Perempuan itu hanya mempermainkanku karena aku dekat dengan Nino dan Son.
Aku akan membalas perbuatan perempuan itu, apapun caranya.
Hatiku mulai terasa sakit sekaligus marah pada perempuan itu.
Aku berusaha mancari disetiap kelas dan memberitahukan ciri-ciri perempuan itu.
Son dan Nino melihatku sedang mencari seseorang dengan sangat tergesa-gesa.
"Son, kau pergilah masuk ke kelas duluan, aku ada urusan sebentar" Ucap Nino pada Son.
"Cepatlah kembali ke kelas, karena kau adalah sumber jawabanku" Ancam Son dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Oke Oke Oke" Ucap Nino dengan menunjukkan jari jempolnya pada Son.
Son segera masuk kelas dan Nino berlari padaku.
"Aku tahu dimana kelas orang yang mengerjaimu" Ucapnya sambil menarik tanganku dan menuju ke kelas kakak itu.
Nino dan aku masuk ke kelas itu dan ternyata ada perempuan itu.
Perempuan itu segera menghampiriku dan meminta maaf dengan gaya mengejekku.
Nino melihat perempuan itu dengan wajah tanpa senyum, namun semua perempuan dalam kelas itu malah mendekatinya.
"Wanita yang berada di sampingku ini adalah pacarku dan siapapun yang mengganggunya akan berurusan denganku" Teriak Nino dan segera mendapatkan kritik yang tidak jelas dari mereka.
"Kenapa kau mau dengannya? Aku bahkan lebih baik darinya" Ucap salah satu dari mereka dengan pandangan marah padaku.
"Kenapa? Aku menyukainya karena dia dan aku sangat cocok. Aku peringatkan, jangan pernah mengganggu pacarku!" Teriaknya ada seluruh cewek yang ada di dalam kelas.
Aku merasa malu dan pipiku merah karena tiba-tiba dia memberitahukan kepada orang-orang di kampus bahwa aku adalah pacarnya.
Aku kaget dan senang karena dia memberitahukan seluruh orang di kampus, tapi aku sedih dia tidak memberitahukannya pada keluarga kami.
Sekarang, para wanita di kampus akan terus menatapku dengan perasaan marah, tetapi ada Brain, Pas, dan Chiki yang selalu bersamaku walaupun seluruh anak kampus membenciku.
Aku pulang ke rumah sendirian karena Nino dan Son ada kegiatan lain di kampus.
"Aku pulang!" Ucapku sambil memasuki rumah yang kelihatan sepi.
Om Ius memberitahuku bahwa Ibu dan Ayah pergi ke pasar untuk berbelanja bahan makanan.
Ketika aku ingin menaiki tangga, aku dipanggil Om Ius untuk mengambilkan foto di dalam kamar Nino.
Karena aku ingin tahu kamar Nino, akhirnya aku segera berlari ke kamarnya untuk mengambilkan foto sekaligus melihat-lihat kamarnya.
Aku tiba-tiba kaget saat melihat sebuah gelas yang diisi dengan air berwarna merah pekat dan aku sangat penasaran dengan air itu.
Teman-temanku mengatakan, bahwa vampir suka minum darah.
Sekarang, aku mulai tertarik untuk mengetahui siapa sebenarnya Nino dan kecurigaanku tambah kuat ketika melihat sebuah air berwarna merah pekat itu.
Aku mencoba mengambil sesuatu seperti kapas untuk menyerap air itu sedikit saja.
Setelah selesai, aku segera keluar dan minta izin untuk pergi sebentar pada Om Ius.
"Lisa, mana fotonya?" Tanya Om Ius padaku setelah aku pamit.
Dengan ingatan yang buruk dan semakin buruk, aku melupakan foto yang dipesan oleh Om Ius.
Aku segera kembali ke kamar Nino dan mengambil foto itu, tidak lupa aku melihat gelas yang berisi air berwarna merah itu.
Aku harus menyembuhkan dan menghilangkan semua RACOLA ku ini.
Aku segera pergi ke rumah temanku yang lumayan dekat dengan rumahku untuk mengetahui apa sebenarnya air berwarna merah ini.
Aku mencurigai ini adalah darah dan segera aku mulai teringat kembali dengan vampir.
Sekarang aku mencurigai Nino adalah vampir.
Aku segera berlari menuju rumah temanku dan sesampainya aku dirumahnya, aku langsung menekan bel rumah.
"Eeh.. Lisa, ada apa kesini? Tumben kesini" Ucap Tasya yang merupakan temanku yang pintar di bidang biologi.
"Aku ingin, kau meneliti apa sebenarnya ini" Ucapku seraya memberikan kapas yang berisi air berwarna merah.
Tasya segera mengambilnya dari tanganku dan menyuruhku untuk menunggu di ruang tamu.
Setelah beberapa menit, Tasya memberitahukanku bahwa itu adalah darah manusia.
Dia melakukan tes pada darah manusia asli dan air yang berwarna merah dan mendapatkan hasil 98% cocok.
Aku kaget setengah mati saat mendengar pernyataan Tasya dan aku segera pamit padanya untuk pulang.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku dan mengunci diriku dalam kamar.
Aku mulai memikirkan, apakah semua keluarga Nino adalah vampir dan bagaimana awal pertemuan kami berdua serta apakah dia pernah tertarik dengan darahku?
Aku mulai takut untuk melihat keluarga Nino dan tidak ingin berbicara pada mereka.
Tapi, sekarang aku dan Nino resmi pacaran.
"Kenapa dia tidak memberitahuku bahwa dia vampir? Apakah dia takut bahwa aku akan memberitahukan pada polisi? Apakah aku adalah mangsanya?!" Tanyaku dengan mulut yang mulai bergetar karena memikirkan bahwa aku bisa menjadi mangsanya.
Aku mulai membayangkan bagaimana jika aku tiba-tiba digigit olehnya dan aku menjadi vampir.
Tidak! Tidak! Aku tidak ingin jadi seorang vampir dan aku tidak menyukai vampir.
Tapi, aku sangat menyayangi Nino seperti aku menyayangi diriku sendiri.
Aku mulai bimbang dengan pilihanku dan aku bingung, jalan mana yang harus aku lalui.
'Menjauh dari Nino atau berpura-pura aku tidak pernah mengetahui ini?' Ucapku dalam batin dengan jantung yang terus berdetak dengan kencang.
Nino dan Son telah kembali, aku memutuskan untuk berpura-pura tidak mengetahui apapun yang baru-baru aku alami.
"Lisa, ada apa? Apakah kau sakit? Kenapa kau sangat pucat saat melihatku?" Ucap Nino seraya membuka pintuku dan segera menuju ke aku.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sejatiku (Abadi)
RomanceSeorang anak kuliahan (Lisa) yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang vampir (Nino) yang hanya memiliki seorang ayah (Om Matius) dan teman yang dijadikan saudara tirinya (Son). Karena tinggal 1 rumah, Lisa dan Nino saling...