Status

18.7K 861 8
                                    

Hay... kita bertemu lagi setelah sekian lama tidak berjumpa. Yang penting, selamat membaca cerita saya yang baru ini...!

Hari hati dengan typo yang bertebaran ya...

£££

Pagi hari nan cerah dan ditemani oleh ayam berkokok, tidak membuat gadis yang bisa dibilang sudah bukan gadis lagi itu terusik dari tidurnya lelapnya. Siapa lagi kalau bukan Cantika Prillya Maurin. Ralat, maksudnya Cantika Prillya Maurin Mahendra. Karena ia sudah menikah, maka ia harus menyandang nama suaminya juga bukan?

Dilain pihak, ada seorang laki laki yang sudah siap dengan semuanya. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia telah siap untuk pergi ke sekolah. Laki laki itu tidak lain dan tidak bukan adalah Dion Alifian  Mahendra.

"Prill bangun...!" Ucap Ali membangunkan Prilly yang masih tertidur pulas.

"Apa sih ma...? Ini hari minggu, biarin Prilly tidur dulu..." gumam Prilly yang enggan membuka matanya.

"Eh, gue Ali bukan mama Darin." Ucap Ali seraya tetap membangunkan Prilly dengan mengguncang guncang tubuhnya dan menepuk pipinya.

"Ali? Gue gak kenal sama yang namanya Ali. Lo siapa?" Tanya Prilly kaget dan langsung duduk serta membuka matanya.

"Gue laki lu oneng!!" Ucap Ali mendorong pelan kepala Prilly kebelakang.

"Masak? Gue gak percaya tuh." Ucap Prilly  yang tak percaya dengan ekspresi wajah menantang.

"Prilly anaknya mama Darin yang cantik banget, beda sama lo yang perbandingannya 1:10. Gue sama lo udah nikah 2 minggu yang lalu Prilly. Dan setiap pagi saat lo bangun lo kagak ngenalin gue? Keterlaluan lo! Mendingan sekarang lo mandi, soalnya sekarang udah jam 6 lewat. Gue tunggu dibawah." Jelas Ali panjang kali lebar lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Prilly yang masih terbengong bengong diatas ranjang. Namun saat Ali sudah keluar dari kamar, "Lucu banget sih wajah laki gue waktu lagi marah tiap pagi gara gara gue isengin." Ucap Prilly disertai dengan senyum manisnya.

£££

Di meja makan, kedua orang tua Prilly dan juga Arsya (adik Prilly, 16 tahun) sedang asik dengan sarapannya sendiri sendiri.

"Eh, mantu mama udah siap, Prilly mana?" Tanya Darin saat melihat Ali berjalan ke arah mereka.

"Prilly masih mandi ma, dia baru bangun." Jawab Ali seraya duduk di bangku yang masih kosong sebelah Arsya.

"Dasar dia itu! sudah punya suami juga, masih aja ngak berubah!" Ucap mama Darin.

"Oh ya Li, bagaimana dengan kamu kedepannya?" Tanya papa Aska.

"Itu sudah terencana dengan baik kok pah. Cafe juga sudah Ali perhitungkan." Jelas Ali.

Ya, Ali memang mempunyai sebuah Cafe bernama Shine's Cafe. Cafe itu bukan dibuat semata mata hanya untuk menyonbongkan diri, tetapi dibuat oleh Ali untuk menyalurkan hobi dan bakatnya. Dari sana juga, ia bisa mendapatkan uang yang ia gunakan untuk membeli kebutuhannya. Cafe tersebut dibangun saat umurnya menginjak 16 tahun.

"Anak pintar. Papa bangga dan senang punya menantu seperti kamu."

"Makasih pa."

"Kak, nanti kakak naik apa?" Tanya Arsya tiba tiba.

"Naik motor, kan mobil kakak dirumah." Jawab Ali.

"Iya deh tau gimana mobilnya.... Oh ya kak, gue nebeng lo ya?"

"Boleh, tapi nanti Prilly naik apaan?"

"Kak Prilly mah biasanya bawa mobilnya papa. Kalo gue nebeng sama dia, pasti gue diturunin depan gerbang."

"Kasian amat lo!"

"Ya... begitulah nasib gue." Ucap Arsya dengan nada dan wajah yang ia buat memelas yang membuat semua orang yang ada disana tertawa termasuk dirinya juga.

Sedang asik asiknya berbincang, tiba tiba Prilly datang.

"Pagi ma, pa, Sya." Ucap Prilly mencium pipi mama dan papanya.

"Kok cuma kita yang kamu sapa Prill, Ali engak?" Goda papa Aska.

"Papa...." Ucap Prilly dengan nada kesal.

"Ma, pa, Arsya sama kak Dion berangkat dulu ya?" Pamit Arsya lalu mencium tangan Darin dan Aska yang diikuti oleh Ali.

"Hati hati lho bawa motornya...!" Ucap Darin memperingati.

"Iya ma, Ali berangkat." Jawab Ali lalu pergi ke garasi bersama Arsya.

"Eh, Ali Ali!" Panggil Darin sedikit berteriak karena melupakan sesuatu.

"Iya ma, kenapa?" Tanya Ali. Sesungguhnya ia sudah sampai di depan pintu, karena dipanggil sang mama mertua jadi dia kembali lagi.

"Gih sana Prill!" Ucap Darin menyuruh Maurin untuk menghampiri Ali.

"Mau ngapain?" Tanya Prilly yang bingung dengan tujuan sang mama.

"Yang dilakukan istri sebelum suaminya pergi maupun sebelum dia pergi ngapain?" Tanya Darin mengingatkan.

"Heh... Iya iya." Ucap Prilly malas, namun tetap ia lakukan. Yaitu mencium tangan Ali.

"Mana tangan lo?" Ucap Prilly saat ia sudah ada dihadapan Ali, sang suami.

"Yang mana?"

"Terserah."

"Nih." Ucap Ali seraya memberikan tangan kirinya.

"Kok kiri sih! Tangan kanan lo kotor...?"Ucap Prilly kesal.

"Tadi katanya terserah, gimana sih?!" Ucap Ali yang ia buat dengan nada kesal. Sesungguhnya bukan kesal yang ia rasakan, melainkan gemas melihat tingkah istrinya itu.

Melihat kelakuan dari anak dan menantu mereka, Darin dan Aska hanya tersenyum dan geleng geleng kepala.

£££

Di sekolah elit nan megah yang ada di Jakarta, lebih tepatnya disalah satu meja kantin, Prilly sedang duduk termenung meratapi nasib kedepannya.

Status gue udah baru. Gue gak bisa rahasiain ini lama lama dari dia sahabat gue. Sahabat itu gak boleh ada yang ditutup tutupi. Ya, gue harus cerita ke mereka atas status gue ini. Harus. Batin Maurin.

"Maurin!" Ucap seseorang dari belakang tubuh Prilly membuat ia terkejut.

"Lo tuh ya! Kebiasaan." Ucap gue kesel.

"Sensi amat bu! Lagi PMS?" Tanya Abel, sahabat Prilly.

"Kagak kok." Ucap Prilly malas.

"Oh ya Rin, lo pasti gak tau deh kalo tadi pagi ada pangeran nyasar di sekolah ini." Ucap Kan ya antusias. Kanya adalah sahabat Prilly juga. Bedanya, Abel sejak SD dan Kanya sejak SMP.

"Pangeran? Emang masih ada pangeran di Jakarta?" Tanya Prilly bingung.

"Ye... bukan pangeran kerajaan. Maksud Kanya, tadi pagi ada cowok ganteng yang nyasar ke sekolah ini." Jelas Abel.

"Jadi, tadi pagi itu ada cowok ganteng yang kesini. Dia nganter adik lo, Arsya. Tapi sayang, kita semua yang lihat gak bisa lihat jelas gimana wajahnya." Tambah Kanya dengan ekspresi wajah yang ia buat seperti sedang murung, hal tersebut berbanding terbalik dengan Prilly yang kaget.

"Emang kenapa?" Tanya Prilly (lagi) yang ia buat sesantai mungkin.

"Habis nganter si Arsya, dia langsung pergi tanpa copot helm. Lo kenal gak sama cowok itu? Kalo gue lihat dari seragamnya sih, kayaknya dia anak SMA MHSchool deh." Ucap Kanya kembali antusias.

"Iya, gue kenal sama dia. Tapi, gue jelasin dirumah gue aja. Ini rahasia, sama seperti gue rahasiain status gue sebagai kakaknya Arsya." Ucap Prilly memberi pengertian.

"Ok ok, kita ngerti kok." Ucap Kanya.

"Udah yuk, kita masuk. Keburu bel nih..." Ucap Abel mengajak kedua sahabatnya untuk masuk kedalam kelas karena bel akan segera dibunyikan.

£££

Bagaimana? Kurang greget ya? Atau banyak yang gagal faham? Jangan lupa vote dan comment, ok?!

Married in 17 Years Old (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang