ILY.AM.12.""

21 6 4
                                    

Aghaz's POV

"Sekarang siapa??" tanya Rifkizha Gilangdia sambil fokus membaca majalah bola kesukaannya.

Aku hanya meliriknya sejenak dan langsung pergi menuju balkon tanpa berkomentar apa-apa padanya yang baru saja pulang dari study nya di Jerman.

Aku termangu menatap mentari yang kini tak lama lagi kan tenggelam membawa malam

Raina,
Dia pasti sangat suka pemandangan seperti ini.

Indahnya senja mengingatkanku pada wajah ayunya.
Hangatnya mentari yang menerpa wajahku juga semakin membuatku mengingat dia yang tak pernah bosan tuk ku rindu.

Andai,..

Andai saja dia kembalii...

"Hoii!!!" sapa Rifkizha, kakakku.

"Paan sih lu?? Ngagetin orang aja!"

"Lu lamun mulu! Lamunin siapa ?? Raina?? Atau...." dia menggantung kata-katanya, menyebalkan!

"Ra-in-gel?" lanjutnya terputus-putus. Terlihat ragu mengucapkannya

Halisku berkerut, darimana dia tau??

Aku hanya diam dan memalingkan wajah. Entah harus menjawab apa?

Huh! Tak lama lagi dia pasti akan berceramah kembali.

"Ghaz! Udah gua bilang. Stop buat mainin cewek! Gak semua cewek tuh jahat, Sob!"

Lihat kan?

"Lu gak akan pernah ngertiin perasaan gua Rif!"

"Apa yang gua gak ngerti dari lu? Jelas-jelas semenjak Raina pergi, lu jadi ingin bales dendam sama semua cewek. Raina di bully sampe meninggal bukan sama cewek-cewek yang ada dihadapan lu sekarang Ghaz. Jadi berhenti buat nyakitin orang yang gak salah!" jelasnya

Aku hanya bisa mematung.
Bagaimanapun, aku tetap merasa dendam jika melihat perempuan.

Raina, gadis manis yang menyadarkanku betapa indahnya hidup dengan adanya dia disampingku. Tapi, setahun lalu dia meninggal. Dokter mendiagnosa bahwa Raina meninggal karena jantung lemahnya sudah tak sanggup lagi bekerja. Tapi aku tahu, bahwa walaupun dia menderita lemah jantung, dia meninggal bukan karena penyakitnya itu. Dia meninggal karena dibully habis-habisan oleh geng yang menamai diri mereka dengan sebutan... Ah! Sudahlah! Tak sudi aku menyebutkannya lagi!

Aku selalu merasa bersalah karena tidak dapat menolongnya saat itu. Maka, aku mencoba membalas dendamnya dengan menjadi seorang heartbreaker.

"Ghaz, lu tau gak? Mungkin di alam sana, Raina gak suka liat lu yang terus-terusan nyakitin cewek kayak gini" ucap Rifki

Guee tau Ki, Gue tau! Tapii...

"Ghaz, lu inget gak dulu Raina pernah bilang apa? Hati itu emang gak ada obatnya di toko obat manapun. Tapi ketika hati lu terluka, lu mampu ngobatin hati lu sendiri dengan memaafkan. Karena maaf bisa ngejait luka hati lu sampe sempurna lagi." Lanjut Rifki "Lu tau kenapa Raina gak pernah balas dendam masalah pembullyannya? Karena dia selalu belajar untuk memaafkan. Dan sekarang, kalo loe emang bener-bener sayang sama Raina, harusnya lu bisa kayak dia yang pemaaf."

Aku terdiam. Apa yang dikatakan Rifki memang benar. Tapi apa yang aku lakukan sekarang pun tidaklah salah.

Bagaimanapun, aku belum menemukan kunci dari semua ini

****

Author's POV

"Loe yakin itu mimpi Limisis loe??" Tanya Navisa pada Hira yang sedang kebingungan. Hira hanya mengangguk sebagai jawaban.

Membunuh seseorang yang berada di lingkungan Rain adalah hal yang menurut mereka sangat aneh! Pasalnya Tuhan tidak pernah menyuruh mereka melakukan perbuatan seperti itu.

"Ya udah, bunuh aja si Monik!" Usul Navisa

"Loe gila? Monik sahabatnya Rain! Mana mungkin gue bunuh dia?"

"Abis tuh cewek kan cuma temenan sama si Monik aja"

"Ya abis kan loe tau sendiri kalo dia korban bully, makanya gak punya banyak temen"

"Ya sihh, tapi loe harus ngelakuin semuanya sebelum purnama kedua belas kan?? Jadi loe harus cepet-cepet Ra"

Mereka kembali berpikir keras tentang siapa yang akan Hira bunuh dan tentang bagaimana Hira membunuh.

"Loe tau Nav? Gue gak mau ngelakuin hal ini. Bagaimanapun juga, ngambil nyawa manusia itu gak baik" ucap Hira pelan, berada di lingkungan manusia membuatnya merasa masih menjadi manusia

"Tapi loe bakal hilang dari dunia manusia and dunia arwah kalo loe gak ngelakuin apa yang ada di Mimpi Limisis loe"

Hira bergeming. Hilang dari dunia arwah bukanlah masalah baginya. Tapi hilang dari dunia manusia?? Itu tandanya ia juga akan pergi dari dunia Rain, hal yang tak pernah ia inginkan.

"Nav, apa gue harus bunuh Aghaz?" []

I Love You As My...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang