Chapter 11

107 10 2
                                    

Aku tertawa kecil melihat tingkah mereka yang tidak pernah berubah dari sejak SMP.

Aku sangat menyayangi mereka bertiga.

Nino hanyak memperhatikanku dengan tatapan cemburu karena dia mengetahui apa yang aku pikirkan sekarang.

Aku hanya tertawa melihat dia karena cemburu.


~ 1 Tahun kemudian ~

"Nino, kau mau kemana?" Tanyaku pada Nino sembari berlari padanya.

"Aku, Son, dan ayahku akan pergi berlibur selama beberapa hari" Ucapnya padaku, kemudian mencium keningku.

Mereka pergi menjauh menggunakan mobil mereka dan akupun masuk ke dalam rumah.


Keluarga Om Ius

"Mungkin, sekarang sudah waktunya untuk kau menjadi pemimpin Giru" Ucap ayah pada Nino dengan tatapan bangga melalui kaca yang berhadapan langsung dengan Nino.

Son mengajak Nino bercerita mengenai masa percobaan sebagai anggota Giru.

Son banyak mengalami suatu hal yang menarik dan menyenangkan, tetapi banyak rintangan yang tidak bisa dilewatinya.

Akan tetapi, dia melanjutkan percobaan tersebut walaupun dia sudah tidak mampu.

Nino yang mendengarkan cerita Son, merasa tidak menarik dan 1 hal yang ada di dalam pikiran Nino adalah Apa yang harus aku lakukan dengan kekuatan 'yang tidak terkendali' ini?

Hal tersebut terus mempengaruhi kepalanya dan membuat dia tidak fokus pada apa yang sedang dia lakukan.

Pemandangan yang sangat indah di luar mobilnya, membuat dia merasa sudah tidak ada sesuatu yang perlu dia lakukan di dunia ini.

Ssshhhtttt....!! Mobil berhenti tiba-tiba tanpa ada perintah.

"Apa yang terjadi di depan?" Ucap Son sembari membuka pintu mobil dan bergegas menuju ke depan mobil.

Ayah hanya terdiam di tempat duduknya dan tidak bergeming sedikitpun.

"Ayah? Ayah? Ayah!!! Kau kenapa?" Teriak Nino sambil memegangi pundak Om Ius, tetapi Om Ius tidak mendengar apa yang di katakan Nino.

Suara peluit khusus yang pernah Nino dengar, kini terulang kembali.

Son membunyikan peluit tersebut untuk memanggil suku Girao dan anggota Giru.

Kini, suku Ginad menyerang Son dengan sangat brutal, tetapi Nino tidak bisa berbuat apa-apa.

Nino merasa seperti tidak berguna hanya diam di dalam mobil dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Suku Girao dan anggota Giru belum datang karena perjalan sangat jauh dari tempat perkampungan mereka.

Nino mulai berpikir keras untuk berusaha mengetahui apa yang harus dia buat.

'Kekuatan ini..' Ucap Nino dalam batin.

Nino segera bergegas keluar mobil dan mulai mengumpulkan keberaniannya.

Dia melihat Son dan ayahnya yang sekarang tidak berdaya.

Nino merasa marah dengan keadaan keluarganya yang sangat memprihatinkan.

Nino mulai mengeluarkan air mata sedikit demi sedikit.

Sekarang, dihatinya cuma ada rasa marah dan dendam pada suku Ginad.

Suku Ginad yang melihat Nino mulai marah, berlahan-lahan mundur ke belakang dan mengambil ancang-ancang untuk menyerang Nino.

Nino yang sudah tidak sabar menyerang suku Ginad, segera berlari dan menyerang mereka dengan sangat tidak berperasaan.

Nino mulai mengeluarkan kekuatan tersembunyinya dan menyerang suku Ginad dengan sangat brutal.

Beberapa saat kemudian, suku Girao dan anggota Giru tiba di tempat kejadian.

Apa yang di lihat suku Girao dan anggota Giru, membuat mereka mati ketakutan.

Hampir sebagian besar dari suku Ginad meninggal dengan sangat mengenaskan.

Mayat suku Ginad tetap berada di tempat kejadian, dan yang masih hidup segera berlari pergi menyelamatkan diri mereka sendiri.

"Nino, apakah kau tidak apa-apa?" Ucap kepala suku Girao pada Nino.

"Hah?? Siapa kalian? Apakah kalian kesini untuk menyelamatkan keluargaku yang sangan memprihatinkan ini? Kenapa kalian lambat sekali? Apakah kalian tidak memikirkan nasib keluargaku?" Ucap Nino pada suku Girao dan Giru dan menyerang mereka.

Kepala suku Girao segera mengucapkan mantra sehingga membuat Nino terdiam dan setelah beberapa detik langsung pingsan.

Ketua suku melepaskan mantra yang diberikan suku Ginad pada Om Ius dan menyembuhkan luka-luka yang berada di tubuh Son.

Setelah Nino sadar, ternyata ingatan mengenai apa yang dia lakukan sudah tidak bisa dia ingat.

"Apa yang terjadi? Dimana aku?" Ucap Nino dengan kebingungan dan merasa sakit di semua tubuhnya.

"Kau menggunakan kekuatanmu untuk menyelamatkan keluargamu, tetapi kekuatan yang kau gunakan sangat besar dan menyebabkanmu hilang ingatan" Ucap kepala suku pada Nino dengan sangat terperinci.

"Kau sudah membunuh sebagian besar suku Ginad dan mungkin sekarang mereka akan balas dendam padamu, jadi persiapkan dirimu untuk perang besar nanti" Ucap kepala desa dengan sedikit khawatir dan sedih mengatakan hal tersebut pada Nino.

Nino hanya terdiam mendengar perkataan kepala suku dan terus mengingat-ingat kejadian yang dia alami.

Keping-kepingan ingatan datang pada memori otak Nino dan sekarang di sudah ingat tentang apa yang telah dia lakukan.

Kepala suku mengantarkan Nino ke tempat Om Ius dan Son dirawat. Nino mengerti kenapa dia mengeluarkan kekuatannya pada suku Ginad. Dia ingin menguji kekuatannya, tetapi tidak bisa dia keluarkan.

Nino bertanya pada kepala suku, tetapi kepala suku malah balik bertanya pada Nino.

"Apakah kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan? 3hal yang harus kau lakukan, yaitu hidup, cinta, dan berkorban. Apakah kau sudah melakukannya?" Ucap ketua suku pada Nino dengan tatapan berharap.

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku sudah tahu tentang hidup dan mengerti apa artinya cinta (Kasih sayang)" Ucap Nino pada kepala suku.

"Yang belum kau lakukan adalah berkorban. Kau harus pulang ke rumahmu dan segera memikirkan apa artinya berkorban, sehingga kau bisa mengontrol kekutatanmu" Ucap kepala suku pada Nino.


Bersambung ...

Cinta Sejatiku (Abadi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang