=>21<=

52 10 1
                                    

Karena hati ku sudah seperti telur yang sudah berada di ujung meja. Jika telur itu jatuh pasti akan pecah, dan jika telur itu pecah maka tidak bisa di kembalikan seperti semula

*****

Lauren Pov

Selembar kertas itu jatuh tepat di depan mata ku, ku tundukkan sejenak kepala ku mengambil kertas yang jatuh itu

Ku letakkan di atas meja. Meja yang hanya ada buku dan pulpen hingga datang lembaran kertas tersebut dan mengambil perhatian buku, jika buku itu dapat berbicara, maka ku rasa buku itu sudah menangis. Menangis karena posisinya di ambil oleh selembar kerta. Tapi, aku yakin perhatian ku ke kertas itu tidak akan bertahan lama, tetapi nanti perhatian ku akan bertahan lama pada buku, buku yang telah diambil posisinya

"La ulangan lo dapat berapa?" tegur Tiara yang membuyarkan lamunan ku

"Ha..mmm....anu....itu dapat delapan puluh lima
" kata ku pada Tiara dan memperlihatkan hasil ulangan ku

"Loh kok bisa. Gue kok dapat delapan puluh ya," ujar Tiara lalu mengambil kertas Lauren dan menyamakannya dengan hasil ulangannya. "Ohh, pantesan orang gue enggak jawab nomor limanya." lanjutnya lagi dan kali ini menepuk jidatnya dengan telapak tangan kanannya

"Ya itu sih lo yang salah." ucap ku dan mendorong pelan badan Tiara

Pelajaran matematika, baru kali ini nilainya memuaskan. Ya secarakan gue itu pintar yaaa, terus pintarnya itu udah maksimal. Dan kalau ada yang udah maksimal itu akan sia-sia, udah dihapus

Setelah berjuang beberapa jam, Bryan berdiri di depan kelas ku. Menunggu hingga guru yang mengajar tadi keluar dari kelas ku

Bryan tiba-tiba masuk ke kelas ku dan menarik tangan ku. Membawa ku ke taman belakang dan mendudukan ku di bangku taman yang kosong. Aku tidak tau mengapa ia datang ke kelas ku secara tiba-tiba dan langsung menarik tangan ku

"Kamu ngapain ke kelas aku tadi terus narik tangan aku?" ujar ku pada Bryan yang telah dusuk di samping ku

"Kamu jujur deh, kamu sekarang lagi banyak pikirankan?" tanyanya lalu mengubah posisinya mengahadap ku

"Banyak banget," ujar ku pada Bryan yang otomatis merubah mimik mukannya, aku rasa dia ingin mengintrogasi ku

"Kamu bilang deh apa yang kamu pikirin, kita bisa selesaiin sama-sama." katanya serius

"Aku lagi pikirin kapan kita lulus, dan kapan kamu mau lamar aku. Terus aku juga lagi mikirin kita mau nikah di mana
" kata ku sambil berusaha menahan tawa ku yang hampir pecah

Bryan langsung menarik hidung ku

"Aduh sakit tau nggak." kata ku lalu memanyunkan bibir ku dan memegang hidung ku

"Yee itu bibir kok gitu, mau min---,"

Ucapan Bryan terhenti ketika Lauren mulai mencubit bahu kanan Bryan. "Dasar mesum." ujar ku lalu membalikkan badan membelakangi Bryan

Bryan hanya tertawa, memperhatikan muka ku yang mulai ku tekuk

"Yee kok ngambek sih." katanya lalu membalikkan tubuh ku dan menempelkan kedua jari telunjuknya di samping bibir ku, menariknya ke atas hingga membentuk sebuah senyum, senyum yang di paksa

"Yok ke kelas!" ujarnya lalu segera berdiri dan manarik ku dan merangkul bahu ku

Koridor kini sangat sepi. Hanya di penuhi oleh orang yang nggak jomblo yang sedang duduk di depan kelas. Yang lainnya mungkin sedang berada di kantin dan di perpustakaan, termasuk empat makhluk astral yang berada di kelas ku

"Ya kelas kamu kok kosong?" ucap Bryan yang mengintip ke dalam kelas ku

"Ya biasalah kalau nggak ke kantin ya ke perpus." ucap ku lalu melangkah masuk ke dalam kelas disusul Bryan

"Kamu nggak mau ke kantin?" ucapnya lalu segera duduk di tempat Tiara

"Nggak ah, udah nggak lapar."

"Loh kok gitu, apa kamu mau aku beliin?"

"Nggak usah ah, udah kenyang liat muka kamu tadi."

Bryan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah pintar ngegombal ya,". "Ya udah aku temanin kamu di kelas sambil nunggu teman kamu datang."

Lauren hanya mengangguk mengerti

"Bentar kalau pulang sekolah kamu pulang sama Angga ya, soalnya aku ada latihan basket. Aku nggak mau liat kamu nunggu," lanjut Bryan yang sontak membuat Lauren membulatkan matanya. "Kalau kamu nggak mau pulang sama Angga, aku bisa kok ngebatalin latihan basket aku demi ngantarin kamu."

"Enggak usah, aku mau kok pulang sama Angga,"

"Betul nih?" tanya Bryan memastikan

"Betul kok."

"Tapi jangan macem-macem ya." ancam Bryan pada Lauren

**

Lauren sekarang sedang berada di tempat parkir menunggu Angga yang pamit untuk mengambil motornya yang terparkir jauh dari tempat Lauren menunggu sekarang

Brummm....brumm...

"Ayo cepet naik!" pintanya datar dan pandangannya lurus ke depan

Lauren segera menaiki motor Angga. Setelah Lauren naik Angga menyodorkan helm pada Lauren

'Sikapnya sangat dingin sangat jauh berbeda dari yang kemarin, mungkin kemarin ia berjalan, tetapi ia lupa untuk membawa otaknya yang di penuhi kebenciannya terhadap ku'

Saat di jalan tidak ada yang berani membuka topik pembicaraan, hingga motor yang Lauren naiki berhenti tepat di depan rumah Lauren

"Makasih." kata Lauren setelah turun dari motor Angga dan memberi Angga helm yang ia pakai

Angga mengambil helm tersebut tanpa mengucap sepatah kata pun dan berlaju pergi

*****

»Apakah ini awal?
Aku mohon jangan berkata kepada ku bahwa ini awal, aku hanya tidak ingin menyakiti hati yang tulus mencintai ku selama ini
»Apakah ini akhir?
Berkatalah tidak, karena ku juga tidak mau ini berakhir
»Labil, ya aku memang labil«

You Look Happier With HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang