Warning: 17+ Rate-M. yang dibawah umur mohon keluar untuk sesaat..( kayaknya terlalu lebay :v )
Kusus @Real_ana_kim dilarang membaca!!
Happy Reading..
.Langkah kaki ketiganya memasuki area taman kota yang terselimut salju. Hinata mengeratkan sal biru yang dia kenakan, badannya sekarang seperti gumpalan kapas. "Kenapa kita kemari?" Tidak ada yang special hanya ada kesunyian penyambut ketiganya di taman kota yang nampak sepi tanpa adanya pengunjung.
"Hei. Kita belum masuk lebih dalam, bukan? Aku harap apa yang ada di dalamnya dapat merubah segalanya," ucapanya tersirat harapan tersembunyi akan kebahagiaan temannya. Tenten menarik Hinata memasuki area taman lebih dalam.
Sebuah bangunan kecil berada tidak jauh di depan mereka. Bangunan itu selalu digunakan untuk menyimpan tanaman penghias.
Mereka bertiga memasuki bangunan itu. "Shtt.. kenapa dia memilih tempat yang tidak romantis begini," gerutu Ino melihat suasana sekelilingnya yang minim cahaya penerangan.
"Apa yang kalian cari ditempat seperti ini?" Hinata mengeryit dan terus melangkah mengikuti dua temannya.
"Hanya ada satu, bunga cinta mengharap kesempatan kedua." Jawab Tenten abigu.
"Bunga apa itu? Aku tidak mengerti ada yang seperti itu."
Tidak jauh dari ketiganya, Orang yang sama selalu mengawasi. Di hari pertamnya ini, dia berharap kejutan besar akan menjadi sebuah kado penyambutan, demi beberapa lembar uang, Jugo rela menjadi penguntit bayaran.
"Ahh.. ya ampun, Aku lupa membeli majalah." Ino menepuk jidatnya, dia sengaja melakukannya karena semua bagian dari rencana. "Bagaimana ini? majalah itukan edisi spesial yang hanya ada lima buah dalam satu hari."
"Kau bisa merelakannya. Itu hanya sebuah majalah, Ino."
"Tidak bisa, Tenten. Tolonglah antar aku membelinya, lagian tempatnya tidak jauh dari sini," rengek Ino pada Tenten
"Kau ini bagaimana sih? bagiamana dengan bunganya?" Drama yang tengah dilakukan tidaklah begitu sempurna, tapi keduanya berusaha untuk membuat Hinata tetap tinggal.
"Ano.. bagaimana bila.. "
"Tenten, aku mohon antar aku kesana," Ino memotong pembicaraan Hinata dengan suara rayuaannya.
"Bagiklah aku akan mengantarmu. Hinata, kau bisakan menunggu sebentar disini?"
"Kau bisa menunggu kami di ruangan dibalik pintu. Tenang saja disana terdapat pemanas ruangan, kami tidak akan lama kok." Ino menujuk pintu yang tidak jauh dari mereka, di sana semua sudah disiapkan, di sanalah bunga cinta itu menanti.
"Ehh.. kalian akan meninggalkan aku?"
"Tentu tidak. Kami hanya akan sebentar membelinya."
"Baiklah, aku akan menunggu kalian."
Tenten dan Ino pergi menjauh setelah Hinata menyetujui akan ditinggal untuk sesaat. Sesuai permintaan kedua temannya, Hinata mulai melangkahkan kaki memusuki pintu yang sebelumnya ditunjuk oleh Ino.
Cahaya lilin yang berjejer rapi, alunan melodi sendu yang menggema dan sebuah meja tidak jauh didepannya telah menjadi penyambut dirinya. Hinata kagum dengan romansa romantis yang tercipta di dalam rungan, dia berjalan pelahan, sesosok tubuh tegap berhasil tertangkap indra penglihatannya.
"Ano.. siapa?" tanya Hinata kepada pria itu.
Mendengar suara lembut yang terucap, pria itu membalikan badan. Tatapan keduanya bertemu, memandang dalam diam, membiarkan mereka terlena di dalam jeratan pesona. Hinata menggelengkan kepala pelan, dia berusaha agar tidak masuk terlalu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Crying for You [perbaikan].
FanfictionKita punya kisah kita sendiri begitupun dengan kisah pernikahan kita yang tak semudah yang kita kira. Cinta kita akan selalu ada dan selamanya akan mewarnai hari kita.