Bel pulang sekolah Bina Harapan telah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, tapi tidak ada tanda tanda ada mobil Ali yang terparkir untuk menjemputnya. Ke dua sahabatnya sudah pulang dari 10 menit yang lalu. Awalnya Abel dan Kanya ingin menemani Prilly menunggu Ali, tetapi Prilly kekeh untuk menyuruhnya pulang terlebih dahulu dengan Alasan 'jika mereka tidak pulang, maka Prilly tidak ingin bersahabat dengan mereka lagi'.
Prilly pov
"Ali kemana sih, lama banget? Si Arsya juga! kemana sih tuh anak?" Gumam gue. Sungguh gue kesel banget sama Ali hari ini. Yang pertama gara gara Ali yang dateng ke sekolah sebagai Dion Mahendra. Walaupun niatnya baik, tapi apa dia gak bisa ganti baju dulu atau senggaknya dia jadi Dion Alifiand. Dan yang kedua, Ali bilang dia mau jemput tapi nyatanya dia gak dateng dateng. Lama lama gue tinggal juga nih!
Pipp.... Pipp....
Itu bunyi hp gue kalo ada sms masuk. Dengan kesal gue buka tuh sms.
Lacumi gak peka
Gue di parkiran.
Parkiran mana? Gue gak lihat ada mobil masuk dari tadi, malahan banyak yang keluar.
Apa lo ngambil mobil dulu dari rumah makanya lo ganti mobil lagi dan lama buat jemput gue?
Parkiran motor.
Mager jalan. Lo ke kantin aja!
Lagian kenapa pakai motor sih?! Kalo fans lo tahu dan besok mereka bully gue gimana?! Dan gue yakin lo pasti lagi jadi Dion kan? Ngaku lo?! Awas aja lo kalo itu beneran kejadian, gue suruh tidur di sofa ruang tamu tau rasa lo!!!
Ogah! Ada meeting.
Meeting dimana? Kalo lo mau meeting, meeting aja! Kenapa gak bilang dari tadi? Tau gitu kan gue pulang dari tadi dan gak usah lama lama buat nungguin lo Ali.
Read"Cepet ganti baju." Tiba tiba aja Ali duduk disebelah gue seraya ngasih baju punya gue. Sama seperti yang gue bilang tadi, saat ini Ali sedang menjadi Dion Mahendra lengkap dengan jas warna hitamnya. Bedanya, waktu ngasih laptop tadi Ali pakai kemeja sekolah buat dalamannya. Sedangkan sekarang, Ali pakai kaos putih polos buat jadi dalamannya.
Katanya 'Ogah!', tapi dateng. Lacumi plin plan emang!
Ya, gue lagi ada di kantin. Jarak antara kantin sama parkiran mobil itu cuma dibatasi sama kolam ikan yang lumayan luas, jadi secara gak langsung gue bisa dengan leluasa lihat ke arah parkiran mobil. Mobil apa yang masuk dan mobil apa yang keluar.
Dengan bingung gue ambil baju itu dan nunjukinnya ke Ali. "Buat?"
"Ada deh..." jawab dia sekenanya. Namanya juga lacumi, pasti misterius.
"Iya gue ganti. Tapi sambil jalan, gue mau tanya." Ucap gue sambil membenahi barang bawaan gue yang tadi gue ambil dari dalam tas. Baru aja jalan gue mulai bertanya."Kok lo pake jaket? Jangan bilang lo ke sini naik motor?" Tanya gue penasaran sekaligus menyelidik.
"Mobil gue dipinjam papa buat luar kota sama mama dan baru berangkat waktu gue ngasih laptop ke lo tadi. Jadi tadi gue kesininya nebeng sama Damar (sahabat sekaligus sekretaris dan tangan kanan Ali), pake mobil dia. Waktu pulang gue diantar sama dia kerumah soalnya ada meeting dadakan di perusahaan papa sedangkan gue ada meeting di tempat lain dan itu udah di jadwal. Makanya gue telat kesini, soalnya pulang dulu. Gih masuk, gue tunggu disini." Jelas Ali panjang kali lebar kali tinggi. Maklum lah... jarak antara toilet cewek sama kantin itu deket banget. Saking deketnya, kita cuma harus jalan melewati tangga ke lantai 2 yang misahin antara kantin sama toilet cewek. Jadi dengan ngobrol sebentar kayak yang gue lakukan sama Ali ini kita udah sampai di depan toilet cewek.
£££
Disinilah Ali dan Prilly sekarang. Di ruang rapat sekolah Bina Harapan sebagai sekertaris Ali. Karena Prilly tidak memiliki jas, jadi ia hanya menggunakan kemeja putih dan celana bahan warna hitam. Awalnya Prilly memang kaget, namun karena penjelasan yang Ali beri sesaat setelah Prilly ganti baju, Prilly jadi sedikit paham. Beruntung saat ia sudah keluar dari toilet keadaan sekolahnya sudah sepi, jadi tidak ada siswa siswi yang melihatnya.
".... Jadi, bagaimana pendapat anda sebagai pemilik MH School terhadap pernyataan yang sekolah ini ajukan. Apa anda berkenan untuk berkerjasama dan ikut serta dalam kegiatan yang akan kami selenggarakan?" Ucap salah satu guru di sekolah Prilly diakhir presentasinya.
Bukannya menjawab, Ali malah memeberikan pertanyaan. "Sebelum saya menjawab, boleh saya bertanya pada sekertaris saya terlebih dahulu?" Guru yang berpresentasi tadi hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Menurut anda sebagai salah satu siswi di sekolah ini, apa yang harus saya katakan? Setuju, atau menolak?" Ucap Ali caranya menoleh kearah samping kirinya, dimana Prilly berada.
" menurut pendapat saya sebagai siswi dari sekolah ini lebih baik jika anda menyetujuinya. Lagipula dengan setujunya anda, itu berarti 2 sekolah yang besar nan elit akan bersatu." Ali hanya mengangguk anggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan dari istrinya tersebut.
"Jika itu menurut anda, maka saya menolak." Prilly benar benar tak habis pikir dengan ucapan Ali. Bagaimana bisa ia meminta pendapatnya jika ia sudah memiliki jawaban sendiri? Sungguh keterlaluan!
"Saya tidak setuju dengan yang diajukan. Jika saya tidak diberi kertas pengajuan ini sama seperti anda ataupun hanya mendengarkan presentasi tadi tanpa membaca kertas ini mungkin saya akan menyetujuinya sama seperti anda. Tapi, ada yang dilewatkan di presentasi tadi yang sudah jelas jelas tertera pada halaman pertama paragraf kedua kalimat ketiga yang menjelaskan bahwa, 'semua yang ikut serta dalam kegiatan ini diharuskan untuk membayar sejumlah uang seperti yang akan dijelaskan pada halaman kedua walaupun MH School telah memberikan dana terhadap Sekolah Bina Harapan.' dan ketika saya melihat jumlah yang harus dibayarkan, itu membuat saya tercengang. Bagaimana mungkin anda mengharuskan semua yang ikut serta dalam kegiatan ini membayarkan sejumlah uang senilai TIGA JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH hanya untuk pembayaran kegiatan serta.belum termasuk biaya konsumsi? Apa kalian tidak memikirkan bagaimana dengan siswa ataupun siswi yang sedang ada kendala keuangan atau jalur beasiswa? Jadi menurut saya, lebih baik sekolah tidak mengajukan hal ini kepada sekolah lain dan lebih memilih untuk bekerjasama dengan perusahaan atau apapun itu tanpa melibatkan tambahan anggota selain siswa dan siswi sekolah ini. Karena menurut saya sudah tidak ada yang harus dipermasalahkan lagi jadi saya serta sekertaris saya pamit unsur diri. Sekian, selamat sore." Prilly sungguh tercengang dengan penjelasan Ali yang sungguh sangat panjang tadi. Ini baru pertamanya Prilly tahu bagaimana Ali jika sedang serius. Apalagi ditunjang dengan keterkejutannya atas pengajuan kerjasama dari sekolahnya dan ucapan penekanan atas nominal uang yang Ali ucapkan. Sungguh, Prilly sangat kecewa dengan sekolahnya.
£££
Maaf ya... lama dan pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married in 17 Years Old (Pending)
FanfictionTanpa sinopsis. Penasaran langsung baca aja!!