[13] Kecewa

218 60 9
                                    

Diriku masih terus saja mencari keberadaan Calum dirumah sakit. Namun nihil, tak kutemukan dia disana.

Aku menghelas nafas panjang.

Mungkinkah ia lupa?

Pikiran tentang Calum dan Jessie berkeliaran di otakku, mengejek diriku tanpa berhenti.

Aku hanya ingin melihatnya sekali saja. Aku takut hal buruk akan terjadi setelah ini. Perasaan itu sedari malam menghantuiku lagi, perasaan takut kehilangan. Aku hanya ingin memastikan jika perasaan itu salah mengenai Calum.

Para dokter sebenarnya telah memanggilku untuk segera menjalankan operasi kecil itu, aku mencoba menahan mereka dengan berkata bahwa aku sedang menunggu seseorang.

Aku menunggu Calum.

Ibu menepuk bahuku. "sudahlah." katanya.

Aku menggeleng. "lima menit saja, aku mohon." kataku memohon.

Ibu mengelus punggungku lalu bangkit berdiri.

Aku yang tidak bosan menunggunya sesungguhnya sedang gelisah bukan main.

Ia kemana?

Hatiku seakan terperas, keberadaanya yang tak menentu membuatku khawatir. Aku menggigit bibir, menanti dirinya yang tak kunjung datang tapi bodohnya aku tetap menunggu.

Hanya perlu ia bisikan, semua ini akan baik-baik saja maka cukup, aku bisa melawan dunia ini. Dan sekarang, ia tidak disini, lalu darimana aku dapat kekuatan?

Aku menunduk, merasa butiran air itu akan jatuh. Ah, sebesar inikah efek ketiadaan dirinya dihari penting ku?

Dengan siapa?

Jessie kah? oh, jadi sepertinya ia lebih mementingkan Jessie dari padaku?

Sebut aku, wanita cemburuan. Aku tidak peduli. Aku merindukannya. Namun kurasa, rindu itu tidak adil. Aku dibiarkan merindukannya, tanpa merasa dirindukannya.

Berapa hari sudah ia tak muncul dihadapanku? yang jelas aku kehabisan dosis suara tawanya dan genggaman tangannya.

Aku bisa mengerti jika ia adalah orang terpercaya oleh orangtua Jessie, tapi sampai hari ini ia tak mengujungiku, apa sesibuk itu? atau memang ia sengaja melupakanku karena gadis itu?

Lalu, ia sedang apa?

Sedang memikirkankukah? kuharap begitu. Adakah selama ini, aku di benaknya?

Aku mengusap wajahku kasar, menerka-nerka Calum akan datang atau tidak membuatku lelah.

Sudahlah! jika ia tidak datang, aku bisa apa?

Sepertinya memang aku telah salah menjadikannya prioritasku karena pada kenyataannya ia sama sekali tak memperdulikanku.

Bodoh.

Sekarang, aku sudah salah mencintainya terlalu dalam yang mana ini yang membuatku kecewa saat dirinya tak hadir disini.

Aku menghapus jejak air mataku lalu menoleh saat namaku terpanggil.

Clichè : Calum [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang