Aku berjalan perlahan menuju kantin dengan andalan tongkatku, aku berjalan pasti kearah kantin meskipun itu butuh kurang dari 10 menit untuk sampai sana.
"Woi minggir woi, cewe buta mau lewat!"
"Mau di anterin ke kantin ga, ato mau gue gendong HAHAHAHAH!"
"KASIAN BEGO ANAK ORANG!"
"Yang piket kok sampahnya ketinggalan disini sih?!"
Aku menghelas nafas panjang mendengar kalimat yang setiap hari menjadi asupan telingaku. Welcome to Sierra's life, dimana semua orang akan mengejek mu sepuasnya dan menganggap mu sebagai bahan lelucon mereka.
Aku sudah terbiasa dengan semua ini; mereka yang merebut tongkatku secara tiba-tiba yang mana membuatku hampir ingin menangis saat itu, atau mereka yang menunjukan arah jalan yang salah padaku. Ada juga yang mendorongku hingga aku jatuh tersungkur dan menjadi bahan tawaan mereka selama seminggu.
I am totally fine with this.
Aku berbohong?
Tidak.
Karena aku sudah tau jika ini semua akan terjadi padaku. Aku tau, tau dan sangat tau. Dan aku tidak berniat untuk meladeni tingkah laku mereka yang kelewat rendah itu.
"Sayang." panggil seseorang dibelakangku.
Aku mengambil nafas dan menemukan aroma yang kukenali beberapa hari ini.
Axe dark temptation.
Baunya Calum.
"Sayang lagi!" kataku kesal yang kudengar tawa kecil darinya.
"Maaf, maaf." ucapnya mencubit pipiku. Sial. Ia tidak tau jika perlakuan kecilnya itu bisa membuat pipiku berubah warna?!
"Duduk disini, aku yang memesan makanan." ia membantuku duduk perlahan di kursi lalu pergi memesan makanan.
Jariku mengetuk-ngetuk meja sambil menunggu Calum datang.
"Gue masih ga percaya deh, kalo Calum, kapten basket yang mantannya Jessie itu pacaran sama si buta itu."
Aku menelan ludah.
"Bego banget ga sih?"
"Pacaran ama orang buta udah kayak pacaran ama tembok. Eh, masih untung bisa ngomong. Kalo engga, udah bener-bener mirip tembok!"
"AHAHAHAHAHAHAHAH!"
Tepat menusuk jantungku.
Tarik nafas.
Buang nafas.
Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa.
Aku tidak apa-apa. Aku tidak ap-"Sierra."
Ini suara Calum.
"Are you," ia menahan kalimatnya. "okay?"
Aku tersenyum. "fine, Calum."
"Ini," ia memberiku sendok plastik lalu membantuku mencari piring makanku. "nasi goreng."
Aku tersenyum lagi. "Thank you."
"Yup." balasnya yang ku tebak, dengan makanan yang sudah ada didalam mulutnya.
Bagaimana cara aku berhenti mencintainya, Tuhan? jika di setiap harinya saja, ia selalu membuatku terjatuh makin dalam padanya.
Aku kembali menyuapkan sendok demi sendok nasi goreng tanpa memperhatikan lingkungan sekitarku. Kalo kata Calum, Sierra emang gitu orangnya, kalo makan suka lupa diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clichè : Calum [on hold]
Fanfikce[1] Ini tentang Sierra dan Calum yang dipersatukan dan dipermainkan oleh takdir. copyright ©2017 by farsya