[10] Makan malam lagi

240 67 20
                                    

Aku berjalan perlahan menuju kelas Calum, dibantu dengan tongkatku. Lagipula mana ada orang yang mau menemaniku, menyedihkan sekali.

Okay, lupakan. Sekarang aku tengah berjuang setengah mampus mencari kelas Calum.

Ku rasa aku mendengar suara orang disana, lebih baik aku bertanya saja pada mereka.

"Uhm, apa ini kelas Calum?" tanyaku menepuk pundak siapapun orang itu.

"Lo emang ga bisa liat itu kelas apa?" jawabnya kesal. Aku sedikit kaget saat ia berkata seperti itu padaku, maksudku, apa ia tidak bisa melihat kalau aku buta?

"Itu ruang guru, bodoh." katanya memegang tanganku dan mengarahkan ke letak ruang guru itu, sepertinya. "kelas Calum, yang mana?"

"Sabar dikit, bawel banget sih jadi cewe!" gertaknya. Aku memajukan bibirku. Sial, cowo di sampingku ini galak sekali. "yaudah, gue anterin."

Aku menoleh kearahnya dan mengucap terimakasih berkali-kali, karena dia adalah orang pertama yang mau menolongku saat aku buta. "Duh, cuma nolongin gini doang kaga perlu pake terimakasih segala."

Aku tersenyum mendengarnya. "btw, nama lo siapa?" tanyanya. "Sierra. Lo?"

"Ashton." jawabnya. "lo ngapain nanyain kelasnya Calum? emang lo siapanya dia?" tanyanya yang membuatku bingung. Jadi dia belum tau.

"Gue pacarnya." jawabku pelan, semburat merah menghiasi pipiku. Masa iya, hanya dengan menyebut diriku pacar Calum, pipiku memanas. Bodoh.

"OH JADI ELO YANG SERING DI CERITAIN CALUM!" serunya, aku shock mendengar suara bassnya yang menggema di telingaku. "nah, ini kelas Calum. Kalo gitu gue cabut ya!"

"Makasih banyak, Ash!" ucapku sekali lagi. "bacot!" teriaknya dari jauh.

Aku tertawa mendengarnya yang masih tak mau menerima ucapan terimakasihku. Setelahnya aku memutar knop pintu kelas Calum dan sebelum aku membuka lebar pintu itu. Aku mendengar suara perempuan disana.

"Tolol! jangan Calum!"

"Udah gapapa, biarin aja bego!"

"Di aduin Ms. Stacey ntar!"

"Bodo, biarin tau rasa nih kebo satu!"

Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu itu semakin lebar. "Cal?" panggilku.

Suara grasak-grusuk terdengar dari sana. "Iya, sebentar Boo."

Jedug!

"Bangke!"

"HAHAHAHAHA MAMPUS!"

"Nyet, kurang ajar lo, Je. Gue kejedot meja malah di ketawain."

Jessie lagi?

"Udah sana susul."

Suara derap langkah besar-besar datang menghampiriku. Tangan kekar itu terselampir di pundakku. "kok kamu kesini? kan harusnya aku yang jemput kamu dikelas, Boo."

Darahku berdesir. Setidaknya, ia berani memanggilku dengan sebutan ehm, sayang in his version didepan Jessie tentunya.

Aku menggaruk tengkuk ku malu, aduh apa dia lupa ya? dasar pikun. "makan malam, kau tidak lupa kan?"

"OH IYA, ASTAGA DRAGON, AKU LUPA SAYANG!" pekiknya heboh.

Langsung saja ia raih tanganku dan menariknya. Tidak lupa dengan kata perpisahan untuk Jessie. "Jessie! gue duluan!"

Calum menarik tanganku, ia berjalan cepat sekali yang mana membuatku terseok-seok mengikuti langkah cepatnya dari belakang.

"Kau ini kenapa sih, buru-buru sekali!" ucapku kembali menormalkan langkah.

Clichè : Calum [on hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang