[15] Steffi

1.7K 107 3
                                    

"Lo beli apaan sih Ald. Lama banget" ucap Salsha yang mulai bete. Entahlah Aldi begitu lama memilih makanan yang akan dibelinya.
"Bentar aelah" jawab Aldi.

5 menit kemudian

"Nih udah, yuk balik" ajak Aldi.
"Sumpah lo lama banget" jawab Salsha kesal.
"Udah ga usah protes ayuk balik" ajak Aldi dan langsung menarik lengan Salsha begitu saja.

Iqbaal sudah melepaskan pelukannya dari tubuh Steffi. Ditatap nya pula wajah gadis yang sejak dulu dicintainya sedang tak berdaya seperti ini. Wajah Steffi yang pucat dengan perban yang membaluti bagian keningnya. Beralih, Iqbaal ingin memegang lengan gadis itu. Saat telah dipegangnya, Iqbaal kaget dan kini wajahnya turut memucat. Lengan gadis itu mendingin. Iqbaal periksa pula lengan, dan kaki gadis ini. Namun sama saja semua telah mendingin. Iqbaal tak bisa lagi menahan tangisnya, akhirnya dia menangis sambil menggenggam lengan Steffi.

Iqbaal menunggu diluar karena beberapa dokter sedang memeriksa keadaan Steffi yang bisa dibilang sudah tak bernyawa? Entahlah.

"Lo ngapain di luar? Jahat lo ninggalin sahabat gue di dalam. Entar dia mau minum gimana, kesusahan. Lo mah ishh" cerocos Salsha ketika baru saja ia ingin melangkah masuk ke dalam ruangan Steffi namun melihat Iqbaal diluar.

"Steffi- " baru saja Iqbaal ingin mengatakan sesuatu. Salsha sudah membuka pintu ruang rawat Steffi. Namun terlambat, dokter yang di dalam sudah lebih terdahulu keluar.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar.
"Kami dok, kami sahabat pasien. Gimana keadaannya baik baik aja kan" tanya Salsha yang langsung berkata seperti itu padahal ia kaget kenapa dokter bisa keluar dari ruang rawat Steffi.

Iqbaal hanya bisa terdiam. Sedangkan Aldi mulai kebingungan.

"Pasien mengalami pendarahan di otaknya. Dan dia kuat, dia masih bisa bertahan walau hanya satu malam. Tidak seperti yang lainnya, jika sudah pendarahan di otak mereka langsung menghembuskan nafas terakhirnya" jelas dokter tersebut.
"To the point dok" ucap Salsha tak sabaran karena baginya dokter ini banyak basa basinya.
"Sahabat kalian telah menghembuskan nafas terakhirnya. Pendarahan di otaknya hanya mampu membuatnya bertahan dalam waktu satu malam. Kami dari pihak rumah sakit mohon maaf. Kami permisi" ucap dokter tersebut.

Salsha benci. Bahkan sangat membencinya. Lagi lagi ia harus menerima kata kata terkutuk itu di dalam hidupnya.

Aldi dan Iqbaal terdiam setelah mendengarkan penjelasan dokter tersebut. Bagai ribuan pisau yang menusuk tubuh mereka.

Tidak lagi berdiam, Aldi melihat Salsha yang sudah terlihat frustasi. Di hampirinya Salsha. Dan didekapnya tubuh Salsha. Aldi tahu, Salsha tak akan kuat. Ia tak akan bisa jika harus menerima kenyataan sepahit ini untuk kesekian kalinya.

"Kenapa harus gue lagi di, kenapa? Baru aja gue dapetin kebahagiaan gue dengan impian gue yang udah bisa gue wujudin. Tapi kenapa disaat kebahagiaan itu datang, gue harus ngerasain lagi disaat kebahagiaan itu hilang dihidup gue. Apa gue ga pantas ngerasain kebahagiaan? Apa gue salah pengen bahagia? Apa dosa gue sehingga gue ga pernah bahagia?" Ucap Salsha menangis di dalam pelukan Aldi.
"Lo ga salah Salsha. Lo pantas bahagia. Gue ada buat lo. Lo harus kuat. Lo harus sabar" ucap Aldi menasehati Salsha.
"Gue mau lihat Steffi buat yang terakhir kalinya" ucap Salsha melepaskan pelukan Aldi. Lalu masuk ke ruang rawat Steffi.

Tiba di ruang rawat Steffi, air mata Salsha kembali jatuh lagi. Dilihat nya Steffi yang sudah tertutup kain putih. Salsha dekati tubuh yang tak bernyawa itu. Di bukanya perlahan dan makin deraslah air matanya jatuh. Muka Steffi yang pucat, badannya yang dingin. Salsha merasa kehilangan bahkan sangat kehilangan. Tinggal Aldi harta satu satunya yang berharga yang dia punya. Salsha memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Sangat erat dia memeluk tubuh Steffi yang tak lagi bernyawa.

Aldi dan Iqbaal masuk ke ruang itu juga. Berkaca - kaca mata kedua pria ini. Melihat sahabat dan orang dicintai telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Pagi ini Salsha, Aldi dan Iqbaal serta keluarga Steffi telah mengantarkan Steffi di tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah membaca kan doa untuk Steffi, keluarga nya pulang. Berbeda dengan ketiga manusia ini. Mereka masih setia untuk berada disana meskipun langit telah meneteskan ribuan air yang membasahi bumi.

"Langit turut bersedih dengan semua peristiwa yang udah gue rasain dan alamin" ucap Salsha dalam hati.

Para wartawan sudah mengikuti mereka sejak Steffi dinyatakan meninggal dan turut pula mengantarkan Steffi. Sudah mereka dapat pula penjelasan dari Salsha.

"Salsha, ini siapa yang meninggal"
"Salsha kami turut berduka cita"
Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Saat tiba di rumah, Salsha menghidupkan TV dan menonton berita. Berita itu adalah tentang dirinya.

"Permisa, hari ini kita mendapat kabar duka dari salah satu artis pendatang baru, yaitu Salshabilla Adriani. Mari kita simak beritanya bersama" ucapan host untuk mengawali berita itu.

"Subuh tadi sekitar pukul 05.20 WIB salah satu kerabat dari Salshabilla menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Diduga kerabat Salshabilla meninggal karena kecelakaan saat menuju bandara untuk menyusul dirinya yang saat itu sedang shooting di Bali. Saat mengantarkan kerabatnya yang bernama Steffi itu, Salshabilla masih terus berdiam, pagi itu juga hujan turun dengan derasnya" cerita host itu. (Sumpah ini abal abal banget beritanya. Aku masih belum paham guyss)

"Turut berduka ya untuk Salshabilla. Semoga kerabatnya bisa diterima disisi Allah SWT." Ucap host tersebut. Lalu dilanjutkan berita lainnya.

Kelam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang