Chapter 9

78 9 5
                                    

Nino dan Son telah kembali, aku memutuskan untuk berpura-pura tidak mengetahui apapun yang baru-baru aku alami.

"Lisa, ada apa? Apakah kau sakit? Kenapa kau sangat pucat saat melihatku?" Ucap Nino seraya membuka pintuku dan segera menuju ke aku.

"Aku tidak apa-apa kok, kamu sudah makan atau belum?" Jawabku dan segera mengalihkan pembicaraan.

"Belum, nanti sore ikut aku ke suatu tempat. Ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu" Ucap Nino dan segera meninggalkan kamarku dan menuju ke ruang makan.

Jantungku hampir copot mendengar pernyataannya karena sekarang aku tidak memikirkan bahwa dia romantis melainkan sangat menakutkan.

Aku mencoba berbagai alasan supaya aku tidak pergi bersamanya karena aku takut menjadi santapannya sore itu.

Tapi, aku tidak pandai dalam hal berbohong dan sekarang aku pasrah untuk dijadikan mangsa.

Aku segera tidur dan mematikan lampu dikamarku serta tak lupa berdoa.

"Jangan mendekat! Jangan mendekat! Tolong, lepaskan aku! Aku tidak akan memberitahukan pada siapapun identitas aslimu! Jangan mendekat!" Ucapku pada Nino yang semakin maju tanpa alasan padaku.

Nino hanya tersenyum melihatku yang ketakutan dan sekarang dia menahan tubuhku yang memberontak.

Dia mulai mendekati leherku dan "Arghhh...!! Tolong aku!" Teriakku.

Dia menggigitku dan aku pingsan seketika itu juga.

Aku terbangun dari mimpi yang sangat mengerikan itu pada tengah malam.

Sekarang, aku tidak bisa tidur karena mimpi yang sangat buruk itu.

Aku memikirkan, apa yang akan terjadi jika aku pergi besok sore bersama Nino?

Sekarang sudah pukul 02.00 dan rasa mengantuk tidak pernah menghampiriku.

Aku mengambil hpku dan segera mencari ciri-ciri vampir yang nyata.

Aku melihat : Matanya merah, suka meminum darah manusia, tubuh sangat dingin, giginya taring, suka tempat gelap, takut pada tempat terang, punya kekuatan terbang.

Cuma ada satu yang aku bisa prediksi ada pada Nino, yaitu suka meminum darah dan tubuh sangat dingin (tangan).

Aku bingung dengan keadaan sekarang, karena dari keseluruhan ciri-ciri vampir, Cuma beberapa yang benar.

Aku mulai menyerah mencari di Om Google, karena semakin aku mencari tahu maka ketakutanku akan semakin bertambah.

Aku merebahkan tubuhku ke kasur dan mencoba untuk tidur dan aku baru ingat untuk menyelesaikan skripsiku karena minggu depan harus dikumpul.

Aku segera turun dari tempat tidur dan segera menyelesaikan tugas skripsiku.

Jam sudah menunjukan 05.40, hari sudah pagi dan sebaiknya aku segera turun untuk makan pagi.

"Pagi Lisa" Ucap Son padaku dan segera menarik kursi untuk makan bersama.

Satu-persatu makanan disajikan di atas meja dan perutku kini mulai berbunyi.

"Nino, bangunlah, makanan sudah siap" Teriak Om Ius kepada Nino yang masih ada dalam kamarnya.

Keluargaku dan keluarga Om Ius sudah seperti satu keluarga.

Akupun sudah terbiasa dengan candaan dan suruhan mereka padaku seperti orang tuaku dan saudara bagiku.

"Son, panggil Nino untuk segera makan karena ini sudah jam 07.00, nanti sakit" Ucap Om Ius pada Son yang tepat duduk disampingnya.

'Apakah vampir bisa sakit? Bukankah mereka abadi?' Ucapku dalam batinku sambil membantu ibuku menyajikan makanan.

Satu-satunya tempat duduk yang kosong adalah di sampingku dan disampingnya Son, dan aku berdoa supaya dia duduk di samping Son bukan disampingku (walaupun aku ingin dekat dengannya).

Nino keluar kamar dengan wajah yang masih mengantuk dan segera melihatku dan tempat duduk kosong yang ada disampingku.

Dia segera bergerak ke arahku dan wajahku mulai merah padam.

Aku mulai salting karena dia semakin dekat dengan kursi disampingku.

Tiba-tiba, dia malah bukan ke kursi dekatku melainkan Cuma mengambil gelas yang ada di dekatku dan segera mengisi air tersebut dengan air dingin.

Wajahku mulai kelihatan malas dan sangat jengkel padanya, lagi-lagi dia memberikan sebuah harapan palsu padaku.

Setelah dia selesai mengisi air, dia langsung duduk di sampingku, di kursi kosong tadi.

Aku mulai senang campur jengkel padanya, tetapi hatiku begitu senang dan berdetak sangat kencang.

Aku memukul pahanya dan dia malah memegang tanganku dengan sangat erat dan aku malah tidak bisa melepaskan tangannya dariku.

'Tangannya sangat dingin, aku mulai takut dengannya' Ucapku dalam batin dan segera memperhatikan wajahnya.

Kini, dia tiba-tiba melepaskan tanganku dan mulai makan.

Aku kaget dengan sifatnya yang berubah-ubah karena itu membuatku penasaran dan marah padanya.

Aku cepat-cepat menghabiskan makananku dan segera ke kamar.

Di grup chat line, mereka bertiga sudah mulai membahas yang tidak penting dan akupun hanya menyaksikannya.

Aku tertidur dan saat aku bangun ternyata sudah jam 15.30 sore, aku segera turun ke bawah dan makan siang sendirian.

"Sehabis makan, kau langsung mandi dan bersiap-siap. Aku akan menunggu di taman kompleks ini" Ucapnya dan segera berlalu dari hadapanku.

Aku takut bahwa aku akan menjadi korbannya.

Tapi, aku memberanikan diri dan segera bersiap-siap untuk bertemu dengannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Kenapa tidak dirumah saja?" Tanyaku padanya dan berharap dia menjawab pertanyaanku dengan jujur.

"Aku tidak ingin orang dirumah tahu apa yang akan kukatakan padamu. Aku ingin tanya, apakah kau mencintaiku apa adanya? Apakah kau bisa merahasiakan yang akan kukatakan padamu? Apakah kau ingin jadi pasanganku untuk seumur hidupmu?" Tanyanya serius dengan tatapan langsung ke mataku.

"Iya! Aku akan berusaha" Ucapku pada Nino karena aku sepertinya sangat mempercayainya.

"Baiklah.. Lisa, aku sangat mencintaimu melebihi apapun dan aku rela berkorban demi kamu karena kamu unik dan berbeda dengan manusia lain diluar sana" Tuturnya padaku dengan tatapan lembut dan sepertinya dia memang sayang sama aku.

"Dan aku mempunyai rahasia yaitu aku sebenarnya seorang vampir dan aku mempunyai kekuatan mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan jika mereka melihat aku. Jika mereka tidak melihatku, maka aku tidak akan tahu apa yang mereka pikirkan. Tapi, aku berbeda dengan vampir yang diceritakan manusia karena vampir yang di dunia nyata. Aku adalah vampir terkuat di kelompokku. Jadi, kamu tidak perlu takut padaku. Aku akan melindungimu" Ucapnya sambil tersenyum padaku dengan memegang tanganku erat-erat.


Bersambung ...

Cinta Sejatiku (Abadi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang