=>26<=

35 9 1
                                    

Apa yang dianggap baik, belum tentu baik

*****

"Aaaaaa Nina gue kangen banget sama lo." teriak Lauren dengan suara toanya, saat Nina sudah berada di ambang pintu kelas, lalu segera memeluknya

"Yeee, santai aja sih, kayak nggak ketemu berapa tahun aja." ucap Nina lalu segera melepas pelukannya dan berjalan menuju tempat duduknya

Nina melipat kedua tangannya di atas meja dan memasukkan kepalanya di antara lipatan tangannya

"Lo kenapa sih, orang itu ya, dateng ke sekolah mah semangat, semangat liat cogan-cogan berkeliaran, berlarian, bercucura keringat, ber----," kata Tiara dengan semangat, tapi belum sempat dia melanjutkan bicaranya, tiba-tiba Abi menutup mulut Tiara

"Bisa diam nggak si lo, lo tuh ya udah cerewet, banyak omong, bayak maunya, renda seleranya, ter-----,"

Lauren menutup mulut Abi menggunakan tangannya. "Udah lo juga nggak usah ngomong." kata Lauren lalu melepas tangannya dari bibir Abi

"Huhuhu sesak napas gue."

"Emmmm," ucap Tiara sambil memukul-mukul tangan Abi, lalu Abi segera melepaskan tangannya dan

Nyengir

"Huhuhuhuhuhuhu, nanti kalau gue mati sesak napas, mau tanggung jawab lo?" cibir Tiara sambil mengatur napasnya

"Yaa, sorry gue lupa." ujar Abi lalu duduk di tempatnya

"La, lo gimana sama ka Bryan?" tanya Nina tiba-tiba

"Hmm, ya nggak gimana-gimana," jawab Lauren. "Udah ah, tu guru udah jalan ke sini tau."

3
2
1

"Para alay diharapkan untuk tenang!" teriak Dewan saat guru sudah ada di depan pintu

"Huuuuu." sorak seluruh isi kelas dan tiba-tiba menjadi hening

**

"Bryan, kemana sih, lama banget." pekik Lauren sambil melihat sekeliling parkiran sekolah

Saat jam istirahat Bryan bilang ia akan mengantar Lauren pulang, tanpa ada luka sedikit pun

"Udah jangan di tungguin, dia pasti nggak bakalan ganter lo, lebih baik lo pulang bareng gue, ini udah gelap dan udah mau mendung," ucap seorang pria dari arah belakang dengan menggunakan motor

Lauren berbalik melihat sang pemilik suara, dan langsung mengalihkan pandangannya

"Ayo naik!" pintanya

"Lo kalau mau pulang, pulang aja nggak usah ajak-ajak orang, nggak usah sok peduli deh lo. Dan satu lagi jangan pernah temuin gue lagi Angga!" kata Lauren lalu beranjak pergi

Angga kemudian melajukan motornya meninggalakan sekolah

Sudah dua jam lebih Lauren menunggu Bryan, tapi tak ada satu tanda pun kedatangan Bryan dan hujan turun

"Udahlah lo masuk aja!" kata seorang pria yang tiba-tiba datang menggunakan mobilnya

"Angga," pekik Lauren saat melihat sebuah mobil sedan putih berhenti di depannya dan kembali melihat ke arah jalanan, hari sudah gelap hujan mulai turun, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk ikut dengan Angga. "Oke." lanjutnya lagi lalu melangkah maju memasuki mobil sedan putih tersebut

Di mobil tidak ada yang membuka pembicaraan sekali pun itu hanya basa basi

Dan tiba-tiba Angga menyanyakan seauatu pada Lauren. "Gimana sama Bryan? Lo udah percayakan kalau lo bakalan makan hati terus kalau lo masih sama dia." ujar Angga sambil menyetir

Lauren hanya diam,

Makan hati? Memang, tapi ia tidak akan begitu gampang melepas orang yang sudah memperjuangkannya, mungkin Bryan sedang ada acara mendadak, hingga ia lupa untuk menjemput Lauren

Setelah mengantar Lauren pulang Angga segera memasukkan mobilnya ke dalam garasi mobil

Ia terus-terusan berpikir apa yang akan dilakuakan Bryan selanjutnya

Angin malam membuat Lauren merindukan sosok yang seharian penuh tak ia lihat. Terkesan alay, tapi begitulah dia. Ia sesekali berpikir kalau Bryan tidak serius dengan hubungan mereka, tapi dengan cepat ia singkirkan pikiran itu


***
karena setiap pertemuan ada perpisahan, tetapi perpisahan memiliki banyak jenis


You Look Happier With HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang