03

1.8K 138 20
                                    

Ayame menatap cemas nonanya yang menjadi susah untuk disuruh makan bahkan Hinata selalu menolak memakan makanan yang telah di siapkannya. Nonanya itu telah berubah, badan yang dulunya terisi sekarang makin kurus dan nonanya jarang sekali mengurus dirinya sendiri. Seperti saat ini surai indigo indah itu selalu terbengkalai tanpa terurus seperti dulu, Ayame dan beberapa mahid lainnya telah berusa menghibur nonanya yang terlihat sedih.

Hinata tengah menyapu dengan air mata yang terus mengalir, dia tidak habis pikir kenapa sahabatnya tega melakukannya? Hinata terlonjak kaget ketika bel rumah ditekan, dia berharap suaminyalah yang datang.

Sudut bibirnya ditarik ke atas dia mengusap air matanya lalu berjalan pergi untuk membuka pintu rumah.

"Aku harap di balik pintu ini terdapat Sasuke-kun," gumannya penuh harap. Di bukanya pintu itu dan disana dua sosok sahabatnya terlihat didepan pintu. Senyumnya memudar untuk sesaat harapannya tidak sesuai dengan kenyataan, namun senyuman manis itu kembali mengembang, Hinata memeluk kedua sahabatnya yang memang telah ia rindu kedatangannya.

"Tunggu, ada yang salah dengan dirimu?" Ino menatap Hinata penuh curiga mereka berdua telah mengetahui apa yang terjadi namun untuk saat ini, Ino dan Tenten hanya diam agar tidak membuat Hinata semakin bersedih. "Kau semakin kurusan," ujarnya penuh perhatian.

"T..tidak juga. Silakan masuk" Hinata menyuruh dua sahabatnya memasuki rumahnya.

Tenten dan Ino duduk di sofa yang terdapat di ruang tamu, mereka berdua menunggu kehadiran Hinata yang sedang mengambilkan minuman dan beberapa cemilan tentunya. Terkadang dua sahabat itu merasa heran mengapa harus mengambil sendiri sedangkan Hinata dikelilingi para mahid.

"Kenapa kalian baru berkunjung?" tanya Hinata menaruh tiga gelas jus jeruk dan setoples cemilan.

"Hmm.. itu karena aku sedang sibuk belakangan hari ini," Tenten mengambil minumannya, dia memang sudah merasa haus sendari tadi. Gadis bersurai coklat itu menegak jusnya sampai hanya tinggal setengahnya saja.

"Bagaimana denganmu Ino-nee?"

"Perkejanku selalu saja banyak, kau tau kan aku harus melakukan ini-itu dan yah menyiapkan yang terbaik," jawab Ino memasukan cemilan dalam mulutnya. Memanglah dunia kerja membuat mereka begitu sibuk hingga tidak sempat berbagi canda dan tawa seperti saat mereka masih remaja, hanya ketika kau punya waktu senggang ketika itu pula kau diijinkan bebas untuk saling bertutur kata dengan sahabat lama.

"Bagaimana kabarmu sendiri Hinata?" tanya Tenten memperhatikan perubahan yang terjadi pada sahabatnya. Hinata di matanya sekarang terlihat menyedihkan.

"Tidak buruk," jawab Hinata menundukan kepala

"Ohh ayolah kau pasti terguncang dengan pernikahan ini? Asht.. Gaara kasihan dia" Tenten langsung menjitak Ino setelah mengucapkan kata barusan "Shhttt.. kenapa kau memukulku??"

"Kenapa kau berkata seperti itu?" Tenten tidak memperdulikan rintihan temannya itu, dia malah sibuk menyemil "Cemilan di sini enak" gumannya.

"Gaara-kun?" Hinata ingat akan pria bersurai marah marun yang sedikit dia lupakan di beberapa minggu ini. pikirannya penuh dengan Sasuke yang terus menghantuinya.

"Hinata.." teriakan Ino yang mempengangkan telinga telah berhasil menyeret Hinata kembali ke alam nyata. "Kenapa kau melamun?" tanya Ino menepuk bahu Hinata. Rupanya perempuan bersurai indigo ini termakan masa lalu dimana i mengenang lagi rupa pria marun yang merupakan cinta lamanya.

"Go..gomen Ino-nee," seru Hinata merasa bersalah atas kediamannya.

"Apa yang kau pikirkan sehingga wajahmu memerah?" Tenten mengernyit saat melihat wajah Hinata yang bersemu.

I'll be Crying for You [perbaikan].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang