" Ide itu tiba-tiba saja terlintas di otak ku.

"Hmmm.." Lisna masing menimang.

"Hmmm.." Lia juga sama.

"Boleh, deh!" Mereka memutuskan bersamaan.

"Tapi anak-anak yang lainnya sih gimana? Pada setuju enggak? Tanyain gih."

"Ok, nanti aku tanyain." Lia menyetujui.

Kamipun memasuki kelas, lalu berbisik-bisik pelan dan sebisa mungkin agar Masni tidak curiga.

Mereka keluar satu-persatu, kecuali aku, Lisna dan Masni, mereka pergi menggunakan alasan 'ingin ke Kopsis' dan ada yang pura-pura 'kebelet pipis' syukurnya Masni tidak curiga.

•||1||• Cinta Dalam Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang