Love…goodbye.. 사랑….안녕…
Boby membuka pintu apartemen itu dan menyerukan nama seseorang yang tinggal di apartemen tersebut.
“Shania?” panggil Boby namun tidak ada jawaban. Ia kembali mencarinya ke dapur mengingat wanita itu sangat suka memasak, wanita yang sudah 2 tahun ini tinggal bersamanya walaupun mereka jarang sekali bertemu. “Shania?” namun Boby tidak mendapatinya disana.
“kemana wanita itu? Bukannya dia sudah kembali dari China?” pikir Boby. Ia pun kembali melangkahkan kakinya menuju kamar utama. Kamar yang biasa ia tempati dengan Shania.
Boby memutar pintu kamar itu dan membukanya perlahan. Ia berharap wanita itu ada di kamarnya tengah tertidur. Ia memasuki kamar tersebut, namun sayangnya tempat tidur itu kosong. Ia menghela napasnya dan berpikir kemungkinan wanita itu masih di perjalanan. Saat ia akan berbalik, tiba-tiba seseorang menutup matanya dengan kedua tangan.
Boby sedikit terkejut. Ia meraba sepasang tangan yang menutupi matanya. Sedetik kemudia ia mengembangkan senyumnya mengetahui siapa pemilik tangan itu.
“tebak siapa aku?” tanya orang itu dengan suara yang di buat-buat menyerupai anak kecil.
“kau ingin bermain-main denganku?” ucap Boby tanpa melepaskan kedua tangan yang menutupi matanya.
“kau mengabaikan pertanyaanku.” Sahutnya, tanpa Boby melihatnya pun bisa di tebak orang itu tengah mengerucutkan bibirnya.
Boby terkekeh dan menurunkan tangan itu kemudian berbalik sambil berkata, "Shania Chaesar.”
“apa?? Shania Chaesar?? Siapa itu??” bentaknya. “kau memiliki wanita lain, huh?? Siapa Shania Chaesar??” Boby terkekeh mendengar perkataannya dan maju mendekatinya lalu melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu.
“maksudku kau, Shania!” ucap Boby dengan nada gemas.
“aku?? Ya! Namaku Shania Junianatha!! Bukan Shania Chaesar!! Kenapa kau mengganti namaku seenaknya??” Ucap Shania.
Boby menyeringai, “karena kau milikku, Shania.” Bisiknya sebelum menyambar bibir mungil Shania dengan bibirnya.
Shania tersenyum, melingkarkan tangannya di leher Boby dan membalas ciuman itu. keduanya memejamkan mata dan saling melumat hingga akhirnya merasa membutuhkan bernapas dan melepas ciuman itu.
Keduanya melepaskan ciuman itu dengan posisi yang tidak berubah sambil terengah menghirup oksigen yang dibutuhkannya. Boby mendekatkan wajahnya dan menempelkan keningnya dengan kening Shania. “Aku merindukanmu..” lirih Boby menatap Shania.
Shania tersenyum hangat dan menjawab, “Aku juga.”.
Boby tersenyum senang mendengar wanita itu merindukannya. Sama dengan dirinya yang sudah 1 bulan lebih tidak bertemu karena Shania harus pergi ke China. Boby benar-benar merindukan wanita nya, ia kembali memanggut bibir Shania dan mulai melumatnya lagi.
Mereka berciuman panas dengan lidah yang saling bertautan. Melampiaskan perasaan rindunya. Tidak lama kemudian Boby mulai bergerak, menutup pintu kamar itu dengan kakinya dan membimbing Shania menuju tempat tidur tanpa melepas ciumannya.
Perlahan Boby membaringkan Shania di tempat tidur itu dan menindihnya. Tidak lama kemudian mereka kembali melepas ciuman itu. Boby menatap Shania yang berada di bawahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Aku mencintaimu Shania~” ucap Boby tiba-tiba.
Shania mencari keseriusan ucapan Boby di matanya dan tidak menemukan kebohongan dalam maniknya itu.
