Chapter 17

6.5K 372 0
                                    

Lebih baik terang-terangan dari pada sembunyi-sembunyi, lebih baik blak-blakan, dari pada dalam diam.

*****

Aku, gadis yang mudah tertarik pada lawan jenis. Jangan nething yaa:v✌

Hal ini sudah cukup lama, dari pertengahan semester 1 kemarin. Ada siswa pindahan, namanya Dion Wahyudin, berpostur tubuh tinggi, hidung mancung, warna kulit kuning kecoklatan dan-- dari hari pertama dia masuk, aku sudah menyukainya.

Bukan tanpa alasan, dia datang mengenakan seragam putih abu-abu, dengan baju yang di masukkan plus-- memakai kopyah. Ehh busetttt:v iman ana kagak kuat😅


*Flashback on

Aku baru saja selesai pergi ke kantin depan gerbang bersama teman-teman, saat itu kami baru saja selesai sholat Dzuhur berjamaah, dan perut masing-masing sudah mulai menagih jatah, alhasil kitapun on the way kantin.

Saat sampai di depan masjid, aku menangkap sosoknya, Dion. Dia tengah menyalami tangan Pak Qohar dan bercengkrama akrab dengan Pak Qohar di sana.

Aku semakin tertarik padanya, sudah tampan, rapih, sholeh, akrab dengan Pak Qohar pula, aduhhh perfect deh.

Dia menatap ku saat aku sedang memperhatikannya intens, aku segera mengalihkan pandangan, sebelum iman ku benar-benar hilang karena pesona makhluk yang satu ini.

Jantung ku berdetak jauh lebih cepat, senyum ku tanpa alasan berkembang lima jari saat aku kembali memperhatikannya lagi.

Dan semenjak saat itu, aku mulai sangat menyukainya. Hanya suka, remember, JUST LIKE.

Sempat aku bertanya pada Pak Qohar, dan kata beliau, Dion adalah murid ngajinya dulu, sebelum rumah orangtuanya pindah. Dan sekarang Dion tidak lagi belajar mengaji dengan Pak Qohar.

Tidak apa-apa, apapun yang menyangkut tentang Dion aku menyukainya. Setiap harinya, aku selalu menitipkan salam untuk Dion pada Pak Qohar, dia masuk ke kelas X Perawat-6. Perawat loh gengs, ayo ah sama-sama ngerawat, Yon. Ups😅

*Flashback off

Senin, 06 Maret 2017

Aku baru saja selesai melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah, sekarang aku sedang memakai sepatu dan juga anak X Perawat-3 yang lainnya.

Masih ingat dengan kebiasaan Kak Widian di Chapter 16 kemarin? Yap, nyangkol di Pak Qohar, hanya sekedar duduk, ngobrol biasa, curhat, atau bahkan juga belajar Al-Qur'an.

Hal yang paling tidak aku suka dari Kak Widian adalah, dia sangat dekat adik kelas— terutama yang perempuan— meskipun hanya sekedar menyapa, mengobrol hal-hal kecil, membicarakan masalah pelajaran, atau bahkan tentang eskulpun aku tetap tak menyukainya. Karena hal sekecil itulah yang membuat Kak Widian cepat akrab dengan yang lainnnya.

Dia bukan seorang Ketua OSIS, bukan ketua Tim Basket, Tim Volly, Tim Futsal atau ketua eskul lainnya yang membuat nama Kak Widian terkenal dan jadi kakak kelas yang famous, di tambah anugerah pesona yang Kak Widian punya cukup membuatnya di minati sana-sini.

Kak Widian hanya seorang kakak kelas biasa, namun karena sifat friendly-nya inilah Kak Widian menjadi di segani adik kelas perempuan, seluruh antero SMK Kesehatan pasti mengenal sosok Kak Widian, begitupun sebaliknya.

Dan hal itulah yang membuat ku, eh lebih tepatnya harapan ku menjadi semakin ciut. Banyak perempuan yang lebih baik dari aku mengantri panjang hanya agar bisa bersanding dengan Kak Widian, nah aku? Apalah daya, hanya dapat mencintainya dalam diam, dan yang pasti itu sungguh menyakitkan.

"Bapak.." sapa ku manja pada Pak Qohar. Jangan heran, karena seperti inilah aku.

"Hallo," Pak Qohar menyahuti, beliau kebetulan berjualan di samping masjid.

"Bapak, itu Dionnya pulang," aku mengadu, Pak Qohar adalah satu-satunya sarana ku pada Dion😅

"Ampun ya, Dion terus yang di pikirin," ucap Pak Qohar sambil tersenyum mengejek.

"Dihh bapak mah."

"Coba itu si Aisyah di pegang dahinya."

Satu tangan mungil mendarat mulus di kening ku, "panas, Pak," ucapnya, dan itu adalah Lia_–

Aku hanya mengerucutkan bibir, sedangkan Pak Qohar yang berhasil mengerjai ku, kini tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. Mereka jahat amat yak?😅

"Eh Aisyah, Dion tuh udah ada yang punya," Kak Widian yang sedari tadi tak bergeming kini angkat suara.

"Iya, aku juga tahu!" Aku menyahuti mulai sewot.

'Aku emang udah tahu dari awal Kak kalo Dion itu udah punya pacar, karena kebetulan Dion dulunya waktu SMP satu sekolah sama Riyah, seharusnya sekarang dia kelas XI, tapi semenjak pindah ke sini, dia jadi seangkatan kayak aku. Dan alangkah lebih baik ketika aku menyukainya secara terang-terangan daripada harus sembunyi-sembunyi, lebih baik aku menyukainya secara blak-blakan dan semua orang tahu, daripada aku menyukainya dalam diam, seperti kasus ku untuk mu. Karena hal itu akan lebih baik dan tidak menyakitkan ataupun pahit ketimbang rasa suka yang tak bisa aku ungkapkan, faham?' Hati ku mulai memprotes ucapan Kak Widian.


"Yee dianya ngambek," Kak Widian meledek.

Aku bangkit setelah selesai memakai sepatu, lalu memasang muka marah ku yang jelek ini pada Pak Qohar dan Kak Widian. Pak Qohar dan Kak Widian hanya tersenyum penuh kemenangan, kalian kejam!!😅😅

Aku berjalan meninggalkan mereka dengan kaki yang sengaja ku hentak-hentakkan, terdengar samar di sana Pak Qohar dan Kak Widian cekikikan. Well, marahnya cuma bohongan kok gengs, nyantai aja ya, gak usah panik:v😅✌


Karena kamu tidak pernah merasakan Kak, bagaimana terlukanya seorang aku ketika harus mencintai seorang kamu DALAM DIAM.

*****

Kak Widian, berhenti buat Aisyah sedih! Kamu kapan pekanya coba Kak?!

Aku gemes banget sama Kak Widian gengs!!😅😅

Vote dan commentnya ditunggu yoo✌

•||1||• Cinta Dalam Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang