Mr. Min
.
.
.Part 3
"Wen kamu serius mau kerja sama dia.""Kayaknya aku serius deh. Lagian aku lagi butuh uang banget Jim. Aku belum bayar sewa apartment 3 bulan, belum juga aku ada utang ke kak Chanyeol waktu itu."
"Kalo soal itu aku bisa bantu Wen."
"Kamu udah kebanyakan bantuin aku Jim. Lagian kayaknya ga susah juga pekerjaannya."
Jimin mengusap wajahnya kasar. Berapa kalipun Jimin meyakinkan Wendy untuk tidak terlena dengan tawaran aneh tersebut. Tetap saja Wendy bersikeras menerima kontrak tersebut.
Awalnya Jimin sempat senang, karena Wendy berniat menolak kontrak tersebut. Tapi entah pikiran dari mana gadis itu tiba tiba saja mengiyakan kontrak yang menurut Jimin itu aneh.
"Aku khawatir Wen."
"I'll be okay Park Jimin." Wendy memberikan senyum termanisnya. Meyakinkan sahabatnya kalau semua akan baik baik saja.
Wendy menutup koper terakhir. Hari ini juga gadis itu akan tinggal bersama bos nya. Dan artinya hari ini gadis itu akan mulai bekerja.
Jimin membantu Wendy membawa koper koper itu menuju basemant. Rasa khawatir Park Jimin sebagai sahabat terus menghantui pikirannya. Jimin hanya tidak ingin sesuatu terjadi kepada sahabatnya. Tapi Jimin juga sudah kehilangan akal meyakinkan Wendy. Dan pada akhirnya segala keputusan ada ditangan Wendy.
Jimin mulai menyetirkan mobilnya, untuk beberapa saat mereka terdiam dengan pikiran masing masing.
"Noona,"
"Tumben banget panggil noona."
"Hehe. Aku cuman mau bilang, kalo kamu ada apa apa atau butuh sesuatu jangan sampe enggak ngehubungin aku. Oke."
Jimin melirik ke arah Wendy. Kelingkingan terangkat menunggu sautan dari Wendy.Wendy tersenyum manis. Ia tahu sahabatnya ini sangat khawatir kepadanya. Wendy mengangkat tangannya, dan menautkan kelingkingna dengan Jimin. "I promise."
Mereka sampai di depan sebuah apartment berkelas high yang tentu jika disewa perbulannya bisa mencapai ratusan juta. Tepat di dalam loby Kim Namjoon berdiri menunggu kehadiran Wendy, dan betapa bahagianya dia saat orang yang ditunggu menampakan wajahnya.
"Nona Wendy." Namjoon menghampiri Wendy, dan membantunya membawa salah satu koper.
"Mari. Mr.Min sudah menunggu."
"Sebentar."
Wendy memutar tubuhnya. Mengambil alih koper yang dibawa oleh Jimin, "Sampe sini aja Jim. Makasih ya tumpangannya."
"Oke Wen. Hubungin jangan lupa."
Jimin melirik kearah lelaki yang berada di belakang Wendy. Tatapannya sedikit tidak suka saat bertemu dengan mata Namjoon. Jimin memperingatkan lelaki tersebut dengan matanya agar tidak berbuat macam macan dengan Wendy.
Setelah mendapat anggukan dari Wendy, Jimin bergegas pergi dari tempat itu.
Oh, entah kenapa sekarang Wendy jadi gugup seperti ini.
Wendy bahkan berkeringat di dalam lift. Entah apa yang Wendy takutkan. Hanya saja ia takut bekerja dengan salah satu orang ternama di Korea Selatan. Ditambah lagi ia harus tinggal dengannya. Salah salah sedikit, biasanya orang orang seperti Suga akan bermain nyawa.
"Silahkan masuk."
Mereka berhenti disebuah pintu flat bernomor 594. Wendy menarik nafasnya cukup dalam sebelum akhirnya dia mengikuti langkah Namjoon memasuki ruang tersebut.
Dan berdirilah disana. Min Suga dengan segala ke-dinginnanya menunggu kehadiran Wendy yang sudah sangat ia tunggu. Suga melangkah menghampiri kedua orang tersebut.
"Nih, Wendy udah gue anter. Sisanya lo yang urus. Gue mau balik! Bye!" Namjoon membalikan tubuhnya pergi begitu saja.
Matilah Wendy! Di ruangan ini hanya ada dirinya dan Suga. Atmosphere dalam ruangan-pun berubah menjadi lebih dingin. Wendy tidak berani menegakkan kepalanya. Sedari tadi ia terus menunduk, memperhatikan flat shoes yang ia kenakan.
"Ann-yeong-haseyo. Sa-ya Son Wendy. Sa-ya a-kan beker-ja se-baik mungkin."
Terkutuklah mulut Wendy. Bisa bisanya ia bicara segagap itu didepan bosnya. Diari pertamanya bekerja. Sebentar lagi bos-nya pasti akan memarahi karena sikap lancangnya. Wendy menggigit bibir bawahnya cukup kuat.
Ini pertama kali baginya bekerja dengan orang besar. Tidak! Bahkan ini pertama kalinya berhadapan dengan orang seterkemuka Min Suga. Kesan pertama bertemu bosnya seharusnya bagus. Tapi apa, dia hanya mempermalukan dirisendiri di depan bos-nya.
"Ga usah gugup, santai aja. Sini biar aku bantu bawa kopernya."
WHAT?
Apa Wendy sedang bermimpi?
Mana kata orang Min Suga yang ketus dan dingin. Mana Min Suga yang hampir tidak pernah menunjukan senyumnya. Wendy sedikit terbelak dengan sikap Suga yang berbeda dengan pemikirannya.
Jangan lupakan bahkan lelaki itu tersenyum sangat manis kepada Wendy.
"Gausah pak, saya bisa sendiri." Wendy berusaha mencegah Suga yang berniat membawa kedua kopernya. Oh bagaimana mungkin seorang bos seperti dia membawakan koper murahan milik Wendy.
Suga tidak megindahkan perkataan Wendy. Lelaki itu langsung menyeret koper-koper Wendy, membawanya kesebuah ruangan yang akan menjadi kamar Wendy.
Wendy terbelak memasuki kamar tersebut. Ia yang hanya sebatas asisten pribadi diberikan kamar semewah ini? Wendy menelan ludahnya bulat bulat. Matanya terus meneliti setiap sudut ruangan tempat ini.
"Ini kamar kamu. Kalo ada apa apa atu kamu butuh aku, kamar aku ada disebelah. Jangan sungkan buat kesana."
Kembali. Suga tersenyum manis kepadanya.
Wendy tidak tahu harus bersikap apa. Ia hanya membalasnya dengan senyuman dan tak lama Suga-pun pergi dari ruangan.Wendy bodoh! Bahkan dia lupa mengucapkan terima kasih. Bos nya sudah membantunya dan dia hanya tersenyum. Dipikir bos-nya itu kurir apa.
Wkwkwk that is 😂 aku gatau cerita ini bakal seru apa enggak 😂 cuman aku berharap kalo ceritanya bakal menarik buat kalian. Sebelumnya makasih yang udah menyempatkan vote and comment. I love you my readers💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Min
FanficMr.Min (MYG × SSW) wenga story! Son Wendy mau tidak mau harus bekerja dengan Min Suga teman -mantan- bosnya. Awalnya Wendy senang bekerja dengan Suga karena bayarannya di luar dugaan. Tapi setelah Wendy merasakan perilaku Suga yang di luar batas, we...