ILY.AM.11."Canda"

49 13 10
                                    


Iya, ini bercanda. Bercanda sampai kamu bener-bener lupa kalo ini cuma bercanda.
-Rifki Nugraha S-

**
Hira's POV

Loe tau?? Layaknya manusia, gue juga punya Tuhan yang ngatur kehidupan gue sebagai arwah. Dia kasih gue kekuatan, misi dan jawaban lewat mimpi-mimpi gue, dan mimpi para arwah itu disebut Mimpi Limisis.

Di Mimpi Limisis gue hari ini, gue ada di ruang kosong yang bener-bener luas ,dan gue yakin pasti tuh ruang gak ada pembatasnya. Ruang itu juga bener-bener gelap sampe gue gak bisa ngebedain perbedaan mata gue yang lagi melek sama mata gue yang lagi merem.

Mimpi Limisis itu penting banget bagi oara arwah, karena lama hidup seorang arwah bisa ditentukan oleh teka-teki di mimpi ini.

Then, walaupun gue sadar gue lagi Mimpi Limisis, gue gak mau ambil ribet. Jadi gue cukup duduk-duduk santai aja sambil nunggu apa yang bakal disampein Tuhan sama gue

5 menit...

10 menit...

15 menit...

Gak terjadi apa-apa.
Kalo gitu, mending gue bangun aja sekalian.
Tapi nyatanya, gue aja gak bisa bangun.

Ahhh rese!!

20 menit...

25 menit...

30 menit...

Dan tepat dihitungan 30 menit itu, perlahan ruangan tempat gue duduk mulai terang.

Kenapa gak dari tadi sihh??

Semula yang semuanya item sekarang jadi putih, tapi LOL! Sekarang semuanya bener-bener putih. Gak ada warna lain disana atau apapun lagi disana.

Aneh! Apa maksud sihh??

Tak lama, seekor burung merpati datang nyamperin gue. Dia bawa sepucuk surat dikakinya.

Surat itu pasti untuk gue. Kalo bukan untuk gue, untuk siapa lagi coba?

Tanpa banyak basa-basi, langsung aja gue buka tuh surat. Isinya ;

"Hira, bunuhlah satu manusia yang ada di sekitarmu dan disekitar gadis incaranmu (Raingel). Aku ingin kamu melakukannya sebelum purnama kedua belas"

Tunggu, apa-apaan ini? Tuhan suruh gue tuk bunuh orang? Gak salah??

**
Author's POV

"Raingell!!!" Panggil Aghaz yang mulai kesal karena Rain tidak kunjung keluar dan membukakan pintu untuknya. Padahal Aghaz telah beberapa kali menekan bel rumah Rain. Jika dia lupa bahwa ini rumah Rain, mungkin sudah ia rusak bel itu karena kesal.

'Tuh anak gak ada di rumahnya apa?? Tapi kan Monik bilang dia ada dirumahh... Ahhh, rese!' batin Aghaz bermonolog sendiri.

Dia melihat sekeliling rumah Rain, berharap dapat menemukan ide atau semacamnya.

Tak lama ia menemukan tangga di halaman belakang Rain. Ide gila seorang Aghaz muncul. Diambilnya tangga itu agar ia dapat sampai ke lantai 2 rumah Rain. Setidaknya dia tadi melihat jendela lantai 2 ada yang terbuka

Tap..
Tap..
Tap..

Aghaz telah sampai di jendel yang tebuka itu, dibukanya tirai yang sedari tadi menutupi apa yang didalamnya.

"Aaarrhhhh"

Prakkk

Suara teriakan Aghaz dan Rain diiringi suara benda pecah membuat burung-burung yang ada di dahan pohon berterbangan membelah awan.

I Love You As My...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang