Dengan bujukan dan rayuan maut Deta, akhirnya Briyan mau untuk di anjak pulang.
"Ma aku gak jadi pulang deh, nanti takut nya Nabilla tiba-tiba sadar dan aku gak ada." Ucap Briyan yang langsung mendapat pelototan dari Deta.
"Briyan anaknya mama Deta dan papa Riyan, kamu gak kasian sama Raffa, dia juga lagi sakit sayang. Udah lah nanti kalau Nabilla sadar pasti nanti dikasih tau." Ucap Deta geregetan.
"Iya Yan nanti mama kasih tau kalau Nabilla sadar. Sekarang kamu pulang dulu aja ya kamu juga butuh istirahat." Ucap Renata yang sudah sampai disini lagi.
"Ya-yaudah deh, tapi bener ya ma nanti telfon aku kalau Nabilla sadar." Ucap Briyan.
"Yaampun iya ganteng nya mama." Jawab Deta membuat Renata tertawa.
"Det alay sumpah." Ucap Renata sambil tertawa.
"Sebel gue Re. Yaudah Re pulang dulu ya kasian Raffa pasti nyariin." Pamit Deta.
"Yaudah Det hati-hati ya." Setelah itu Deta mendorong kursi roda Briyan keluar dari kamar rawat Nabilla.
Dari kejauhan mereka melihat Riyan sudah menunggu nya di lobby.Riyan menoleh ke arah mereka dan langsung menghampiri nya. "Briyan kamu gak apa-apa kan?" Tanya Riyan.
"Gak pa tenang aja." Jawab Briyan santai.
"Yaudah yuk pa pulang." Ajak Deta. Riyan pun membantu mendorong kursi roda Briyan menuju mobil nya.
Tak memakan waktu lama akhirnya mereka sampai di rumahnya.
Riyan membantu Briyan turun dari mobil, sedangkan Deta sudah terlebih dulu masuk ke dalam rumah karena mendengar tangisan Raffa.
"Pa gak usah pake kursi roda aja, gak enak berasa lumpuh." Ucap Briyan.
"Tapi kaki kamu kan masih sakit Yan."
"Nggak apa-apa pa, nanti kalau terus di manjain malah gak sembuh-sembuh." Akhirnya Riyan pun membantu Briyan berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Saat sanpai di dalam rumahnya Briyan melihat Raffa yang tengah menangis di gendongan mama nya.
"Raffa liat tuh siapa yang dateng." Ucap Deta.
Raffa menoleh ke arah Briyan yang sudah duduk di soffa dengan senyum sumringahnya.
"PAPA!!!" Pekik nya keras.
"Sini ma Raffa nya." Deta menyerahkan Raffa pada Briyan.
Briyan langsung memeluk erat tubuh mungil Raffa, rasa rindu nya selama ini akhirnya terbalas juga. "Papa kangen sayang." Briyan mencium kening dan kedua pipi Raffa yang terasa hangat.
"Raffa lagi sakit ya." Tanya Briyan.
Saat ini Raffa menyandarkan kepalanya di dada Briyan. "Pala Afa tatit." Jawabnya dengan suara serak nya karena habis menangis.
"Sini papa cium biar sakit nya hilang." Briyan mencium puncak kepala Raffa dan mengusap nya lembut.
Mama papanya sudah meninggalkan mereka berdua di ruang tengah.
"Papa Afa mau ikut mama." Ucap Raffa tiba-tiba. Memang selama Nabilla di rawat rumah sakit Raffa belum sama sekali bertemu dengan Nabilla, wajar saja kalau Raffa terus mencarinya.
"Mama masih bobo belum bangun sayang, besok kita liat mama ya." Ucap Briyan.
"Afa mau bobo ama mama, pa." Rengek Raffa manja.
"Bobo sama papa dulu aja ya sayang, Bentar papa panggil oma dulu." Briyan memanggil mamanya untuk membawa Raffa ke kamarnya.
"Ma di kamar bawah aja, aku gak bisa naik tangga." Briyan berusaha bangkit dari duduknya perlahan. Setelah berhasil ia berjalan dengan kakinya yang sedikit di seret.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MARRIAGE (TERSEDIA DI GRAMEDIA)
Teen FictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU perjodohan? well mungkin ini salah satu hal terkonyol bagi anak jaman sekarang. namun apa jadi nya kalau nyatanya masih ada orang tua yang masih mau menjodohkan anak mereka agar terhindar dari hal yang sangat tidak mereka...