iya, gue suka hujan.Meskipun hanya sekedar singgah ke bumi, hujan meresap memberi kekuatan bagi bumi, jadi kalau ia pergi, bumi gaakan terlalu sedih.
-Arabella Adhwa'
-----------------------------------------------------
Tolong siapapun, bantu Langit menyadarkan Ara, sudah tau kemarin nangis karena cowok brengsek yang sekarang lagi bersamanya, kenapa ara malah biasa saja? seolah tidak terjadi hal apapun sebelumnya? Langit sedari tadi hanya memperhatikan ara dan indra yang sedang tertawa dibangku taman, untuk tawa ara langit sendiri bingung kenapa ada orang sepalsi ara? Bahkan tawanya begitu lepas, enggak menandakan tawa palsu.
"Gue tau lo khawatir sama ara, tapi dia kan yang mau kaya gitu? Lo sebagai sahabat juga udah cukup nasihatin dia, biarin dia nerima konsekuensinya nanti" kata fadli, menepuk bahu langit, langit tersenyum miring -- "gue cuma enggak mau ara hancur karena cowok, karena masa depan masih panjang" katanya, naufal juga ikut menepuk bahu langit -- "kalau ara hancur, lo yang menguatkan. Itu kan tugas langit untuk bumi?" Mendengar kata naufal, langit hanya tersenyum, apa memang ia selalu harus menjadi penguat ara? Sementara ara selalu saja menghancurkan diri?
"Langit!" Langit menoleh, didepannya ada bintang yang sedang tersenyum hangat, -- "dari pada mikirin ara, coba buat deketin bintang oke juga" bisik fadli, membuat langit menepuk bahu fadli kuat sehingga cowok itu mengaduh, langit melangkahkan kakinya kearah bintang "kenapa?" Tanyanya tepat didepan bintang.
"Bu mega panggil kamu" bintang sesaat terlihat gagap ditatap langit seperti itu, tapi ia tidak boleh kentara kalau ia sebenarnya menyimpan rasa, jadilah mereka berdua berjalan tenang ke kantor majelis guru, bintang sibuk dengan pikirannya langitpun juga.
"Kemarin lo sama indra?" Tanya langit, membuat bintang gelagapan, gimana langit bisa tau? "Kok?" Tanya bintang, -- "kenapa lo gak coba nasehati sahabat lo buat engga suka bohong ke abel" kata langit, tentu membuat bintang tersentil, ia menciut "gue, gue enggak tau kalau indra bohongin ara" kata bintang.
"Ya gue tau, tolong lo sampaiin ke indra buat jangan nyakitin abel" selanjutnya tidak ada lagi yang berbicara saat mereka sudah masuk menghadap bu mega.
----------------------------------------------------
Bintang berjalan sambil menautkan jari-jarinya, tadi setelah kata-kata langit yang tentu menyinggung perasaannya, bintang jadi termenung lagi, padahal bintang dan langit itu dekat, tapi kenapa langit dan bumi yang selalu bersama?
"Kenapa selalu ara ngit? Kenapa enggak ada bintang?" Tanyanya entah pada siapa, ---- seseorang menepuk bahunya, bintang terlonjak terkejut tentunya "melamun aja lo!" Ah ternyata itu indra, bintang tersenyum kecil.
"Ngelamunin apa tang?" Tanya indra, tangannya merangkul bahu bintang -- cewek itu menggeleng "enggak" katanya, indra mengubah posisinya didepan bintang, mencondongkan tubuhnya melihat mata cewek itu "ah lo bohong, enggak asik!" Katanya, melipatkan tangan didada, bintang jadi terkekeh "lo selalu tau gue ternyata" katanya, indra malah bersiul "lo kan sahabat gue, semua tentang lo gue hafal" katanya membanggakan diri, bintang meninju lengan indra.
"Tentang langit, kenapa langit enggak pernah ngelihat keberadaan bintang?" Katanya, indra tampak berpikir, alisnya menaut -- "kenapa ya, karena langit punya bumi" jawab indra, membuat bintang makin sebal, menghentakkan kakinya.
"Boodoo ah, lo mah! Gue galau juga!" Katanya, berjalan cepat meninggalkan indra yang sudah terkekeh.
"Bintang! Apaan sih gitu aja ngambek" indra merangkul bintang lagi, cewek itu masih mencak mencak sebal, -- "sana lo, ngapain deket-deket hush" kata bintang, membuat indra gemas, mencubit hidung cewek itu sampai ia mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himmel und Erde
Teen Fiction"Arabel, lo gak bisa bilang kalau semua cowok itu sama aja, gue gak sama dengan indra. Karena langit dan hujan itu jelas berbeda. Langit akan selalu membentangi bumi, selelah apapun dia, dia selalu setia siang dan malam terhadap bumi, berbeda dengan...