HUE - 6 : Cracks

87 6 0
                                    


Sudah dua hari Ara uring-uringan, biasanya cewek itu tidak pernah seperti itu, Indra sampai kebingungan dibuatnya, sejak tadi indra terus mengajak Ara untuk bercerita, tapi cewek itu hanya menanggapi seadanya, Ara sangat berbeda dari Ara yang biasanya.

"kenapa sih ra?" Indra mengubah posisinya jadi berlutut didepan ara, tangannya berpegangan pada kursi taman, memperhatikan wajah ara yang dingin, "enggak" kata ara, ia memaksakan senyumnya, sejak saat indra ulangtahun kemarin, ara selalu saja tidak enak hati, pada Indra juga pada Bintang, Ara sedih, tidak pernah seorang Arabella sedih bercampur kecewa seperti ini.

"kalau enggak kenapa-napa, aku dari tadi ngomong loh ra, kamu cuma iyain dong, he'eh doang" indra memegang dagu ara, mencoba agar cewek itu menatapnya, tapi ara membuang pandangannya lagi "Arabella," indra membuang nafasnya pelan, Bel istirahat sudah berakhir, ara berdiri "aku kekelas duluan," katanya, belum sempat indra menjawab, Ara sudah menyelonong pergi.

"tuh anak, kenapa sih" Indra mendengus, memperhatikan punggung Ara yang sudah mulai menjauh.

Indra bangkit, ingin kekelas juga, tapi tangannya ditahan oleh langit.

"kenapa?" indra melepas tangan langit dari tangannya, "berhenti permainin Abel" indra terkekeh sinis, tertawa mengejek, sementara langit hanya menatap indra dingin, "yang mainin ara siapa?" jawab indra, ia melongos pergi.

"gue gak main-main, berani lo sakitin ara, lo bisa lihat apa yang bakal gue lakuin ke lo, atau mungkin... hal yang berharga bagi lo"

Indra berhenti, tangannya terkepal dikedua sisi.

Kembali berbalik, dan mendekat kearah langit, tapi seorang Langit sama sekali tidak takut, ia malah masih menatap indra dengan tatapan dinginnya yang selalu menghunus siapa saja yang berurusan dengannya itu "lo ngancem?"

"bukan, itu bukan sekedar ancaman, lo kenal gue" langit tersenyum miring, meninggalkan indra yang sudah terbakar emosi "gue gak bakal nyakitin ara, dan gue gak berniat sama sekali untuk itu, tapi, kalau gue denger lo bawa-bawa bintang lagi, gue gak akan segan-segan ngit"

"coba aja, kita lihat siapa yang bakal lebih terluka" langit berlalu, meninggalkan indra yang mengepalkan kedua tangannya disisi tubuhnya.

------------------------------------------------

"ra, ngapain sih, jelek banget muka lo ditekuk" Gita ikut merebahkan wajahnya dimeja, berhadapan dengan ara, ara mendengus "gue sebel git" katanya,

"sini coba cerita"

"kenapa ya, gue ngerasa, selama ini Indra itu enggak sayang sama gue? atau cuma gue aja yang terlalu sayang git? gue bingung, entah gue nya yang terlalu bodoh atau gimana"

Gita menghembuskan nafasnya, kembali mengadahkan kepalanya, "feeling gue juga bilang penyebabnya indra"

"Gini deh ra, kalau dia sayang lo, dia gak akan buat lo berpikiran kalau dia gak sayang sama lo. Gue sih kalau ngelihat hubungan kalian ini tuh ya aneh aja, malah gue kaya ngerasa lo nya yang sama langit, dan indra yang sama bintang, kalian tuh, aneh tau gak sih"

Ara ikut duduk tegap seperti biasanya, ia melongoskan nafasnya lagi "harus berapa kali sih git, gue sama langit itu gak bakal ada apa-apa, he is my brother, i'am his little sister, sampai dunia kebalikpun akan begitu" gita memutar bola matanya jengah "ya, but siapa yang tahu? lagian kalian enggak satu darah, okay, kalau kalian sama-sama biasa aja, but, how about bintang sama indra? i think, mereka ada hubungan spesial, misalnya indra yang jatuh cinta ke bintang?"

Ara berpikir lagi, sudah banyak yang bilang begitu padanya, tapi mengapa otak ara selalu menolak untuk menerimanya, meskipun terkadang hatinya selalu bimbang akan hal itu.

Himmel und ErdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang