HUE - 11 : Menarik lebih dekat

34 4 0
                                    

Malam itu tanpa Bintang,
sedikit tak terang,
Langit kelam.
tolong, jangan redupkan
jangan meredup sinar Bintang

----------------------------------------------------------------

"Langit!" Ara merangkul bahu cowok itu dari belakang membuat Langit berdecak sebal "bel, berat" katanya membuat Ara makin menggantungkan tubuhnya pada Langit membuat cowok itu mau tidak mau menahan tubuh Ara yang sudah sepenuhnya naik dipunggungnya Ara tertawa senang Langit yang mendengarnya hanya berdecak senyum dibibirnya tercetak meskipun tipis sekali.

"Kapan ya terakhir kali gue digendongin kaya gini sama lo?"

"Hm" Langit tampak berpikir ia masih terus berjalan "kaya nya selama kita kelas 12 gapernah lagi deh!" Sambung Ara Langit hanya mengangguk, "gimana? Gue tambah berat ya?"

Langit mengangguk lagi, "ish!" Decak Ara.

Ara melingkarkan tangannya di leher Langit menempelkan sebelah pipinya dikepala cowok itu lalu mendengus pelan memicingkan matanya "kalau udah sampai rumah bangunin gue" katanya, lalu terlelap napasnya berhembus teratur membuat Langit tersenyum tipis "Abel, jangan terluka terus ya" katanya, Lalu berjalan dengan Ara yang tertidur dipunggungnya.

---------------------------------------------

"Ra?" Cewek itu menoleh dengan mulut yang masih berisi makanan yang belum sepenuhnya ia kunyah, melihat ekpresinya yang menggemaskan membuat Indra tertawa "laper banget ra?" Ara mengangguk lucu membuat Indra gemas mengacak rambut cewek itu. Ara dan Indra sedang berada dikantin sekolah menikmati semangkuk bakso juga es jeruk manis, juga cuaca yang sedang turun hujan membuat semangkuk bakso sangat bersahabat.

"Pelan-pelan ra, panas tau" Indra terkekeh.

"Ah kenyangg!!" Cewek itu mengesap es jeruknya, "udah gak makan berapa hari bukkk?"

Ara tertawa, "ndra?"

Indra berdehem mengalihkan seluruh fokusnya pada Ara benar-benar Ara tidak pernah merasakan tatapan Indra yang seperti ini sebelumnya, maksudnya kali ini berbeda, Indra lebih seperti Indra yang Ara harapkan.

"Gak ada, cuma manggil"

Indra berdecak lantas tertawa, sungguh menatap Ara dan mendengar perkataan Ara membuatnya selalu ingin tersenyum saja, "apaan sih Arabella" katanya gemas menyentil jidat Ara.

"YaAmpun mata gue sakit banget melihat pemandangan menjijikkan di depan sini" kata Tifa yang berdiri dengan membawa sepiring nasi goreng serta teh es ditangannya dibelakangnya ada Gita yang hanya geleng-geleng kepala "numpang duduk dong, bukannya mau ganggu nih. Gue juga gamau sebenarnya ngeliatin orang lagi jadi bucin. Tapi ya, seperti yang lo berdua tau, gak ada tempat duduk lagi" katanya, membuat Ara dan Indra mengedarkan pandangannya diseluruh penjuru kantin memang ramai, tidak ada tempat yang tersisa.

"Gue anggap setuju" Gita sudah menduduki kursi disebelah Ara, lalu Tifa disebelah Indra.

"Ganggu aja lo!" Kata Indra, mencomot kerupuk udang dipiring Gita membuat cewek itu sontak melotot.

"Lo habis digombal-gombalin ya sama ni anak?" Tanya Tifa membuat Indra berdecak sebal, Tifa hanya melotot ke Indra 'apa-lo' katanya saat Indra mencibirnya "jangan mau ra, Indra bacot doang. Nanti lo dibikin nangis lagi" kata Tifa, berani kan? Tentu. Karena Tifa adalah sepupu Indra.

"Tikus, ngasut Ara mulu lo" kata Indra, Tifa hanya mencibir Indra membuat Indra mengapit bibir Tifa yang komat kamit Ara dan Gita cuma bisa ketawa.

"Lo tuh, gak peka jadi cowok. Makanya jangan bagi bagi tuh perhatian gajelas banget" kata Tifa, sebelum mereka perang lagi lebih baik Ara membawa Indra pergi karena jujur kadang kalau Indra dan Tifa bertengkar karena Ara membuat Ara merasa bersalah ia tidak ingin hubungan persepupuan mereka rusak hanya karena Ara.

Himmel und ErdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang