Ara melangkahkan kakinya menelusuri koridor sekolah, sesekali ara bersenandung ceria, rambutnya yang memang sengaja ia gerai bergerak kesana kemari, pagi ini moodnya baik sekali, soalnya pagi ini keluarganya berkumpul lengkap, ayahnya juga sudah pulang dari perjalanan bisnis, dan avan abangnya juga pulang kerumah karena masa liburan.Bagi ara, tiada yang lebih menyenangkan kecuali berkumpul lengkap dengan keluarganya.
"pagi, Tifa!" sapanya, Tifa yang ara tepuk bahunya terlonjak kaget, lalu balik menepuk bahu ara kesal "jantungan gue arabella!" katanya, ara menarik lengan tifa untuk duduk dikursi panjang koridor, cewek itu hanya mengikuti ara saja.
"btw, fa. Pulang sekolah temenin cari kado yuk?" katanya, tifa melongos. Lalu menghembuskan nafas nya pelan "kenapa minta temenin gue sih? gak tau ya gue itu nanti mau jalan sama gama!" katanya, ara malah tersenyum menggoda "aduh tifa, jangan gitu dong. Gak setia kawan banget, jalan sama gama mah bisa nanti-nanti, temenin gue dulu yah?" katanya, memeluk lengan tifa, dengan gaya khas ara jika sedang merayu, tifa menghembus poni nya lalu memutar bola mata jengah "kaya lo enggak aja kalau lagi sama indra, huh" katanya, berdiri meninggalkan ara.
Ara terkikik, berlari memeluk tifa dari belakang "utuk, utuk. sayangnya ara!!" sementara tifa sudah menggelinjang kegelian karena tingkah ara.
-0-
Langit menyipitkan matanya ketika cahaya matahari langsung masuk kedalam pengelihatannya, hari ini ia bolos jam pelajaran lagi, ia lebih memilih menyandar pada pohon besar yang ada di taman sekolahnya, matanya masih setia menatap langit yang berawan banyak hari ini, padahal hari siang terik.
"Orang ganteng bebas ya ga ngit? terik-terikan kaya gini, kaga bakal hitam" cibir fadli, dari pada langit, cowok itu malah tiduran menelungkup disamping langit, sambil memainkan ponselnya, langit berdehem -- "si naufal lama amat beli minum doang" lanjutnya,
Fadli berguling sedikit mengubah posisinya, ikut melihat apa yang langit lihat, "langit, kok lihat langit" katanya terkekeh, dahinya mengkerut karena sinar matahari langsung masuk kepengelihatannya, lalu ia bangkit kala naufal datang dengan 3 Air mineral ditangannya.
"Lama amat sih, siput" kata fadli sebelum menegak habis minuman itu, naufal berdecak "sabar napa, kera lo" katanya, fadli hanya mencibir.
Langit mengubah posisinya jadi duduk, meraih air mineral yang dibeli naufal lalu meneguk ya hingga setengah, -- "gue heran, mood lo kenapa selalu berubah-ubah ye ngit?" Kata naufal, cowok itu memutar mutar botol air mineral, sesekali melihat langit menunggu cowok itu berbicara.
Sementara fadli juga sama dengan naufal, menunggu balasan langit.
Tapi, tidak ada tanda-tanda cowok itu akan menjawab, ia malah melongos pergi karena bel istirahat baru saja berbunyi -- "laper gue" katanya, membuat naufal dan fadli saling tatap, terkadang langit sangat sulit dimengerti.
-0-
"Bagus, hasil kerja sama kalian bagus" kata bu mega, meneliti hasil kerja kelompok bintang dan langit kemarin, bintang sudah tersenyum senang, sementara langit hanya biasa saja, sesekali bintang menyenggol lengannya menunjukkan rasa senangnya, yang hanya langit balas dengan senyum sekenanya.
Mereka masih berjalan bersisiran sejak keluar dari ruangan bu mega tadi, tanpa ada yang bicara satupun.
Langit masih sibuk dengan pikirannya, sementara bintang sibuk dengan pikirannya juga.
"Eng---- langit" bintang mulai membuka suara, sedikit takut-takut sih. Langit hanya berdehem, mengubah posisinya menatap bintang menunggu gadis itu melanjutkan perkataannya "gue boleh minta tolong gak?" Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Himmel und Erde
Teen Fiction"Arabel, lo gak bisa bilang kalau semua cowok itu sama aja, gue gak sama dengan indra. Karena langit dan hujan itu jelas berbeda. Langit akan selalu membentangi bumi, selelah apapun dia, dia selalu setia siang dan malam terhadap bumi, berbeda dengan...