ILY.AM.1.Jengkel

191 23 31
                                    

"Hiraaa!!! Buruan dong?!! Lama amat! Bisa-bisa lumutan nih kaki gue!" teriak Raingel sambil sesekali menghela nafasnya kesal.

Raingelyta Az-Zahraa, gadis berumur 17 tahun yang kini menempati bangku kelas 11 disalah satu sekolah ternama di kotanya.

"Iya Rain! Bawel amat sih loe! Gue ketekin baru tau rasa lho!" balas Hira sambil menyesuaikan langkah kaki Raingel.

"Ah, bodo amat! Ketek loe kan selalu wangi Hir. Haha"

"Dih, loe suka ngendus-ngendus ketek gue ya?? Dasar loe, kurang asem!"

"Lah, kan loe sendiri yang sering ketekin idung gue. Makanya idung gue udah kebal, wlee." balas Raingel sambil memeletkan lidahnya

"Udah ah Rain, loe cantik-cantik ngomongin nya ketek. Jorok ahh!!"

"Lah, kan loe yang duluan ngomongin ketek. Kok gue yang disalahin?"

"Rainnnn!!! Udahh joroookkk!!!"

"Hahahaha..."

Begitulah hubungan antara Raingelyta Az-Zahraa dan Hira Nugraha.
Yang satu seorang gadis cantik yang haus akan kasih sayang. Dan satunya lagi adalah seorang pria tampan yang dapat memberi kasih sayang yang sang gadis butuhkan.
Namun, tetap saja hubungan mereka sejauh ini hanyalah seorang teman atau pun sahabat.

Tidak lebih.

"By the way, si Qila mana Rain??" tanya Hira yang baru menyadari bahwa hari ini dia pergi ke sekolah berdua.

"Aahhh... " teriaknya histeris "Jangan-jangan dia ketinggalan??!! Atau jangan-jangan dia diculik?!! Trus jangan-jangan dagingnya dijadiin bakso cincang mas Tarjo. Trus di--"

'Pletakkk'

"Aaahhh Rainn!!! Sakitt!! Apaan sih loe jitak-jitak kepala gue segala?!" ringis Hira sambil mengelus kepalanya yang sakit akibat jitakan maut dari Rain

"Ya abis loe sih bawel amet! Kalo ngomong gak ada putus-putusnya kayak rel kereta api aja!" dengus Rain kesal "Loe tau gak? Dari tadi gue baru buka mulut, loe udah ngomong 'jangan-jangan' gue baru mau buka mulut lagi, loe ngomong lagi 'jangan-jangan' kan kesel gue!!"

"Ya abis mau gimana lagi coba?! Qila adik gue satu-satunya, Rain. Kalo dia ilang kan gue yang tanggung jawab. Kalo dia mati gue yang tanggung jawab. Kalo dia dijadiin bakso urat mas Tarjo, juga gue yang tanggung jawab. Jadi gue khawatir" jelas Hira panjang lebar, membuat Rain memutar kedua bola matanya

"Ah loe! Lebay amat sih! Yang ada, bukan daging si Qila yang dijadiin bakso cincang! Tapi daging loe!!" ketus Rain

"Ah loe! Gue serius!"

"Gue dua rius!" sahut Rain memeletkan lidahnya. "Lagian, nyantai aja kali! Qila tadi pergi duluan. Johan kelas sebelah ada jadwal piket hari ini. Dia bilang sih, dia ingin ngintipin anak itu. Hahahaha"

"Sialan tuh bocah! Disini gue abangnya, khawatir abis-abisan dan dia malah enak-enakan mandang gebetannya. Dasar bocah tengik! Patah hati gara-gara cinta baru tau rasa dia! Huh!" rutuk Hira tiada henti sepanjang jalan. Membuat Rain menyumpalkan headset dikedua telinganya.
- - - -
"Hallo Rain. Semoga harimu menyenangkan" ucap sebuah suara yang berasal dari sensor yang terdapat didepan pagar sekolah Rain.
Sensor itu akan dengan otomatis menyapa dan membukakan pintu bagi mereka yang mendekatkan jam sensor yang mereka miliki dengan sensor di depan pagar.

"Hir, lucu ya--"

"Apaan? Gue?" potong Hira "Makasih Rain! Loe sweet deh! Pagi-pagi udah bilang gue lucu"

'Pletakkk'

"Erkk.. Rain! Bisa gak sih loe gak dikit-dikit jitak, dikit-dikit jitak?! Bisa-bisa kepala gue jadi ladang benjolan atas kekerasan loe tau!"

"Abis loe tuh ya...erkkk"

'Pletakk'

Lagi-lagi Rain menjitak kepala Hira untuk yang kesekian kalinya
"Arrghh... Rain!!!"

"Loe tuh ya! Dasar bebek cabe ijo! Kalo ngomong nyeroscos mulu gak ada koma-komanya. Nyokap loe waktu hamil, ngidam apaan sih, sampe loe bisa kayak kereta api gini?!! Ribettt!!" rutuk Rain sekenanya dan pergi meninggalkan Hira yang hanya dapat membuka lebar mulutnya.

Fix! Sekarang Hira sadar, hari ini dia membuat Rain jengkel padanya berkali-kali. Padahal hari ini jam baru menunjukan pukul 07. 30

"Dasar Hira! Ngeselin amet sih tuh bocah!" keluh Rain sambil berjalan menuju ruang kelasnya "Gue baru ngomong a, dia udah nyeroscos sampe Z. Kayaknya, kalo gue otw mati dia udah mati. Pas gue baru mati, dia udah nyampe alam baka. Erkk..." tiba-tiba Rain terhenti

"Ehh?? Tapi kan dia emang udah mati? Jadi ngapain gue harus ibaratin dia kayak gitu?" Rain berpikir sejenak dan mengacak-acak rambutnya sendiri di detik berikutnya. -Frustasi

"Ahhh au ahh gelap! Lama-lama gue bisa gila temenan sama tuh anak!!" rutuk Rain pada dirinya sendiri

I Love You As My...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang