11

1.3K 105 13
                                    

Hinata pov..

Tubuhku rasanya bergetar, aku memasuki ruang yang aku yakini tempat___aku tidak bisa meneruskan omonganku, aku tidak ingin menyebutkannya karena ini sangat sulit bagiku. Aku melihat sekelilingku, beberapa orang mengenakan pakian hitam yang kental akan kedukaan. Aku putar bola mataku ke depan tepat dimana apa yang tidak aku inginkan tersaji di depan mataku. Sulit aku percaya hal ini nyata. Bunga krisan putih tertata rapi mengelilingi sebingkai foto yang teletak diantara bunga putih itu.

"Gaara-kun" irihku, aku melangkah mendekat, jangan tanyakan aku menangis atau tidak! karena itu hal bodoh yang akan kalian lakukan.

Dunia mempermainkan ku, Kami-sama sedang menghukumku? aku pastilah memiliki banyak dosa, dan aku pendosa yang tidak termaafkan sehingga aku harus mengecap semua kehidupan pahit yang menimpa diriku.

Aku merosot, aku menatap sendu foto yang ada di depanku,  rasanya baru kemarin kau bersamaku, tapi mengapa kau pergi dariku? Hatiku seakan teriris, ah, tidak. Bagaimana bisa hatiku teriris sedangkan hatiku telah hancur menjadi serpihan kecil akibat semua yang terjadi.

"Hiks.. hiks.. hihihi.. "isakanku lama-kelamaan  menjadi suara kikik kan, aku tidak peduli orang memandangku aneh, aku sangat depresi untuk saat ini. Tanganku ditarik sehingga membuatku berdiri, tubuhku dipeluk oleh seseorang. Aku membenamkan wajahku di bahu orang itu. "Hihihi.. ini konyalkan?" gumanku disela tangisanku bahkan aku masih terkikik akan yang terjadi, aku menertawakan nasibku yang amat menyedihkan.

Air mata orang yang memelukku membasahi bahuku, dia menangis sama halnya apa yang aku lakukan. Aroma orang ini selalu ku kenal, dia, Tenten yang memelukku. Aku rasakan belainan pelan menyentuh punggungku, dan aku yakin Ino tengah berdiri disampingku.

"Aku.. aku sangat sedih, aku tidak mengerti mengapa hiks.. ini terjadi." Tenten-san menatapku dengan mata sebabnya, dia melepaskan pelukannya padaku.

"Aku tidak percaya dengan semua ini." Aku menoleh kearah Ino, aku lihat dia mengusap air matanya menggunakan tisu, namun usahanya itu gagal karena air mata itu mengalir lagi membasahi wajah cantiknya.

"HINATA.." teriak seorang perempuan berjalan kearahku dengan kaki lebarnya, gurat amarah terdapat di wajah Temari, kakak Gaara-kun.

Wajahnya tidak jauh berbeda dengan yang lain, mata sebab yang sayu menatapku, pancaran kesedihan sangat kental menyorot keluar dari mata jadenya.

Plak..

Perih rasanya ketika tamparan mulus mendarat di pipiku, aku menatap nanar orang yang telah menamparku.

"Apa yang kau lakukan, Temari?" tanya Tenten-san  sewot dengan suara seraknya akan tidakan yang telah dilakukan Temari-nee kepadaku.

"Dasar jalang, tidak cukupkah kau membuat hidupnya menderita? Lihat! lihat Hinata! Kau telah merenggut segalanya, Gaara meninggal! Apa kau sekarang sudah puas hah?" Temari-nee berteriak memakiku, dia bahkan menunjukan telunujuknya kewajahku.

"Hentikan Temari! Hinata tidak bersalah," bela Ino-nee menaggapi makian Temari-nee terhadapku.

Gaara-kun meninggal karena ku? Yah.. pasti aku penyebabnya, hiks.. Kami-sama cabutlah nyawaku sekarang juga! Aku tidak mau merasakan semua kepahitan ini lagi.

"Pergi dari sini jalang! bahkan kau mengenakan pakain hitam, kau meskinya sekarang bahagia. Enyaklah sekarang jalang!"

Aku semakin terisak, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Tanganku ditarik lagi, aku tetap diam membiarkan tubuh kokoh Sasuke-kun melindungiku dari tamparan yang hendak Temari-nee berikan lagi untukku.

"Jaga ucapanmu nona Subaku!" bentak Sasuke-kun pada Temari-nee.

Langkah kakiku menjauh dari mereka, Sasuke-kun membawaku pergi meninggalkan ruang duka itu.

I'll be Crying for You [perbaikan].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang