Chapter 2

224 18 13
                                    


"Kau cantik jika tersenyum seperti itu" Pernyataannya membuatku malu setengah mati dan jantungku hampir copot jika dirayunya lagi.

"Tapi maaf, itu bukan sebuah rayuan" Ucapnya dengan senyum menjengkelkan walaupun sebenarnya manis, tapi aku tahu dia sedang menertawaiku.

"Darimana kau tau? Aku berfikir seperti itu" Ucapku penasan. Dia mengatakan bahwa itu tertebak diwajahku.

Memang sih, di kuliah saja temanku selalu dengan mudah menebak apa yang sedang aku pikirkan dan itu sangat menjengkelkan.

Saat aku lihat jam tanganku, ternyata sudah jam 1 siang. Aku langsung menarik tangan Nino untuk pulang karena aku akan terlambat masuk kelas jika masih berlama-lama di taman.

Nino mengatakan, agar aku pulang duluan saja, tapi aku langsung menolaknya karena dia belum terlalu hafal jalan di kompleks ini.

Kami pulang dengan sedikit tergesa-gesa dan langsung mandi dan tak pula melihat kembali barang yang akan kubawa karena ingatanku cukup buruk.

Aku selalu dimarahi teman dan guruku karena aku selalu lupa dimana aku menaruh barang. Aku dibilang "RACOLA (RAbun jauh, COnge(kadang-kadang tidak dengar) dan LAlot(lambat loading)" Itulah sebutanku di SMP sampai aku kuliah.

Aku kadang-kadang sedih dengan banyak kekuranganku, tapi aku selalu merasa bahwa mereka hanya ingin aku dekat dengan mereka sehingga aku menjadi salah satu candaan di kelas.

15 menit lagi jam 2 dan sekarang aku sudah siap untuk pergi ke kampus.

Aku jalan kaki karena kompleks rumahku dan sekolah cukup dekat.

Aku sudah terbiasa pergi kuliah dengan berjalan kaki.

Sampai di depan gerbang rumah, aku langsung teringat bahwa aku ingin bertanya, waktu aku bertemu dengan Nino.

Entah mengapa, aku selalu melupakannya.. Ternyata benar, ingatanku sangat buruk.

Selama perjalanan pergi ke sekolah, aku hanya terus memikirkan Nino sampai aku sadar dari khayalanku karena temanku Brain menepuk pundak belakangku.

Aku kaget dan respon aku langsung memukulnya (kebiasaan aku yang buruk).

Brain dan Chiki adalah sabahat terbaikku dan mereka adalah sahabat dari sejak SMP sampai Kuliah saat ini.

Aku dan brain bercanda ria menuju kelas dan tiba-tiba ada seseorang memanggilku "NENEK ZAMAN BATU!" Teriak pas dengan ketawa yang membuatku ikut tertawa juga dan dia adalah salah satu teman akrabku.

Aku dipanggil nenek zaman batu karena aku sering sakit punggung dan aku sering ketinggalan info-info penting di kampus.

Mereka kadang-kadang menjengkelkan sekaligus menyenangkan.

Aku menyukai mereka bertiga (Chiki, Brain, dan Pas).

(Pas adalah nama teman akrabku, jadi jangan salah sangka dengan nama pas pada cerita ini karena nama Pas akan hanya akan selalu menuju ke nama orang).

Kini, aku mulai tidak nyaman saat kelas dimulai karena Pas dan Brain selalu menggangguku dengan melempari aku kertas yang telah mereka sobek-sobek.

Akhirnya, karena aku tidak dapat menahan emosi yang terpendam di dalam hatiku. Aku mulai melempari mereka juga dan sekarang aku jadi pusat perhatian di kelas.

Guru yang melihat perbuatanku langsung menyuruhku untuk berdiri di depan pintu untuk melaksanakan hukuman yang diberikannya, yaitu berdiri dengan satu kaki dan kedua tengan bersilang memegang 2 telinga sampai jam pelajaran selesai.

Ini membuatku sangat marah pada mereka berdua.

Saat aku melihat ke jendela pintu, aku melihat sesosok pria yang berlari sangat kencang dan hampir tidak kelihatan.

Aku mencoba untuk melihat lebih dekat ketika dia berhenti, tapi aku langsung jatuh karena pose yang aku lakukan.

Kini, satu kelas menertawaiku dan pak guru langsung menyuruhku untuk membersihkan kelas ini setelah semua mata pelajaran selesai.

Akupun hanya mengangguk tanda menuruti perkataannya.

Namun, pikiranku hanya fokus pada pria yang berlari sangat cepat tadi.

"Halo, Lisa..." Ucapan Chiki membuatku terkejut dan hampir jatuh lagi ke lantai.

Dia mengatakan bahwa dia telah selesai di kelas musik dan dia menuggu aku dan teman-temanku agar langsung ke kantin.

"Nanti kami ke sana" Bisikku dengan nada yang agak ditinggikan agar dia dengar.

Bunyi bell telah berdering, bertanda bahwa jam istirahat telah tiba.

Aku dan Pas serta Brain pergi ke kantin untuk makan serta bertemu dengan chiki yang kini telah menjadi seorang artis di Jakarta.

Pas dan Brain langsung bercerita tentang aku (lagi) yang telah dipermalukan oleh mereka berdua kepada Chiki.

Chiki hanya tertawa mendengarkan semua cerita yang membuat telingaku panas sekaligus lucu. Mereka memang teman 'pahit manis'.

Setelah mereka berdua selesai bercerita, mereka langsung cepat menghabiskan makanan yang sudah tersedia didepan mata mereka dan akupun melakukan hal yang sama.

Kami mendengarkan cerita Chiki tentang teman-teman di kelas musik.

Dan, satu lagi cerita Chiki yaitu tentang seorang pria yang berlari sangat cepat.

Aku langsung teringat dengan pria itu dan berusaha mengingat wajah pria tersebut.

Tapi, apa boleh buat... Kembali pada ingatanku yang sangat buruk.

Ternyata, aku memang sial dan aku perlu seorang pria atau pacar untuk melengkapi kekuranganku.

Chiki kembali bercerita dan kali ini ceritanya tentang vampir.

Aku mulai tidak semangat jika mendengar cerita mengenai vampir karena aku sangat sangat tidak percaya pada vampir.

Jikalau ada, maka aku akan menganggap bahwa itu hanya bohongan saja dan menjauhi orang tersebut.

Chiki yang melihat aku tidak bersemangat langsung mengagetkanku dan tawa dari Brain dan Pas menggema diseluruh penjuru kantin.

Aku mulai menutup wajahku yang terasa panas akibat ulah mereka bertiga.

'Mungkin, sekarang akan banyak orang bertanya 'siapa dia?' dan aku akan menjadi perbincangan hangat di kampus' Ucapku dalam batin dan aku merasa sangat tidak berdaya dan pasrah akan mereka bertiga.

Sekarang sudah jam masuk dan aku masuk ke kelas sastra, untungnya aku tidak bersama mereka bertiga.

Jadi, hatiku lumayan tenang.

Waktu berlalu dengan cepat dan akhirnya bell pulang berbunyi.

Aku harus membersihkan kelas yang sangat kotor ini dengan menggunakan alat seadanya yaitu sebuah sapu dan sendok sampah.

Seorang pria tampan, tiba-tiba masuk ke kelas yang aku bersihkan dan duduk dimeja guru.

Setelah kuperhatikan, ternyata dia adalah orang yang berlari sangat kencang itu.


Bersambung ...

Cinta Sejatiku (Abadi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang