PART 11

4.7K 620 31
                                    

Mr. Min

.

.

.

PART 11





Dan disinilah Wendy.

Di dalam kamar beukuran hampir 3 kali lipat flat-nya dulu, ditinggal oleh Suga bekerja. Dan yang paling Wendy tidak suka adalah dikunci dari luar.

Menyesal waktu itu tidak sempat membawa handphone. Tidak ada akses komunikasi di dalam kamar ini, bahkan telepon rumah pun tak ada. Hanya ada TV yang menemani Wendy saat ini.

Sial! Kenapa hidup nya jadi seperti ini.

Wendy memasukan kepingan keripik kentang rasa rumput laut yang bungkusnya sebesar bantal kasur di kamarnya dulu. Untung saja kamar ini sudah dilengkapi dengan beragam macam makanan, jadi Wendy tidak mati kelaparan.

Ah iya, kalau tidak salah Wendy sudah menghabiskan satu liter kotak susu coklat, satu botol minumam soda, setengah pulpy orange, 2 bungkus keripik singkong dengan rasa yang berbeda, 5 sandwich dan setengah keripik kentang berukuran jumbo yang sedang ia makan saat ini.
Dan bagi Wendy itu masih kurang.

Karena baginya, sebelum ia makan nasi kata kenyang tidak akan keluar dari mulutnya.

Wanita itu melirik ke arah pintu yang mengeluarkan suara kunci di putar, dan beberapa detik kemudian sosok manusia bernama Min Suga masuk dengan menenteng dua paper bag yang bertuliskan sebuah nama restaurant terkenal.

"Kok pulang?" Intrupsi Wendy saat lelaki yang masih mengenakan baju kantornya itu duduk di sebelah Wendy.

Suga mengeluarkan makanan dari paper bag yang ia bawa. Aroma berbagai macam makanan menyeruk masuk ke hidung Wendy, wanita yang katanya belum makan itu menjilat bibirnya tergoda dengan apa yang Suga bawa.

"Kamu belum makan kan? Makan dulu ya." Wendy meletakan bungkusan kripik dan langsung menyambar sekotak nasi beserta lauk pauknya.

Seperti kucing kelaparan yang melihat pindang di tengah jalan. Lahap bahkan tidak rela berbagi. Siapapun yang akan mendekat akan ia cakar. Meowww

"Pelan-pelan makan nya sayang, gak akan ada yang rebut makanan kamu kok." Suga membersihkan sisa makanan yang menempel di sekitar bibir Wendy.

"Aper, lelum akan dali emalin." (Laper, belum makan dari kemarin)

Suga menggeleng. Ck, dia baru sadar selera makan Wendy sebesar ini.

Tidak butuh waktu lebih dari 10 menit bagi Wendy menghabiskan makanan-makanan itu. Wanita itu bersender pada punggung sofa seraya menepuk-nepuk perutnya yang berasa ingin meledak. Ia melirik ke arah Suga yang sedang sibuk dengan iphone nya.

"Ga, aku mau ngehubungin Jimin." To the point Wendy.

Beuh! Suga jelas tidak suka dengan permintaan Wendy saat ini. Lelaki pucat itu menatap Wendy tidak suka, "Ngapain si ngehubungin dia?"

"Ya bagaimanapun Jimin tuh sahabat aku. Dan aku tiba-tiba ngilang di rumahnya, nanti dia khawatir terus nyari-nyari aku kelilimh Korea gimana?"

Suga memutar bola matanya sebal. Ck, mau Jimin keliling Korea Selatan mencari Wendy atau bahkan sampai Korea Utara pun Suga tidak peduli. Kalau bisa tidak usah kembali lagi sekalian.

"Gak!"

"Ih, kok gitu! Yaudah aku pergi nih."

"Coba aja kalo bisa."

"Fuck! Ngeselin."

"Cewek aku gak boleh ngomong kasar, apalagi sama calon suaminya."

"Idih siapa juga yang mau jadi cewek lo!"

"Lah waktu itu siapa yang mesem-mesem pas aku bilang sayang?"

"Itu kan dulu. Sebelum aku tau kamu pembunuh, apalagi yang bunuh orang tua aku!"

Dan Suga-pun diam, sejujurna ia paling tidak suka ketika Wendy sudah membahas mengenai hal itu. Matanya semakin tajam menatap Wendy. Gadis itu menjadi takut sendiri, ia menggeser posisi duduknya menjauh dari Suga.

Aduh jangan bilang gue juga mau di bunuh, pikir Wendy

Wendy bisa mendengar helaan nafas kasar dan decakan yang keluar dari mulut Suga, "Kamu belum jawab pertanyaan aku. Jimin cerita apa aja sama kamu?" Ketus Suga.

Wendy jadi gelagapan sendiri, susasan seperti inilah yang Wendy tidak suka. Terintimidasi. Tolong, Wendy cuman anak gadis yang tidak tahu apa-apa.

"Ya- dia cerita kalau kamu yang udah nabrak orang tua aku."

"Terus?"

"Udah gitu doang."

Suga mengacak kasar rambutnya, "Ck, tuh bantet gatau apa-apa juga! Sok-sokan ngomporin."

"Ih Jimin gak ngomporin. Dia cuman cerita kebenaran!"

"Bela terus sampe mampus! Lagian dia cerita gak sepenuhnya."

Wendy mengerutkan dahinya, "Maksud- kamu?"

Suga menarik Wendy mendekat kepadanya, ia mengecup bibir Wendy sekilas membuat Wendy  tegang seketika, "Biar aku ceritain ke kamu." Katanya lembut.

Ia merengkuh tubub Wendy, "Iya aku emang sengaja nabrak orang tua kamu. Karena mereka udah buat cinta sejati aku meninggal."

"Cinta- sejati?"

"Hmm. Ibu aku, waktu itu ibu aku lagi nyebrang dan ada mobil nabrak ibu. Mereka langsung kabur ngebiarin ibu aku terkapar di jalanan."

Wendy tertegun mendengarnya, ia sendiri bahkan tidak tahu kalau orang tuanya telah melakukan tabrak lari. Hanya, kembali ke topik- Wendy diam menunggu pernyataan lanjutan Suga. Tapi setelah 10 detik berlalu, lelaki itu hanya diam.

"Terus? Kamu bunuh orang tua aku gitu? Kan gak seharusnya bunuh mereka. I mean-"

"Siapapun yang berurusan sama aku, artinya dia main nyawa sama aku." Ketus Suga.

Wendy membuang muka. Hanya saja, wanita itu tidak habis pikir. Semua itu tidak semestinya dibayar oleh nyawa lagi. Lelaki itu memang tidak bisa berpikir rasional.

"Dan dari itu juga aku tau kamu," Suga memegang dagu Wendy, dan memutar menghadnya "Dan disaat itu juga aku bersumpah kalo kamu cuman milik aku." Lanjutnya.

Wendy bisa merasakan aura gelap disekelilingnya. Gadis itu menelan salivanya, ini buruk. Wendy tidak suka dengan tatapan Suga yang mengintimidasi nya sekuat ini.

Suga memajukan wajahnya, berhenti di telinga Wendy untuk menjilatnya sebentar, "Siapapun cowok yang berani deketin kamu," Suga mengecup telinga Wendy, "Berarti dia siap nyusul orang tua kamu."

Brr~

Mr. MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang